Jepang Hibahkan US$3 Juta Bagi Masyarakat Adat Indonesia
Tobelo, Maluku Utara -- Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat adat di Indonesia, pemerintah Jepang berikan bantuan sebesar tiga juta dolar Amerika atau sekitar Rp27 triliun kepada Aliansi Adat Masyarakat Nusantara (AMAN).
Pemberian bantuan dana itu dilakukan secara simbolik pada acara Kongres keempat masyarakat adat nusantara di Tobelo, Halmahera Utara, Kepulauan Maluku, hari ini. Kongres ini berlangsung pada tanggal 19-25 April 2012.
Dana hibah US$3 juta tersebut dipergunakan untuk tiga tahun dengan bantuan Bank Dunia sebagai administrator.
"Kita berikan dana 3 juta dolar dari Japan Social Development Fund (JSDF) untuk AMAN, mereka yang buat program. Kita salurkan ke Bank Dunia nanti ditransfer ke AMAN," jelas Shigeru Ushio, wakil duta besar Jepang di Indonesia.
Juan Martinez, senior specialis di Bank Dunia, mengatakan bahwa program-progam pelaksanaan dirancang sendiri oleh AMAN.
"Komunitas adat merupakan komunitas yang paling tidak diuntungkan di Indonesia. Mereka harus berjuang untuk mendapatka pengakuan atas hak-hak mereka. Penting bagi program untuk tingkatkan kapasitas masyarakat adat," tambah Juan.
AMAN mengatakan pemberian hibah tersebut akan digunakan untuk pemetaan wilayah adat yang ada di Indonesia.
"Ini program AMAN diusulkan ke Jepang dapat uang yang diadministrasikan oleh Bank Dunia. Bukan Bank Dunia kasih uang ke AMAN ya, jangan salah," jelas Sekretaris Jendral AMAN Abdon Nababan, di Tobelo, Maluku Utara, hari ini.
Dia mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk lanjutkan pemetaan partisipatif wilayah adat, pemetaan sumber daya alam, dan penguatan organisasi.
"Itu untuk lanjutkan pemetaan partisipatif wilayah-wilayah adat yang dimulai sepuluh tahun untuk 250 komunitas adat yang merupakan anggota AMAN," katanya. "Target kita itu 3,5 juta hektar untuk dipetakan tiga tahun ke depan. Dua juta ha dari target tersebut akan mendapatkan dukungan dari program yang didukung oleh JSDF."
Selanjutnya, ia mengatakan akan ada pemetaan sumber daya alam. "Jadi, kita lihat sumber daya apa saja yang potensial menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat adat di masa depan. Apakah hasil hutan non kayu, jasa lingkungan, lihat nanti. Bisa jadi budaya kreatif yg dikembangkan," tambahnya.
Hal lainnya, ia mengatakan dana tersebut digunakan untuk melakukan afirmatif action untuk perempuan. "Alokasi dana cukup besar agar perempuan adat bisa kembangkan proyek mereka sendiri yang bisa menjadi terlibat dalam proses yg lebih luas di gerakan masyarakat adat," jelasnya menambahkan pemetaan masih difokuskan pada masyarakat adat di kawasan hutan.
Ia mengatakan optimis bahwa dana tersebut akan bisa memetakan separuh dari 1700 anggota AMAN bisa terpenuhi.