60 Persen Pengusaha Amerika Awasi Karyawan Lewat Jejaring Sosial
Banyak pengusaha yang memantau jejaring sosial yang dimiliki karyawannya seperti Facebook, Twitter dan media sosial lainnya. Praktik ini semakin hari cenderung semakin meningkat.
Demikian fakta yang terungkap dari sebuah laporan terbaru yang dilakukan oleh sebuah lembaga analis data, Gartner.
Lembaga tersebut mengklaim, bahwa pada tahun 2015, 60 persen pengusaha akan memantau halaman media sosial karyawannya.
Pemantauan ini didorong oleh kekhawatiran para pengusaha akan keamanan atau kerahasiaan perusahaannya yang bisa saja dibocorkan oleh karyawannya.
"Pertumbuhan dalam hal pemantauan perilaku karyawan di lingkungan digital semakin dimungkinkan oleh adanya teknologi dan layanan baru," kata Andreas Walls, wakil ketua peneliti dari Gartner.
Menurutnya, pengawasan secara individu bagaimanapun dapat mengurangi sekaligus menimbulkan risiko. Karenanya pengusaha harus bisa mengelolanya dengan hati-hati agar tidak menyalahi standar etika dan hukum.
"Perkembangan intelijen keamanan yang efektif dan kontrol tergantung pada kemampuan untuk menangkap dan menganalisa tindakan pengguna yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan perusahaannya," katanya.
Walls memprediksi bahwa praktik yang semakin umum terjadi di Amerika yaitu, meminta password Facebook sebagai bagian dari wawancara kerja, akan semakin menjadi tren.
Awal tahun ini saja Facebook melaporkan adanya peningkatan yang menyedihkan dalam laporan pengusaha yang ingin mendapatkan akses agar bisa membuka akun Facebook atau informasi pribadi orang lain.
Perdebatan legalitas pengusaha yang memaksa pelamar kerja untuk menyerahkan password mereka telah santer terdengar sejak munculnya jejaring sosial.
Hal ini sudah tak asing lagi bagi para manajer untuk meninjau profil Facebook, akun Twitter dan situs lain untuk belajar lebih banyak tentang calon karyawannya.
Tapi banyak pengguna, khususnya di Facebook, memiliki profil yang bersifat pribadi. Inilah yang membuat mereka hanya bersedia berbagi dengan orang-orang tertentu.
Sementara, perusahaan yang tidak meminta password karyawannya mengambil langkah-langkah lain, seperti meminta pelamar untuk berteman dengan manajer sumber daya manusia atau login ke komputer perusahaan selama wawancara.
Setelah diterima bekerja, pelamar yang diterima bekerja diminta untuk menandatangani surat perjanjian yang melarang mereka berbicara negatif tentang perusahaannya di jejaring sosial.