Hukuman Fisik Lukai Mental Anak Hingga Dewasa
Hukuman fisik dari orangtua akan meningkatkan kemungkinan timbulnya masalah kesehatan mental anak di masa depan. Begitu konklusi studi yang dilakukan di Kanada.
Rangkuman data yang dikumpulkan para periset asal Kanada tersebut mengungkap, sekitar 7 persen dari masalah mental yang dialami orang dewasa berakar dari hukuman fisik yang ia alami ketika masih anak-anak.
Hukuman fisik yang dimaksud adalah pukulan atau tamparan pada bokong, dorongan kasar, tarik dengan kasar, atau pukulan kencang, bukan berupa tepukan perlahan.
"Kami meneliti orang-orang yang semasa kecil terbiasa mengalami hukuman fisik sebagai bentuk pendisiplinan," kata penulis studi ini, Tracie Afifi, yakni asisten profesor di departemen sains kesehatan komunitas dari University of Manitoba di Winnipeg, Kanada.
Hukuman badaniah terasosiasi dengan masalah kekhawatiran berlebihan dan mood swing, termasuk depresi besar, masalah panik, dan stres pascatraumatis, agoraphobia, serta fobia sosial.
Beberapa masalah kepribadian, alkohol, dan obat-obatan juga ternyata punya hubungan dengan hukuman fisik, kata para periset.
Meski studi ini menemukan asosiasi antara hukuman fisik dan masalah mental, namun tidak menjadi bukti sebab-akibat.
Studi-studi sebelumnya menemukan ada hubungan antara hukuman fisik dengan agresi pada anak-anak, kenakalan, masalah emosional, masalah perkembangan dan sikap.
Studi ini diambil dari data antara tahun 2004-2005 terhadap 34 ribu individual berusia di atas 20 tahun yang didapat dari US National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions.
Sekitar 6 persen responden dianggap mengalami hukuman fisik keras. Periset menyesuaikan data untuk melihat faktor sosiodemografik dan sejarah disfungsi di dalam keluarga.
Studi yang dilakukan pada tahun 2010 mendapati, 80 persen anak prasekolah di Amerika Serikat pernah dihukum dengan pukulan di bokongnya oleh orang yang menjaganya.
Dr Andrew Adesman, kepala pediatri bagian perkembangan dan sikap di Steven dan Alexandra Cohen Children's Medical Center di New Hyde Park, New York, AS mengatakan, meski sejak lama sudah diutarakan mengenai masalah yang ditimbulkan dari hukuman fisik, namun, kita tidak bisa menuding hukuman fisik saat kecil sebagai satu-satunya penyebab masalah psikologi seseorang.
Adesman setuju, publik masih perlu dididik lebih lanjut mengenai bahaya dari hukuman fisik terhadap anak-anak dan alternatif yang bisa dilakukan orangtua untuk mendisiplinkan anak lebih efektif.
"Ada praduga umum yang mengatakan, menjadi orangtua akan terbentuk secara alami, namun, ada beberapa hal yang perlu dipelajari sebelum menjadi orangtua. Saat ini sudah ada banyak pengumuman pelayanan publik tentang kesehatan anak, namun, belum ada yang menyangkut cara mendisplinkan anak yang tak menyangkut hukuman fisik," kata Adesman.