Cegah Diabetes dengan Pola Makan Seimbang
Pola makan seimbang dengan dibarengi kegiatan olahraga secara teratur, efektif mencegah penyakit diabetes mellitus (DM).
Hal itu diungkapkan olej Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Riau (UNRI), Prof Dr Jazil Karimi dalam simposium tentang penyakit dalam yang diselenggarakan Perhimpunan Serikat Indokrim (Perkemi) di Medan, hari ini.
"Kadar gula darah di dalam tubuh manusia akan dapat terkendali bila dibarengi dengan budaya makan seimbang dan berolahraga secara teratur," katanya.
Gaya hidup tidak sehat dan kebiasaan makan yang buruk, menurut dia, justru rentan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh manusia.
Berdasarkan hasil penelitian, diet yang tinggi serat dan rendah lemak dengan jumlah minimum lemak jenuh dapat mengendalikan kadar gula darah.
Lebih lanjut ia mejelaskan, hingga kini masih banyak pasien diabetes mellitus (DM) tahap dua yang kadar gula darahnya sulit mendekati batas normal, meski pasien yang bersangkutan disiplin mengonsumsi obat yang dianjurkan dokter.
Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor, di antaranya pasien kurang disiplin dalam menjalankan budaya makan seimbang dan belum konsisten berolahraga secara rutin atau minimal tiga kali dalam satu minggu.
Selain itu sosialisasi tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus (DM) masih belum maksimal dilaksanakan di tengah masyarakat.
"Penderita DM seharusnya mampu membangun budaya makan seimbang dan berolahraga teratur," ujarnya.
Pola makan seimbang dan disiplin berolahraga, imbuhnya dia, juga efektif menghindari kegemukan dan penyakit degeneratif yang akan muncul di usia produktif.
Disebutkannya, diabetes berawal dari kegagalan sistem tubuh, seperti hati, otot dan jaringan lemak untuk mengambil dan memanfaatkan glukosa atau gula darah menjadi sumber tenaga.
Dalam keadaan yang disebut resistensi insuli (RI) ini, sel pankreas berusaha meningkatkan produksi hormon insulin agar kadar glukosa tidak meningkat.
Namun lama kelamaan sel pankreas menjadi loyo dan produksi insulin akan menurun, sehingga kadar glukosa mulai meningkat.
Diagnosis diabetes dapat ditegakkan bila kadar glukosa saat puasa diatas 126 mili gram (Mg) per per deci liter (Dl) dan dua jam setelah makan atau setelah beban 75 gram glukosa diatas 200 Mg/Dl.
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa ada peluang waktu 10-12 tahun sejak munculnya RI sampai terjadi diabetes.
"Selama fase yang disebut prediabetes ini seharusnya dimanfaatkan untuk upaya pencegahan," ujar Jazil.
Simposium yang diikuti seratusan orang dokter tersebut juga menghadirkan pakar di bidang penyakit dalam dari Universitas Sumatera Utara (USU), di antaranya Dr Dharma Lindarto SpPD, KEMD.