Manajer Lady Gaga: Tak Ada Kata "Menyesuaikan Diri"
Manajer dari penyanyi pop terkenal dunia, Lady Gaga, menyatakan bahwa sang bintang lebih baik membatalkan agenda konsernya, daripada harus menyesuaikan diri demi lolos sensor, atau untuk mengikuti tuntutan dari kelompok agama tertentu. Hal itu diungkapkan sang manajer, Troy Carter, dalam sebuah sesi jumpa pers di Singapura, Kamis (24/5).
Menurut Carter pula, dalam konteks ini, tidak ada hal yang akan memuaskan kelompok penentang Gaga dari kalangan agama itu, terutama yang telah menyatakan sikap antinya antara lain di Korea Selatan (Korsel), Filipina, dan juga Indonesia. "Kami akan batalkan saja (jadwal) itu," kata Carter, sambil menegaskan bahwa Lady Gaga tak akan "menurunkan kualitas" konser-konsernya ke depan.
"Kami menampilkan pertunjukan itu sebagaimana lazimnya. Itu adalah pertunjukan yang benar-benar spesifik (khusus), dengan audiens yang juga benar-benar spesifik," lanjut Carter. Sebelumnya, Gaga sendiri diberitakan sempat menulis di akun Twitter-nya, bahwa dia bahkan siap tampil solo demi memastikan konsernya tetap berjalan, termasuk di Indonesia.
Sebagaimana marak diberitakan, sebagian umat Kristen di Korsel dan juga Filipina, serta kalangan ormas Islam dan berbagai pihak lain di Indonesia, telah menyatakakan menolak keras kedatangan serta konser Lady Gaga di masing-masing negara. Alasan penolakannya antara alain adalah bahwa Gaga adalah sosok "pemuja setan" serta kerap melakukan "penistaan agama".
Di Indonesia, Polda Metro Jaya dan Mabes Polri sendiri sejauh ini masih tidak mengeluarkan izin konser yang dijadwalkan pada 3 Juni tersebut. Salah satu alasan yang sempat disebut adalah masalah kelengkapan dokumen, meski sebelumnya juga sempat disebut demi keamanan konser itu sendiri yang berpotensi ricuh akibat penentangan ormas. Sementara sebaliknya, pihak promotor, Big Daddy, mengaku masih berjuang keras untuk tetap digelarnya konser itu.
Menegaskan pandangan pihaknya kembali, Carter menyatakan bahwa menurutnya, penentangan yang sebegitu besar dari kelompok masyarakat, lebih merupakan penolakan terhadap apapun yang diwakili oleh sosok Lady Gaga. Artinya menurutnya, itu bukanlah persoalan pakaian/kostum, maupun aksi panggung belaka.
"Saya rasa ini tak ada hubungannya dengan Gaga, melebihi kaitannya (masalah ini) dengan... Anda tahu-lah, ini hanyalah masalah kesenjangan besar secara kultur dan generasi yang terjadi saat ini di situ," ujar Carter.
"Anda (dalam hal ini) berurusan dengan beberapa hal berbeda; Anda berurusan dengan politik... Anda berurusan dengan agama. Ini memang 'sedikit' lebih rumit ketimbang sekadar dia (Gaga) harus berganti kostum," tukas Carter pula.