Ini Dia Penyebab Foke-Nachrowi Kalah di Quick Count
Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta, Fauzi Bowo (kiri). Calon Gubernur DKI Jakarta Haji Joko Widodo, (kanan). Siap mengikuti Pilkada Putaran kedua. (TRIBUN JAKARTA/JePrima/FX Ismanto) |
Identifikasi politik warga jauh lebih berhasil masuk ke Jokowi daripada Foke yang lama berada dalam stigma elitis-birokratis.
Pasangan cagub DKI Jakarta, Jokowi-Basuki menguasai hampir semua lembaga survei dalam penghitungan cepat(quick count). Duet yang diusung PDIP dan Gerindra ini berhasil mematahkan dominasi calon petahana Fauzi-Nachrowi yang didukung banyak parpol besar.
Ada beberapa penyebab kalahnya pasangan Fauzi-Nachrowi. Pertama, karena stigma kegagalan periode pertama yang sudah lama melekat pada Fauzi Bowo alias Foke. Hal ini kemudian memalingkan pilihan warga pada sosok penantang yang dianggap mampu memberi harapan.
Menurut Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Gun-Gun Heryanto terlalu pendek waktu bagi Foke untuk mengimplementasikan program-program di fase akhir jabatannya, sehingga terkesan kerja dia sebatas pencitraan belaka.
Kemudian, adanya kesenjangan hubungan komunikasi politik antara Foke dengan warga dan media massa. Foke cenderung kurang terbuka dengan media saat dia menjadi gubernur.
"Dia juga kurang membangun semangat komunitarian dengan warga. Akibatnya, kerap terbangun pola hubungan antagonistik antara Foke dengan media dan 'sense of belonging' warga terhadap Foke juga memudar," kata Gun Gun kepada Tribunnews.com, Kamis(20/9/2012).
Kemenangan Foke di tahun 2007 lanjut Gun Gun adalah karena konsep penguasaan gerbong-gerbong partai ditambah minimnya figur alternatif yang memiliki karakter transformatif.
Nah, saat Pilkada DKI kali ini penantang sudah lama memiliki karakter low profile, asketis dan dekat dengan warga sehingga dengan sendirinya ini menjadi antitesa atas Foke.
Jokowi dipandang Gun Gun telah sukses memosisikan brand-nya sebagai 'media icon' dan mentransformasikan kekuatannya dengan tetap mengusung kesederhanaan.
"Identifikasi politik warga jauh lebih berhasil masuk ke Jokowi daripada Foke yang lama berada dalam stigma elitis-birokratis," katanya.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Tribunnews