Singkong, Tanaman Paling Cocok Saat Iklim Berubah
Rambo Pangan
Tanaman singkong dapat membantu petani Afrika menghadapi perubahan iklim.
"Ini seperti Rambo bagi tanaman pangan," penulis Andy Jarvis, yang memimpin penelitian International Center for Tropical Agriculture yang berbasis di Colombia.
Kepada BBC dia mengatakan,"Sementara bahan pangan lain hancur karena udara panas dan masalah perubahan iklim, singkong bisa bertahan."
Ubi singkong telah menjadi makanan yang banyak dikonsumsi di dunia.
Namun disebutkan bahwa perlu penelitian lebih lanjut, untuk membuat singkong tahan terhadap pestisida dan penyakit.
November lalu, ilmuwan dari PBB mengingatkan virus dapat menyerang tanaman, dan hampir menjadi endemik di Afrika.
Infeksi virus secara periodik menghancurkan tanaman pangan.
Singkong berasal dari Afrika Selatan, pertama diperkenalkan ke kawasan sub Sahara Afrika oleh pedagang Portugis pada abad ke-17.
Singkong dapat tumbuh di tanah yang tidak subur dan sedikit air.
Menurut penelitian, singkong telah menjadi nomor dua sebagai sumber karbohidrat di dunia, dikonsumsi sedikitnya 500 juta orang setiap hari.
Dalam penelitian singkong mengalahkan enam bahan pangan lainnya, yakni kentang, jagung, kacang-kacangan, jumawut, sorgum.
Saat diteliti, semua tanaman pangan itu ditanam dalam 24 model i klim.
Tanaman tumbuh baik di suhu panas namun jika dilanda kekeringan maka akan berhenti tumbuh, lalu dilanjutkan kembali setelah hujan turun.
"Kami mendapat ceritera bagus, tanaman yang tumbuh seimbang dbawah berbagai perubahan iklim, dan itu adalah Singkong," kata jarvis kepada BBC program Afrika.
Dikatakan bahwa ini adalah berita bagus buat Nigeria, negara penghasil singkong terbesar di Afrika. Produksi setahun sekitar 36 hingga 37 juta ton setahun.
Posisi kedua adalah Republik Demokratik Kongo.