Memaknai Hidup Sehat Dengan Slow Food

Minggu, Maret 18, 2012 0 Comments


Ilustrasi: makanan sehat
Ilustrasi: makanan sehat (sumber: www.mineralcountyeda.com)
Berawal dari Eropa, gerakan slow food kian dikenal luas ke seluruh dunia sebagai suatu pola hidup sehat

Semua ingin serba cepat! Termasuk didalamnya proses pembuatan makanan. Begitu cepat perubahan dalam segala proses, membuat kita tak lagi bisa "menikmati" proses tersebut.

Terlebih lagi untuk mereka yang tinggal di wilayah perkotaan.  Mengunjungi restoran cepat saji akan terlihat lebih "keren" ketimbang menikmati makanan rumahan.

Akibat globalisasi, fenomena fast food dan junk food menjadi demikian populer karena segala sesuatunya memiliki ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan.

Terlebih, saat pertumbuhan penduduk mengalami percepatan, perubahan gaya hidup juga tak terelakkan dengan pola konsumsi makanan sebagai perubahan yang paling menonjol.

Hal inilah yang kemudian memunculkan gerakan slow food yang berdiri dengan maksud untuk menandingi ancaman fast food, lewat berbagai konsep unik yang diklaim lebih menyehatkan.

seperti dikutip dari laman situs resmi asosiasi slow food (www.slowfood.com), konsep ini dipakai untuk melawan penyeragaman menu makan pada Fast Food, yang menggiring banyak orang di seluruh dunia agar mengenal makanan cepat saji semata.

Gerakan Slow Food sendiri diperkenalkan oleh seorang pria Italia, Carlo Petrini pada tahun 1989. Sejak awal gerakan ini memang dibentuk untuk menandingi merebaknya restoran-restoran siap sajai Fast Food yang cenderung tidak sehat.

Berkebalikan dengan fast food, slow food menawarkan konsep keberagaman menu makanan dengan menggunakan bahan sesuai dengan tradisi yang berlaku di suatu negara atau wilayah.

Konsep berikut yang ditawarkan slow food adalah memproses dan mengonsumsi makanan dengan tidak terburu-buru. Mulai dari menyiapkan bumbu, menumis atau merebus hingga kemudian menghidangkannya di meja makan, semuanya harus benar-benar dinikmati walaupun lebih memakan waktu.

Secara umum, konsep slow food menawarkan gaya hidup yang jauh lebih sehat dibandingkan fast food. Dalam proses penyediaan bahan makanan, sayuran dan ternak dibiarkan tumbuh dan berkembang secara alami.

Selain itu, saat bersantap makanan juga disarankan untuk tidak buru-buru dikejar waktu. Mengunyah makanan dengan perlahan sampai lunak, memudahkan perut untuk mencerna, juga merupakan bagian yang dikampanyekan konsep slow food.

Tidak hanya soal makanan, konsep bergerak lambat juga disarankan oleh slow food untuk menciptakan pola pikir yang lebih rilek, tidak terburu-buru sehingga tidak mudah stres.

Menurut seorang dokter ahli gizi, Dr. Dian Farida Natanegara yang ditemui Beritasatu.com hari Sabtu kemarin, konsep slow food muncul karena kondisi dunia telah membuat manusia melupakan budayanya, termasuk makanan.

"Slow food itu melawan budaya serba cepat, agar semuanya dapat dinikmati dengan cara yang santai, rileks dan tenang serta tidak terburu-buru,"kata ahli gizi yang berpraktek di kawasan Sudirman ini.

"Saat bersantap, makanan yang dikunyah perlahan sampai benar-benar lunak akan memudahkan perut untuk mencernanya dapat mengurangi risiko obesitas,"tambahnya lagi.

Pernyataan yang disampaikan Dr. Dian Farida sesuai dengan yang diungkapkan oleh Peter Popham, seorang koresponden untuk harian The Independent yang tinggal di Italia.

Dalam artikel untuk harian tersebut, Peter  menulis, gerakan slow food merupakan hal yang dapat memicu revolusi dalam hal pola makan.

"Rasanya belum terlalu lama, dimana toko kelontong lokal dan pub, menjadi sumber makanan dan menjadi tempat untuk pertukaran informasi serta pengetahuan dari kalangan pemasok. Namun, saat ini semua hal itu telah tersapu oleh modernisasi dalam bentuk supermarket dan makanan cepat saji," katanya seperti dikutip laman channel news asia belum lama ini.

Menurut Peter, dalam beberapa tahun terakhir kesadaran masyarakat di seluruh dunia akan kelebihan yang dimiliki oleh slow food semakin berkembang.

Hal ini dikarenakan, bahwa langkah hidup ini terlalu cepat di seluruh dunia sehingga permintaan untuk makanan cepat saji dan makanan yang diproduksi secara massal sebenarnya menyebabkan masalah ekologis serta psikologis semata.

"Konsep ini semua tentang mengaktifkan panca indera," kata Peter. "Banyak orang di seluruh dunia, telah melupakan rasa asli dari makanan tradisionalnya, karena hanya ada terlalu banyak bumbu. Slow food membantu mereka untuk menemukan kembali rasa ini. "

Seperti yang dijelaskan oleh laman situs slowfood (www.slowfood.com), slow food menempatkan kembali hubungan antara konsumen dengan para produsen makanan yang Anda nikmati, sambil merasakan bau, rasa dan belajar tentang "kebijaksanaan makanan" sambil menciptakan ikatan yang tidak terputus walaupun supermarket gencar menyerbu pasar.

Melalui slow food, Petrini selaku pendiri gerakan ini seakan mengajak kita semua untuk kembali pada ritme makan alami yang menyehatkan, menghindari fast food dan membiasakan diri menyantap makanan sehat alami. 

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.