BWI: SDM Pengelola Wakaf Lemah
"Para nadzir atau pengelola wakaf yang profesional hanya berjumlah 30%, sementara 70% sisanya kurang profesional. Berdasarkan data ini, wajar dalam pendayagunaan wakaf di Indonesia kurang produktif."
- KH Tolhah Hasan
Nazhir sebagai sumber daya manusia yang menangani wakaf nyatanya masih perlu diperbaiki. Tingkat kreativitas untuk mengembangkan usaha masih perlu digenjot.
Ketua Badan Wakaf Indonesia, KH Tolhah Hasan, menyatakan peran dan fungsi wakaf sebagai instrumen pengembangan ekonomi umat sangat besar manfaatnya.
Namun, pengembangan wakaf produktif di Indonesia kurang dimaksimalkan dengan benar.
Akibatnya, pengembangan dana wakaf masih kalah dibandingkan dengan negara negara lain di kawasan Asia Tenggara. Menurut dia, titik lemah pengelolaan wakaf selama ini pada kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Para nadzir atau pengelola wakaf yang profesional hanya berjumlah 30%, sementara 70% sisanya kurang profesional. Berdasarkan data ini, wajar dalam pendayagunaan wakaf di Indonesia kurang produktif," kata Tolhah.
Dibandingkan dengan Singapura yang penduduk Muslimnya sangat kecil, pengelolaan wakafnya masih lebih besar dibandingkan Indonesia. "Kita masih tertinggal jauh," ungkapnya.
Kerjasama tiga lembaga dalam penyaluran dana wakaf dalam konteks mengembangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Baitul Maal Wattamwil (BMT) sangat didukung mantan Menteri Agama tersebut.
Sebab, langkah tersebut menciptakan produktivitas mendayagunakan wakaf sebagai instrumen kesejahteraan umat. Melalui kerjasama itu akan ada model sinergi antara ketakwaan dan kewirausahaan.
Editor: Fatimah Azzahra
Sumber: