Mahasiswa Yogyakarta Kembangkan Siomay Belalang
Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta itu berhasil melakukan inovasi jajanan berprotein tinggi.
Lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan makanan siomay berbahan baku belalang (Melanoplus cinereus).
"Kelima mahasiswa itu berhasil membuat inovasi di bidang kuliner dengan memanfaatkan belalang untuk bahan baku pembuatan siomay sebagai inovasi jajanan berprotein tinggi," kata staf humas Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Witono di Yogyakarta, Sabtu (17/3).
Menurut dia, kelima mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) FMIPA UNY itu adalah Nurul Hidayah, Din Azwar Uswatun, Erfina Prisca Indriyani, Andi Wibowo, dan Wiwik Susilowati.
Nurul Hidayah mengatakan, siomay adalah makanan ringan berasal dari Jepang yang banyak dijumpai di berbagai sudut Kota Yogyakarta. Siomay lekat dengan berbagai lapisan masyarakat mulai dari usia kanak-kanak hingga lanjut usia.
Siomay sendiri selama ini berbahan dasar ikan tenggiri yang harganya cukup mahal. Sehingga tidak semua kalangan dapat membelinya setiap hari. Selain itu tidak sedikit juga masyarakat yang alergi terhadap ikan tenggiri sehingga tidak dapat menikmati siomay.
Menurut dia, belalang adalah serangga herbivora yang merupakan anggota dari kelas arthropoda (hewan berbuku-buku) dengan subkelas serangga.
Serangga ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi sebagian masyarakat di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kandungan protein belalang sekitar 62,2 persen, suatu kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini jika dikelola dengan maksimal dapat mengurangi kekurangan protein bagi penduduk setempat khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya," kata Nurul.
Ia mengatakan, belalang yang dipakai adalah bagian perut atau abdomen setelah dibersihkan dari kotorannya. Daging perut belalang kemudian digiling dan diolah bersama tepung menjadi adonan siomay.
Untuk mengetahui formula yang disukai konsumen dibuat tiga macam formula, yaitu Y1, Y2, dan Y3. Formula yang paling banyak disukai konsumen akan dibuat menjadi produk yang dapat dipasarkan dan diperkenalkan lebih luas di masyarakat.
"Produk siomay belalang itu dikemas dalam wadah mika bening dengan penutup yang ditempeli label nama untuk menarik minat konsumen. Untuk ketahanannnya kami melakukan uji kualitatif dengan mengidentifikasi warna, rasa, dan bau siomay belalang dalam jangka waktu tertentu," tambah Nurul.
Menurut dia, merek dagang siomay yang diproduksi adalah "Siolang" yang berarti siomay belalang. Siomay yang mengandung protein tinggi itu masih terdengar asing bagi masyarakat, sehingga merupakan produk baru yang belum pernah beredar di pasaran.
Kendala dalam pemasaran produk itu di antaranya banyaknya siomay bermerek terkenal dan telah beredar di pasaran serta masih ada pandangan miring masyarakat tentang bahan dasar pembuatan siomay belalang.
"Harga jual siomay belalang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat dengan tetap memperhatikan faktor kualitas dan biaya produksi. Bahan baku yang mudah dan murah serta kondisi pasar yang menjanjikan, menjadikan keuntungan yang besar bisa diperoleh dari produksi tersebut," tutup Indah.
Lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan makanan siomay berbahan baku belalang (Melanoplus cinereus).
"Kelima mahasiswa itu berhasil membuat inovasi di bidang kuliner dengan memanfaatkan belalang untuk bahan baku pembuatan siomay sebagai inovasi jajanan berprotein tinggi," kata staf humas Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Witono di Yogyakarta, Sabtu (17/3).
Menurut dia, kelima mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) FMIPA UNY itu adalah Nurul Hidayah, Din Azwar Uswatun, Erfina Prisca Indriyani, Andi Wibowo, dan Wiwik Susilowati.
Nurul Hidayah mengatakan, siomay adalah makanan ringan berasal dari Jepang yang banyak dijumpai di berbagai sudut Kota Yogyakarta. Siomay lekat dengan berbagai lapisan masyarakat mulai dari usia kanak-kanak hingga lanjut usia.
Siomay sendiri selama ini berbahan dasar ikan tenggiri yang harganya cukup mahal. Sehingga tidak semua kalangan dapat membelinya setiap hari. Selain itu tidak sedikit juga masyarakat yang alergi terhadap ikan tenggiri sehingga tidak dapat menikmati siomay.
Menurut dia, belalang adalah serangga herbivora yang merupakan anggota dari kelas arthropoda (hewan berbuku-buku) dengan subkelas serangga.
Serangga ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi sebagian masyarakat di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kandungan protein belalang sekitar 62,2 persen, suatu kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini jika dikelola dengan maksimal dapat mengurangi kekurangan protein bagi penduduk setempat khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya," kata Nurul.
Ia mengatakan, belalang yang dipakai adalah bagian perut atau abdomen setelah dibersihkan dari kotorannya. Daging perut belalang kemudian digiling dan diolah bersama tepung menjadi adonan siomay.
Untuk mengetahui formula yang disukai konsumen dibuat tiga macam formula, yaitu Y1, Y2, dan Y3. Formula yang paling banyak disukai konsumen akan dibuat menjadi produk yang dapat dipasarkan dan diperkenalkan lebih luas di masyarakat.
"Produk siomay belalang itu dikemas dalam wadah mika bening dengan penutup yang ditempeli label nama untuk menarik minat konsumen. Untuk ketahanannnya kami melakukan uji kualitatif dengan mengidentifikasi warna, rasa, dan bau siomay belalang dalam jangka waktu tertentu," tambah Nurul.
Menurut dia, merek dagang siomay yang diproduksi adalah "Siolang" yang berarti siomay belalang. Siomay yang mengandung protein tinggi itu masih terdengar asing bagi masyarakat, sehingga merupakan produk baru yang belum pernah beredar di pasaran.
Kendala dalam pemasaran produk itu di antaranya banyaknya siomay bermerek terkenal dan telah beredar di pasaran serta masih ada pandangan miring masyarakat tentang bahan dasar pembuatan siomay belalang.
"Harga jual siomay belalang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat dengan tetap memperhatikan faktor kualitas dan biaya produksi. Bahan baku yang mudah dan murah serta kondisi pasar yang menjanjikan, menjadikan keuntungan yang besar bisa diperoleh dari produksi tersebut," tutup Indah.