Sensor Akun Twitter Anonim?
Mengikuti China
Indonesia merupakan salah negara yang penduduknya paling cerewet di dunia maya. Mau bukti? Lihat saja di Twitter.
Menurut AworldofTweet.com dan Semiocast.com Indonesia termasuk dalam daftar tiga besar negara yang warganya paling sering nge-tweet dan dan berada di urutan kelima pengguna Twitter paling banyak di dunia dengan jumlah hampir 20 juta akun.
Dengan itu, selain Facebook, Twitter menjadi salah satu media yang menghubungkan gagasan dan aspirasi masyarakat Indonesia di dunia maya. Simbol demokrasi, yang kian tergerus di dunia nyata.
Akan tetapi kemewahan yang baru dinikmati sebentara itu juga sudah terancam. Senin (6/11) Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informatika mengatakan kementriannya akan segera menyisir akun-akun anonim di situs microblogging itu. Yang dicari adalah akun anonim yang digunakan untuk menghina dan menyerang orang lain di dunia maya.
"Kami sedang pelajari. Karena jika memang dia melanggar dan menghina orang, bisa masuk kepada report spam. Nanti dia ditutup oleh pengelola Twitter sendiri,” kata Tifatul yang ditemui di Kantor Kepresidenan.
Entah apa yang dimaksud Tifatul dengan akun anonim? Karena banyak pengguna Twitter yang memang tidak mencantum identitas aslinya di jejaring sosial itu.
Tifatul, yang juga sangat aktif di Twitter dengan nama akun @tifsembiring, menegaskan akan mencari dan memberi sanksi pengguna Twitter yang ditemukan melanggar hukum, khususnya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
”Kalau melanggar hukum ya dihukum. Prinsipnya setiap pemilik akun bisa dikejar, diketahui posisinya di mana dan menggunakan apa (untuk mengakses Twitter),” ujar Tifatul yang juga sering memicu kontroversi di Twitter itu.
Berkiblat ke China?
Tetapi gagasan Menteri Tifatul untuk menyisir akun Twitter yang disebutnya anonim itu sesungguhnya bukan gagasan baru dan seperti meniru kebijakan China.
Di negara komunis itu, pengguna Weibo - media sosial yang mirip Twitter- memang sudah diperintahkan untuk mendaftar menggunakan nama asli. Jika sampai pertengahan Maret nanti para pengguna Weibo belum mendaftar, mereka akan kehilangan akses ke situs jejaring sosial itu.
Tujuan sederhana saja, yakni jika ada yang menulis atau mengunggah konten yang dinilai sensitif bisa lebih gampang dilacak dan ditangkap. China memang banyak menangkap para aktivis demokrasi dunia maya yang menyerang dan mendiskreditkan pemerintah dan Partai Komunis di negeri itu.
Apa lagi gagasan pengawasan akun anonim itu juga disampaikan Tifatul itu ketika Twitter baru saja memberikan peluang kepada pemerintah semua negara untuk melakukan sensor lokal terhadap konten media sosial itu.
Tifatul sendiri mengatakan pihaknya masih akan mempelajari kemungkinan untuk memanfaatkan tawaran dari Twitter.
Anti-demokrasi
Ada pun rencana Kemenkominfo mengawasi akun anonim mendapat sejumlah penolakan. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Pramono Anung, adalah salah satu yang tidak bisa memahami rencana Kemenkominfo itu.
Menurut politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang di dunia Twitter dikenal dengan nama@pramonoanung itu, rencana pengawasan khusus akun anonim sangat berlebihan dan berpotensi mengancam demokrasi.
“Tidak perlu ada pembatasan, diawasi, dan sebagainya. Ini negara demokrasi. Jika ada orang yang merasa dicemarkan namanya boleh, tapi kalau ada pengawasan secara khusus pada akun anonim tidak perlu,” kata Pramono yang mempunyai hampir 60.000 follower di Twitter itu.
Kemenkominfo sendiri belakangan mulai ragu dengan rencana itu. Gatot Dewa Broto, juru bicara Kementrian Kominfo, misalnya mengatakan pernyataan Tifatul di awal pekan lalu itu tidak berarti pihaknya ingin menyensor dan mengawasi Twitter secara ketat, seperti di China.
“Kami tidak ada rencana untuk itu. Pernyataan itu hanya imbauan untuk tidak menggunakan Twitter dengan akun anonim lalu akun itu digunakan untuk menyerang orang lain,” ujar Gatot, Jumat (10/2), menjelaskan maksud bos-nya.
“Namun kami tidak ada rencana untuk mengamati akun seperti itu satu demi satu. Kami tidak ada rancangan aturan apapun untuk memblokir atau memonitor Twitter,” pungkas dia.