Tampilkan postingan dengan label Leadership. Tampilkan semua postingan

Inilah Salah Satu Cara untuk Redam Laju Jokowi, Apa Itu?

Survei terbaru yang dilakukan Kompas menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 32,5 persen. Proporsi itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tingkat keterpilihannya pada Desember 2012.
Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah mengatakan, sulit untuk meredam elektabilitas Joko Widodo sebagai calon presiden. Menurutnya, hanya ada satu cara untuk meredamnya, yakni bila Gubernur DKI Jakarta itu tak diusung PDI Perjuangan sebagai calon presiden karena tak memenuhi presidential thresholdatau alasan internal partai. 

Toto mengungkapkan, keberadaan Jokowi dengan semua citra positif yang dimilikinya telah membius masyarakat untuk menjatuhkan pilihan kepadanya. Ia yakin elektabilitas Jokowi akan terus melesat dan sulit diredam partai atau tokoh lain di kompetisi pemilihan presiden. 

"Manuver paling rasional untuk meredam melesatnya Jokowi hanya dengan tidak meloloskan dia sebagai capres. Saat itu terjadi, ini tentu jadi good news untuk capres lainnya" kata Toto saat dihubungi Kompas.com, dari Jakarta, Senin (26/8/2013). 

Selain itu, kata Toto, cara lain meredam elektabilitas Jokowi adalah dengan mendorong PDI Perjuangan untuk mengusung ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, sebagai calon presiden 2014-2019. Menurutnya, hal itu mungkin bisa saja terjadi karena Jokowi masih harus menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

"Bahkan, jika pun ada manuver down grading kepadanya (Jokowi), justru publik yang akan membela. Kecuali ada blunder politik atau tsunami politik pada Jokowi," ujar Toto. 

Sebelumnya, ia berpendapat, elektabilitas Jokowi terus melesat lantaran dipicu kekecewaan publik pada politik yang akhirnya mendorong memilih dengan irasional dan emosional. Posisi Jokowi saat ini juga dianggapnya sama dengan posisi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di periode sebelumnya yang dipilih bukan karena rekam jejak yang jelas, melainkan karena alasan kesukaan personal.

Jokowi melesat

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan popularitas Joko Widodo (Jokowi) dibandingkan dengan sosok lainnya mengindikasikan kian menguatnya tuntutan masyarakat terhadap kehadiran generasi kepemimpinan politik nasional baru yang tidak bersifat artifisial. Kesimpulan demikian tampak dari dua hasil survei opini publik yang dilakukan secara berkala (longitudinal survey) terhadap 1.400 responden—calon pemilih dalam Pemilu 2014—yang terpilih secara acak di 33 provinsi.


Hasil survei menunjukkan, semakin besar proporsi calon pemilih yang jelas menyatakan pilihannya terhadap sosok pemimpin nasional yang mereka kehendaki. Sebaliknya, semakin kecil proporsi calon pemilih yang belum menyatakan pilihan dan semakin kecil pula proporsi calon pemilih yang enggan menjawab (menganggap rahasia) siapa sosok calon presiden yang ia harapkan memimpin negeri ini. 

Besarnya proporsi pemilih yang sudah memiliki preferensi terhadap sosok calon presiden secara signifikan hanya bertumpu kepada lima nama: Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla. Pada survei terakhir (Juni 2013), lima sosok itu mampu menguasai dua pertiga responden. Sisanya (18,2 persen) tersebar pada 16 sosok calon presiden lainnya. 

Dibandingkan dengan survei pada Desember 2012, ruang gerak penguasaan ke-16 sosok "papan bawah" popularitas ini relatif stagnan, yang menandakan kecilnya peluang lonjakan mobilitas setiap sosok ke papan atas (lihat grafik). Dari kelima sosok yang berada pada papan atas popularitas capres, kemunculan Jokowi sebagai generasi baru dalam panggung pencarian sosok pemimpin nasional menarik dicermati. Ia langsung menempati posisi teratas dengan selisih yang terpaut cukup jauh dengan keempat calon lain yang namanya sudah menasional selama ini. 

Saat ini, tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 32,5 persen. Proporsi itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tingkat keterpilihannya pada Desember 2012. Di sisi lain, tingkat penolakan responden terhadap dirinya tampak minim dan semakin kecil. Dari seluruh responden, yang secara ekstrem tidak menghendaki dirinya menjadi presiden hanya di bawah 5 persen. 

Sebaliknya, saat ini basis dukungan terhadap Jokowi makin luas. Ia makin diminati oleh beragam kalangan, baik dari sisi demografi, sosial ekonomi, maupun latar belakang politik pemilih. Dari sisi demografi, misalnya, dukungan dari kalangan beragam usia, jenis kelamin, ataupun domisili responden Jawa maupun luar Jawa bertumpu kepadanya.

Sosoknya juga populer tidak hanya bagi kalangan ekonomi bawah, tetapi juga kalangan menengah hingga atas. Ia pun diminati oleh beragam latar belakang pemilih partai politik, tidak hanya tersekat pada para simpatisan PDI Perjuangan, partai tempatnya bernaung. Bagi responden pendukungnya, paduan antara karakteristik persona yang dimiliki dan kompetensi yang ditunjukkan Jokowi selama ini menjadi alasan utama mereka menyandarkan pilihan. Ketulusan, kepolosan, dan kesederhanaan yang ditunjukkan Jokowi menjadi modal kepribadian yang memikat publik. 

Sisi kepribadian tersebut berpadu dengan kompetensi yang ditunjukkan selama ini dalam langkah politiknya. Ia tidak bersifat elitis, gemar turun langsung memotret persoalan. Sebagai pemimpin lokal, ia produktif mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat dan mencoba konsisten menyelesaikan permasalahan. Paduan antara sosok kepribadian dan tindakannya yang dinilai publik tidak artifisial ini mendapatkan tempat yang tepat di saat bangsa tengah merindukannya.


Sumber : Kompas.com

Fenomena Jokowi dalam Sudut Pandang Media

Jokowi menjadi kandidat walikota terbaik dunia. (Foto : DaVinaNews)
Sepanjang enam bulan terakhir, sebanyak delapan lembaga survei merilis hasil temuan mengenai calon paling popular menjadi presiden saat ini. Temuan itu seolah bermuara pada satu nama: Jokowi. Andai dilakukan pilihan presiden saat ini, maka ia akan menang. 

Begitu kira-kira inti dari hasil survei. Pandangan ini tentunya tak berlebihan apabila pilihan presiden itu akan diselenggarakan sekarang. Sayangnya, masih ada waktu sekitar 9 bulan ke depan. Itu bukan waktu yang singkat. Dalam perjalanan, segalanya bisa saja terjadi. 

Tulisan ini akan mengurai fenomena Jokowi dalam sudut pandang media. Seluruh data diambil dari mesin pengumpul Indonesia Indicator. Monitoring media dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan 337 media online nasional dan daerah dalam waktu 19 bulan (Januari 2012-Juli 2013), dengan total lebih dari 2,6 juta pemberitaan. Metode pengumpulan dilakukan oleh perangkat lunak crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis AI, semantik, serta text mining. 

Kegemilangan Jokowi tak bisa dilepaskan dari pengaruh media. Media-lah yang memberitakan segala hal tentangnya. Media-lah yang “mengarahkan” opini publik pada Jokowi yang seolah menjadi antitesa pemimpin yang ada saat ini. Kebetulan Jokowi memiliki karakter yang menarik yang pantas, punya news value, dan selalu membawa kebaruan cerita yang dibawanya. Bukan hal basi. Bukan tentang basa-basi. Spontan. 

Bicara tentang fenomena Jokowi sebenarnya sudah bisa diprediksikan sejak pertengahan tahun lalu. Kemunculan awalnya melalui program mobil Esemka telah melambungkan namanya dari tokoh lokal, walikota Solo, menjadi tokoh nasional. Ia pandai membungkus peristiwa itu dalam sebuah waktu yang tepat, 2 Januari 2012, 2-1-12. Tentunya sebelum itu, ia sudah mencuri perhatian dengan berbagai upaya pembenahan kota Solo meski belum menjadi isu nasional. 

Entah apa yang dilakukan ini sebuah pencitraan atau tidak namun yang jelas Jokowi mulai melenggang melalui program mobil Esemka. Meski project ini dibiayai oleh menteri Pendidikan M Nuh, toh nama yang muncul adalah nama Jokowi.

Keberpihakan Jokowi pada produk nasional (yang digarap oleh siswa SMK) di tengah serbuan industri otomotif global dan asing membuat publik terpikat padanya. Ini adalah sebuah sikap dan sikap itu memiliki unsur keberanian. Apa yang dilakukan Jokowi lantas mendapat sambutan masyarakat – setidaknya terpotret melalui berbagai pemberitaan.

Kesuksesan membuat kebaruan ini membuat banyak tokoh nasional lantas ikut melirik mobil Esemka, entah sebagai kepedulian atau hanya sekadar mencari popularitas. Pada bulan Januari 2012, topik pembicaraan mobil Esemka dan Jokowi mencapai 700 pemberitaan dan meninggalkan serpihan-serpihan cerita Esemka pada bulan-bulan berikutnya, yakni maksimal 100 berita per bulan hingga bulan September 2012. Namun demikian, popularitas Jokowi terus melambung, meninggalkan “mobil” Esemka-nya. Hingga kini terdapat 56473 pemberitaan mengenai Jokowi sepanjang satu tahun terakhir, namun demikian, hanya 990 berita tentang Esemka. 

Bersamaan dengan itu perjalanan pemberitaan Jokowi terus melaju saat mencalonkan diri dan akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI. Ada lompatan jumlah yang dilampaui Jokowi dari pemberitaan lokal sekitar 500 perbulan pada bulan Maret dan menjadi 1000 pada bulan Mei Juni 2012, melompat hingga 3000 berita pada bulan Juli Agustus 2012 dan mencapai puncaknya pada bulan September dengan 6.526 pemberitaan tentang Jokowi! 

Ini artinya, sehari ada sekitar 217 pemberitaan! Pada saat inilah pemberitaan Jokowi mengalahkan Presiden SBY yang berjumlah 4.094, sebuah kejadian yang relative langka. Jumlah pemberitaan Jokowi pun konsisten sejak itu. Ia selalu menempati urutan pemberitaan terbanyak di Indonesia setelah Presiden SBY, dengan rata-rata terpaut 50% pemberitaan. Posisi kedua ini pernah ditempati dahlan Iskan pada November 2012. 

Popularitas Jokowi terus melambung melampaui tokoh nasional dan kandidat calon presiden, seperti Hatta Rajasa, Dahlan Iskan, Aburizal Bakrie, Megawati, dan Prabowo. Hingga kini belum ada sejarahnya seorang gubernur yang pemberitaannya melampaui pemberitaan Jokowi. Sebagai contoh, Gubernur Jawa Timur Soekarwo atau Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sekitar 500 pemberitaan/bulan. Padahal popularitas di media itu semakin mendekatkan Jokowi pada publik. Sepanjang Juli-Desember 2012, pemberitaan Jokowi menempati hampir 4 kali lipat jumlah pemberitaan dibanding Hatta Rajasa (ia hampir selalu menempati di bawah Jokowi), Aburizal Bakrie, Prabowo, maupun Megawati.

Jokowi memang seperti bintang baru di jagad politik Indonesia. Media begitu senang memberitakan apa pun yang dilakukan gubernur DKI baru itu. Bahkan untuk hal sepele sekalipun. Setiap kali ada berita Jokowi seolah magnet, dan masyarakat menikmatinya. Yang menarik, pemberitaan Jokowi justru berasal dari Kompas.com, yang dalam setahun memberitakan hingga mencapai 4000 berita, dan ini artinya 9 berita per hari tentang Jokowi. Uniknya, tak ada nama lain yang begitu banyak disebut sebanyak ini oleh Kompas.com, kecuali tentu saja Presiden SBY. Sebegitu luar biasakah Jokowi sehingga setiap hal tentangnya adalah sebuah pemberitaan yang seksi? 

Apa yang membuat Jokowi tetap begitu banyak dibicarakan banyak media? Segalanya. Mulai dari perilaku Jokowi, program kerja Jokowi, hingga percaturan calon presiden, di mana setiap bulan, isu itu terus berubah dan berkembang sehingga menyebabkan pemberitaan mengenainya tak pernah basi. Spontanitas Jokowi sepertinya menjadi perhatian public. Bahasanya yang bukan dari bahasa formal dan kaku, menjadi salah satu daya tariknya. Lihat saja bagaimana ia menggaet perhatian dengan kata-katanya,’ Enggak mikir. Enggak mikir. Enggak mikir.” Spontan dan membumi. 

Apa saja yang dibicarakan pada Jokowi? Apakah popularitas itu karena aktivitas Jokowi seperti Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar, Normalisasi Pluit, Trans Jakarta, Monorel, masalah Pedagang Kaki Lima? Dalam clustering issue yang dilakukan oleh mesin Indonesia Indicator, media terus memberitakan berbagai program kerja Jokowi yang setiap bulan, dan senantiasa ada penekanan yang berbeda dari bulan ke bulan. Misalnya, Kartu Jakarta Sehat mencapai pembicaraan tertinggi pada bulan maret (1200 berita) dan menurun signifikan pada bulan Juni dan Juli (200 berita/ bulan). Kepeduliannya pada Trans Jakarta hampir rata-rata dibicarakan tiap bulan antara 200-400 pemberitaan. Namun dalam sebulah terakhir, isu yang beredar di Jokowi adalah mengenai survei popularitas. 

Sementara isu terbesar dalam setahun terakhir melingkupi pernyataan Mega yang menyebutkan Jokowi kurus, pelantikan walikota di tempat kumuh, langkah kongkrit Jokowi dalam menangani banjir, serta isu capres 2014 menempati perhatian publik. Sepertinya isu ini akan terus bergulir. Apakah karakter Jokowi yang membumi dan spontan, dianggap bergerak cepat, dianggap menjadi sosok yang dibutuhkan saat ini sehingga media terus memberitakannya? 

Pun pada media social, yang banyak didominasi anak muda, Jokowi juga menampakkan dayanya. Dengan jumlah follower 638.940, dan tidak mem-follow siapapun, Jokowi seperti menjadi tempat untuk bicara. Mention yang ditujukan padanya mulai dari 12.888 hingga 83.945 per bulan. Sentimen yang dipotret oleh Indonesia Indicator menunjukkan resume yang netral dan positif. Sentimen negative hanya menunjukkan angka 9%. Sementara dibanding dengan ratusan ribu mention yang ditujukan padanya Jokowi hanya menulis 854 tweet. 

Kembali ke kisah kegemilangan, ada hal yang perlu diingatkan. Cerita kegemilangan ini terjadi di sepanjang 2012, namun menurun signifikan di tahun 2013. Secara jumlah, pemberitaan Jokowi menurun hampir separuhnya. Apabila di tahun 2012 pemberitaan Jokowi, terutama pada bulan Juli – Desember 2012 antara 4300-7000 rata-rata tiap bulannya, maka pada Januari - Juli 2013 berkisar 2000-4935. Penurunan ini jumlahnya hampir separuh dari tahun lalu. Apakah secara teknis hanya untuk menutup gap pemberitaan, euphoria itu kini sudah kembali normal, atau, sebuah kesengajaan?

Dari pengalaman Indonesia Indicator dalam menganalisa 8 pilkada di Indonesia, popularitas di media berkorelasi positif terhadap aksetabilitas. Dari pengalaman tim Obama dalam pemilu sebelumnya menunjukkan bahwa untuk meraih kemenangan Obama harus memiliki jumlah popularitas di media dan media social sebanyak empat kali lipat dibanding dengan kandidat lainnya.
Apabila Jokowi masih bisa menaikkan popularitasnya empat kali lipat dibanding kandidat lain – seperti yang terjadi di Juli-Agustus 2012 -  hingga 9 bulan ke depan, tentu jalan itu membentang. Tapi, 9 bulan juga waktu yang panjang. Hanya publik yang bisa menentukan. Akankah Jokowi yang kita inginkan?

Penulis : Rustika Herlambang | Direktur Komunikasi Indonesia Indicator

Jokowi Capres 2014 yang Direstui Tuhan dan Alam Semesta

Iwan Piliang, sahabat kita,  pada waktu yang lalu sempat mengejutkan publik dengan mendukung Jokowi (Walikota Solo) sebagai calon Gubernur Jakarta. Padahal waktu itu, nama Jokowi tidak masuk radar peta politik Ibukota, termasuk belum ada sinyal dari PDIP dan Gerindra untuk mencalonkanya. Iwan dorong Jokowi maju ke pilgub DKI ketika tak seorang elite pun perduli.

Bagi Iwan Piliang, jurnalis yang pernah mewawancarai Nazaruddin lewat teleconference saat masih buron di luar negeri, Jokowi adalah sosok yang mampu mengubah mindset berpikir pejabat DKI.

Contohnya, ungkap Iwan, saat memberikan pandangan umum di Kongres Relawan Jokowi di Bandung, Sabtu (15/6), adalah sikap Walikota Jakarta Pusat yang semula mengacuhkannya. Tampilnya Jokowi membuat mindset berpikir Walikota berubah. "Bahkan kini dia berteman dengan saya," jelas Iwan.

Sejak pertemanan itu, Iwan membuat proyek percontohan air bersih di Jl. Abdul Muis, Tanahabang. Proyek itu dinamakan Bang Rojak sebagai singkatan dari Pembangunan Gotongroyong Rakyat Jakarta. "Alhamdulillah, air keruh di Kali Cideng, dengan teknologi sederhana, bisa kembali segar. Kami bisa menebar benih ikan di sana," terang Iwan.

Padahal, lanjut Iwan, ada gedung MK, RRI, Hankam, Perhubungan, Indosat, Menkopolkam, KESRA semuanya melanggar UU Lingkungan, karena tak ada fasilitas water treatment dalam pembuangan limbahnya. "Saat saya tanya Walikota, dia malah ngomong, jangankan saya yang hanya Walikota, Gubernur aja nggak didengar," tiru Iwan Piliang.

Sikap merakyat dari Walikota itu, ungkap Iwan, tidak terlepas dari kepemimpinan Jokowi yang mau berbaur dan mencium keringat rakyat. "Saya rasa, sekarang ini sulit kita dapatkan pemimpin yang seperti itu," tandasnya.

Kenal Jokowi di Dubai
Lucunya, Iwan justru kenal Jokowi pertama kali di sebuah pameran produk Internasional di Dubai, Uni Emirat Arab pada 2009.

Kala itu, Cina memiliki stand pameran seluas 1 hektar. Tapi stand Indonesia hanya kecil, setara stand milik Rwanda. Di tengah pesmisme itu, ungkap Iwan, dirinya tertarik Stand Rumah Kayu yang dijejali pengunjung. "Wah hebat, punya siapa ini?" tanya Iwan kepada penjaga stand. "Punya Pak Jokowi, Walikota Solo," jawab penjaga Stand sebagaimana ditirukan Iwan Piliang.

Sejak itu Iwan mencoba mencari tahu sosok si pedagang mebel yang sukses menjadi Walikota, dan Iwan pun yakin, suatu saat orang itu akan jadi pemimpin.

Pengakuan dan Penjelasan Iwan
Awalnya saya tidak mengenal sosok Jokowi, kini Gubernur DKI. Saya terlebih dahulu tahu produk dagangannya di sebuah pameran di Global Village, Dubai, penghujung 2009. Di stand Indonesia, kala itu kalah ukuran dibanding stand pameran Ruwanda, Afrika. Di dalam stand Indonesia tak banyak produk itu, saya merasa masih ada keindonesiaan:ada rumah kayu produksi perusahaan Jokowi laris manis. Satu unit US $ 176 ribu, satu kamar tidur lengkap berdapur berkamar mandi.

Saat itu saya tak tahu siapa Jokowi. Adalah Staf Kedutaan RI menjelaskan, Jokowi itu Walikota Solo.

Pertemuan pertama saya dengan sosok Jokowi pada Oktober 2009. Di suatu malam, Tvone mencemplungkan Jokowi ke dalam acara di mana saya sudah duluan live. Kami membahas topik korupsi dan kepemimpinan.

Saya langsung menunjukkan jempol ke arah kanan, di mana Jokowi duduk berbaju putih bercelana hitam. Saya sampaikan ke pemirsa: Nah kalau mau jadi pejabat, contoh ini, paling tidak sudah punya US $ 5 juta, baru jadipejabat, baru melayani warga.

Jokowi dengan tawa khasnya, “Bisa saja. He he he he”

Dari pertemuan pertama itu, banyak perjumpaan tak terduga saya dengan Jokowi. Umumnya sudah saya tulis di blog. Sisi humanis Jokowi, antara lain saya menulis Jokowi Ditipu Kukang. 

Dalam catatan saya, deretan pertemuan dan memiliki momentum, di saat esok mobil Esemka hendak diperkenalkan resmi ke publik Solo, 2 Januari 2012, malam harinya, saya menjajal di pelataran rumah dinas Walikota Solo.Seterusnya saya menulis bagaimana sosok Jokowi itu bersahaja, kami makan mie Jawa di pinggir jalan.

Di saat mobil Esemka dibawa untuk diuji emisi pertama kali ke Jakarta, saya turut bersama rombongan wartawan dari Solo hingga ke Puspiptek, Serpong, Tangerang. Saya ingat kala itu, Roy Suryo, kini Menpora, ikut menyetir sang Esemka ke Jakarta.

Melompat ke momentum lain. Pada suatu malam, di hotel Bidakara menjelang Pilkada DKI, Jakarta. Di samping saya ada Ganang Soedirman, Malam itu Jokowi ke rumah Deddy Mizwar. Kami menunggu. Menjelang tengah malam Jokowi kembali, dan mengabarkan bahwa Dedy berkenan menjadi wakilnya. Bahwa kenyatan hari ini wakilnya Ahok, sebuah kisah tersendiri harus diverifikasi mengapa terjadi?

Fenomenon berikutnya, ketika berkesempatan menemani Jokowi ke KPUD DKI, Jakarta. Saya bukan orang partai. Juga tidak ada di-list tim sukses Jokowi. Namun alam dan rasa kedekatan, membuat seorang sahabat di PDIP, Effendi Simbolon berkali-kali menelepon.

“Ayuk ke KPUD, antar Jokowi,” ujarnya. 
Simbolon seusia saya, kami satu almamater di SMA 3 Jakarta dulu, sama-sama kelahiran 1964.

Apa lacur, saya menjadi satu dari dari enam orang yang duduk di barisan depan KPUD DKI di saatJokowi-Ahok menyerahkan pendaftaran.Sayamerasa kikuk sendiriada di situ. Mengapa bisa? Kerumunan wartawan, dan wargatelah membuat badan terjepit, kami saling berangkulan. Saya terdorong, serta merapat otomatis ke Simbolon, Jokowi, Ahok. 

Sementara Ketua DPD Gerindra dan PDIP DKI sudah duduk duluan. Kursi tinggal 4, pas untuk kami berempat.

Turun dari ruang KPUD. Kerumunan wartawan mendorong membuattulang rusuk tergencet seakan mau patah, menahan dorong-dorongan wartawan. Tiba di bawah baju putih saya dan Simbolon bersimbah basah. Simbolon mengatakan, “Tadi kami naik Kopaja, sekarang kita pulang naik taksi.”

Dalam logika saya,usai jam kantor mencari taksi sulit. Apalagi untuk rombongan, butuh sekitar 10 taksi lebih. Pastilah lama. Saya nyeletuk : Kita jalan kaki saja sampai Bundaran HI. Jokowi tampak bersemangat menjawab, “Ayuk!”

Bagi saya di sinilah letakCapres Direstui Alam itu. Ini kisah nyatanya: Selama berjalan kaki Jokowi ramai dikerubuti anak-anak, tukang ojek dan warga biasa yang pulang kantor. Di depan Sarinah, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Jokowibertanya, “Momen sambuatan kayak gini seperti 1999, momenBu Megawati ya Mas? Nah kalau saya seperti ini tanda-tanda apa?”
Saya menjawab dengan6 kata spontan, tanpa pikir: Bapak Gubernur, Bapak Gubernur, Bapak Presiden!

Di bundaran HI, Simbolon di tengah kerumunan, berisik kota, gemericik air mancur bundaran HI, meminta saya memimpin doa. Tiada pula Toa dan pengeras suara. Kata doa mengalir cair dari mulut saya: Jadikan sahabat kami Jokowi Gubernur di DKI yang hanya selangkah di dahulukan dari warga, memuliakan keinsananan menempatkan intangible asset di atas kebendaan. Aamiin.

Di tengah gemuruh Pilkada DKI, satu dua konten, image, animasi tentang falsafah kotak-kotak kami buatkan. Menjelaang hari H Pilkada saya amati banyak sekali yang mendekati Jokowi. Saya menjaga jarak.Konten dan image dukungan tetap saya sosialisasikan.

Tepat pada 5 Oktober 2012, setahun setelah perjumpaan di Tvone, saya di Solo. Kala itu kami satu pesawat pagi ke Jakarta bersama Jokowi. Ia sudah terpilih Gubernur DKI. Saya kritik Jokowi ketika berkampanye pernah mengatakan dijepit gajah-gajah kiri-kanan, agar jangan ia mengatakan hal itu. Jokowi menjawab berdiplomasi.

Di momen itu saya nyeletuk, apakah sudah ada agenda tanggal 25 Oktober? Jokowi menjawab, “Sudah mulai banyak undanagn dari mana-mana.” Saya katakan saya mau Pak Jokowi tampil bicara di Cilangkap, Pentagonnya Indonesia. Saya nyelutuk tanpa rencana, sok yakin akan diizinkan Panglima TNI. Maka pada 15 Oktober 2012 ia dilantik Gubernur.

Beberapa kawan lucu juga meminta undangan untuk bisa hadir di pelantikannya. Saya sama sekali tak berminat di acara seremoni seperti itu. Dan syah, kisah 25 Oktober itu pun kejadian. Bisa disimak dilihat di link


Melompat ke cerita terbaru ihwal behind the scene Gestur Tvone Kamis malam 2 pekan silam. Ketika saya ke Balai kota DKI, tiga hari sebelumnya, menyampaikan kegiatan yang kami inisiasi ihwal Bangun Gotong Royong Jakarta (BangRoJak). Kala itu ada titipan surat undangan dari Tvone kepada saya agar Jokowi tampil di Gestur. Jokowi menjawab, “Saya malas kalau harus di studio.”Saya jawab cocok.

Lalu saya usul untuk tampil dari pasar bau saja. Maka pilihan jatuh ke Pasar Rumput. Dan Kamis malam itu kejadianlahJokwi tampil di Gestur Tvone. Maka di luar yang tak disorot kamera, saya merasakan tajam kaki ini kapalan diinjak ribuan anak-anak kecil berdesakkan ingin bersalaman dengan Jokowi. Mereka berteriak, “Jokowi, Jokowi.” Tanpa mengawali dengan kata Pak atau Bapak.

Lantas, Jumat paginya pukul 07.30 Jokowi sudah berada di bilangan Kebun Jahe Kober, Jakarta Pusat.Sepekan sebelumnya kami sudah memulai kegiatan BangRoJak, membersihkan got, mengalirkan airnya. Dengan teknologi dan gotong royong kawan-kawan peduli, kami ingin got tidak bau. Kami pun menemui banyak warga berumah 2 x 3 meter seperti Sarman, dan 3 KK-nya. Mereka serumah tidur aplusan. Dan selama hayat selama ini, lingkungan padat dan kumuh itu tidak pernah dijenguk Walikota yang jaraknya hanya setarikan karet gelang dari kantor Walikota Jakarta Pusat.

Pagi itu, Walikota Jakarta Pusat mengaku ia mewakili Gubernur DKI, sesuai disposisi surat yang ia terima. Namun setelah melihat Jokowi tampil, Walikota pun berjanji membuat aliran got baru ke kali, saat ini sudah dikerjakan. Dan diharapkan Jumat pekan ini Jokowi ke lokasi lagi, akan menyimak perubahan lingkungan setelah Bangrojak. Tiga hari lalu kami amati rumah Sarman bak kardus kumuh itu, sudah mulai dibedah.

Maka atas paparan di atas, saya beranikan diri mengatakan bahwa Jokowi adalah Capres Memuliakan Keinsanan, Direstui Alam untuk 2014. 

Semalam saya membuat kultwit di Twitter dengan hastag #presidendirestuialam, bisa juga dibuka di www.chirpstory.com/li/83286

Menjadi pertanyaan selalu bagi kawan-kawan jurnalis, kok sebagai citizen journalist saya berpihak?

Di elemen ke-9 Elemen Jurnalisme di buku Bill Kovach dan Tom Rosentiel, disebutkan jurnalis diperkenankan mengikuti hati nurani personalnya. Dan dari lubuk hati nurani personal, itulah adanya. Apakah pula seperak pun saya tak pernah menerima pembayaran dari Jokwi. Di mana salahnya? Dan di setiap kegiatan yang kami buat untuk Jokowi, kami seakan spontan saja mendapat energi.

Maka usai acara di Cilangkap, 25 Oktober 2012, ada dua jenderal bertanya, “Mas Iwan sipil, Jokowi sipil kok bisa bikin acara di sini, kami sajakadang sewa hotel?” Satunya lagi bertanya, “Kok bisa Mas Iwan mendatangkan Jokowi ke mari?”
Saya mau jawab apa, acaranya sudah berlangsung.

Yang pasti harus saya akui kalau saya suka dengan konsistensi Jokowi. Seperti di Gestur Tvone, saya cermati sepatu Jokowi masih sama dengan yang dia pakai ke Cilangkap di Oktober itu. Saya sangat ingat karena sepatu yang sama itu dibuka Jokowi di depan saya ketika ia hendak mengambil air wudhu, menunaikan Zuhur, sebelum memulai acara di Cilangkap itu.

Maka saya sangat yakin perubahan hanya bisa dilakukan seorang pemimpin, jika yang bersangkutan masih mencium bau keringat rakyat kebanyakan. Pemimpin yang demikian menurut saya mampu membawa perubahan bagi kita kembali berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya.


Demikianlah, pengakuan jujur dan penjelasan Iwan Piliang, Citizen Reporter

Inilah 9 Kunci Sukses Richard Branson

Sir Richard Branson, Founder and CEO Virgin. (Foto : Dok/DaVinaNews)
Inilah 9 prinsip sukses dari seorang  Richard Bronson

1. Kerjakan Saja
Percaya bahwa apapun dapat dikerjakan 
Tetapkan sasaran 
Nikmati hidup sepenuh mungkin
Jangan Pernah Menyerah
Buat Persiapan Sebaik Mungkin
Percaya Kepada Diri Sendiri dan Saling Membantu

2. Bersenang - Senanglah
Bersenang-senanglah, tapi sambil kerja keras maka uang akan datang.
Jangan Banyak Membuang Waktu
Sambar Peluang Didepan Anda
Ambil Sikap Positif Dalam Hidup dan
Apabila Tidak Menyenangkan Maka Tinggalkanlah

3. Jadilah Pemberani
Pertimbangkan Resiko yang Baru Diambil
Percaya Kepada Diri sendiri
Kejar cita - cita dan sasaran anda
Jangan mudah menyesal dan menyerah
Beranilah dan jangan ingkar janji

4. Tantang Diri Sendiri
Arahkan bidikan anda tinggi - tinggi
Cobalah hal-hal baru dan selalu mencoba

5. Berdiri Diatas Kaki Sendiri
Bergantung pada diri sendiri
Kejar cita-cita anda, namun hiduplah dalam dunia nyata
Jalin Kerjasama

6. Nikmati Setiap Detik Anda
Cintailah hidup dan nikmati setiap saat
Lakukan perenungan dan jadikan setiap detiknya berharga
Jangan mudah menyesal

7. Hargai Teman dan Keluarga
Dahulukan keluarga dan kelompok setia
Hadapi masalah secara langsung
Pilih orang yang tepat dan hargai bakat

8. Bersikap Hormat
Bersikap sopan dan hormat, kerjakan yang benar saja
Pertahankan terus nama baik
Jujur dalam setiap urusan apapun

9. Berusaha Berbuat Baik
Ubahlah dunia bahkan meskipun hanya sedikit
Perbuatlah sesuatu yang berbeda demi orang lain
Jangan merugikan orang lain
Selalu percaya dapat mengerjakan sesuatu untuk menolong.

"Tidak masalah dari siapa sesuatu itu berasal, jika itu positif maka ambilah." 
(Prinsip orang yang bijak)

MotivAsyik #4 : Nasehat Bijak Sang Guru



Bersyukurlah apa yang selama ini kita dapati dan kita nikmati

Karena kita tidak akan tahu, apa yang akan terjadi hari Esok

Ketika lahir dua tangan kita kosong

ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong

Waktu datang dan waktu pergi kita tidak membawa apa-apa

Jangan Sombong karena Kaya dan Berkedudukan

Jangan Minder karena Miskin dan Hina

Bukankah kita semua hanyalah Tamu dan semua milik kita hanyalah Pinjaman

Tetaplah rendah hati seberapapun Tinggi Kedudukan Anda

Tetaplah percaya diri seberapapun Kekurangan Anda

Karena kita hadir tidak membawa apa-apa dan kembali juga tidak membawa apa-apa

Hanya Pahala Kebajikan atau Dosa kejahatan yang dapat kita bawa

Datang ditemani oleh Tangis
Pergi juga ditemani oleh Tangis

Maka dari itu tetaplah bersyukur, dalam segala keadaan apa pun, dan hiduplah disaat yang benar-benar ada dan nyata untuk kita, yaitu saat ini, bukan dari bayang-bayang masa lalu maupun mencemaskan masa datang yang belum lagi tiba.

Hadapi hari ini dgn Senyum Bahagia.



Wahyudi Sudiyono
Founder MotivAsyik

Twitter : @WahyudiSudiyono

---------- Pesan Sponsor -------

Dicari koordinator Indobroker untuk kota/kab se-Indonesia.

Syarat :
1. Aktif berprofesi sebagai broker properti minimal slm 2 tahun
2. Memiliki kemampuan untuk memimpin/leadership skill
3. Memiliki jiwa sosial yang tinggi/socialship
4. Memiliki jaringan yang cukup luas di kab/kota
5. Memiliki akun twitter/facebook
6. Memiliki keinginan kuat dalam membesarkan Indobroker
7. Diutamakan yg pernah menjadi pengurus dalam suatu komunitas

Jika Anda memiliki kriteria diatas silahkan isi formulir online berikut ini -> http://bit.ly/FormKu

*** www.Indobroker.co.id ***


MotivAsyik #3 : Genggamlah Dia yang Masih Peduli Terhadapmu



Percayailah seseorang...
# Yang mampu merasakan kesedihanmu dibalik senyumanmu

# Yang mampu mengerti pikiranmu disaat engkau terdiam.

# Yang mampu merasakan kasih sayangmu disaat kemarahanmu


# Karena dialah yang akan bisa mengerti tentang dirimu

# Terkadang engkau harus berlari jauh... Agar engkau tahu siapa yang akan datang kepadamu

# Terkadang engkau harus berbicara pelan... Agar engkau tahu siapa yang masih mau mendengarkanmu

# Terkadang engkau harus melibatkan diri kedalam sebuah perbedaan... Agar engkau tahu siapa yang masih akan membelamu

# Terkadang engkau harus mencoba mengambil keputusan yang kurang tepat... Agar engkau tahu siapa yang akan menunjukkanmu keputusan yang benar

# Terkadang engkau harus melepaskan orang yang sangat engkau cintai... Agar engkau tahu apakah dia akan kembali setia di sisimu


Sesungguhnya...
Ketika kita pergi bersembunyi, hanyalah untuk ditemukan

Ketika kita berjalan jauh, hanyalah untuk melihat siapa yang masih setia mengikuti

Ketika kita menangis, agar kita tahu siapa yang dengan ikhlas menghapus air mata kita

Dan dialah sebenarnya yang masih mempedulikan kita

Siapakah dia?
Hanya Anda dan Tuhan lah yang mengetahuinya

Wahyudi Sudiyono
Founder MotivAsyik

Twiteer : @WahyudiSudiyono


MotivAsyik #1 : Jagalah Hati Jangan Kau Nodai



Hati Anda tidak ada yang bisa menebak

"Jagalah hati Anda dengan segala kewaspadaan, 
karena dari situ terpancar kehidupan"

Hati adalah aset paling mahal dalam hidup ini, peliharalah lebih dari harta Anda dan Anda akan bahagia karena nya ^_^

Lakukan ini dan hati Anda akan bahagia sepanjang masa :
1. Jika orang lain bikin susah, yakini bahwa itu rejeki
2. Setiap hari selalu menyenangkan hati orang Lain
3. Jika merasa pahit dalam kehidupan, itulah berkah
4. Semangat selalu menyebar Kebajikan
5. Puas dan bersyukur selalu dengan apapun yang dimiliki
6. Jika menerima 1, berikan 10
7. Selalu ingat kebaikan orang lain dan lupakan kelemahannya
8. Jika benar difitnah, dipersalahkan dan dihukum, itu adalah pahala
9. Jika salah dipuji dan dibenarkan, itu adalah bencana
10. Orang yang benar dibela, yang salah dinasehati
11. Jika benar, difitnah dan dipersalahkan tetapi menerimanya, maka akan meraih berkah
12. Jangan melihat atau mengecam orang lain tetapi selalu melihat diri sendiri, itulah kebenaran sejati
13. Orang yang baik diajak bergaul, tetapi orang yang jahat dikasihani
14. Jika wajah tersenyum dan hati senang, pasti akan bahagia
15. Dua orang saling mengakui kesalahan maka akan bersahabat sepanjang masa
16. Saling menyalahkan akan mengakibatkan putus hubungan
17. Kalau rela dan tulus menolong orang lain yang susah, jangan sampai diketahui sebagai penolongnya
18. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, sebab akan dinilai jelek oleh si pendengar
19. Kalau mengetahui orang itu berbuat salah, tegurlah dengan kata-kata yang lembut agar orang itu sadar dan mau berubah
20. Yakini bahwa apa yang diperbuat,
itulah yang akan diterima.

Penulis : Wahyudi Sudiyono
Founder MotivAsyik

Twitter : @WahyudiSudiyono


Orang Suci itu Anda !


Orang suci itu tidak memiliki pemikirannya sendiri, 
dia menyesuaikan pikirannya dengan orang banyak.


Dia tidak hanya baik kepada orang yang baik, 
akan tetapi dia baik pula terhadap orang yang belum baik. 
Maka dia berhasil menjiwai makna dari sebuah kebaikan.


Orang suci itu percaya kepada orang yang handal, 
dia juga percaya kepada orang yang belum layak dipercaya.
Karena itu dia berhasil menghayati arti sebuah kepercayaan.



Kepada yang lebih muda... 
Mereka dianggap sebagai anaknya didiknya sendiri.


Dan kepada yang lebih tua...
Mereka dianggap sebagai guru sekaligus orang tuanya sendiri.

Ditengah kehidupan yang penuh dengan hiruk pikuk dunia,
orang suci bertindak dengan tenang dan tidak tergesa-gesa dalam menghadapi segala macam permasalahan kehidupan yang semakin keras tersebut.

Dan orang suci itu adalah Anda !






Penulis : WahyuSud | @WahyudiSudiyono 
Penulis adalah seorang Founder & CEO di Da Vina Group 

Indonesia Butuh Pemimpin dengan Gagasan Besar


Indonesia membutuhkan pemimpin, yang tidak hanya mengandalkan sosok, namun juga mampu memunculkan gagasan besar, kata staf khusus presiden bidang pembangunan daerah dan otonomi daerah Velix Wanggai.

"Tidak hanya siapa figurnya, tapi juga apa gagasan yang dibawa olehnya," kata Velix dalam acara malam anugerah "The Right Man on The Right Place" di Jakarta pada Minggu.

Velix mengutip pernyataan Presiden, yang berharap media dapat memunculkan tokoh alternatif, yang memiliki gagasan untuk memajukan Indonesia.

Ia mengatakan Indonesia mengalami krisis kepemimpinan setelah masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014.

"Ada krisis kepemimpinan, siapa nanti pengganti SBY? Media berperan memberikan ruang kepada tokoh alternatif agar kita tidak terjebak dengan memilih pemimpin seperti membeli `kucing dalam karung`," katanya.

Sementara itu, ketua pelaksana acara tersebut, Oddy Karamoy, mengatakan Indonesia haus akan tokoh bermutu. "Ke depan, bangsa ini harus punya lebih banyak sosok yang tepat dan berkompeten, yang berada di tempat yang tepat," kata Oddy.

Lensa Indonesia menghelat malam anugerah "The Right Man on The Right Place" untuk memberikan penghargaan kepada tokoh yang dianggap berkompeten dan menjadi pembuat berita dalam kurun waktu setahun terakhir.

Beberapa tokoh yang mendapat penghargaan dalam acara tersebut di antaranya tokoh sepak bola 1970-an Johanes Auri, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Ketua KPK Abraham Samad, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Kemas Danial, Anggota Komisi VII DPR Satya Widya Yudha, pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo. 



[ant/rus]

Inilah Pejabat yang Mengalahkan Jokowi


Masyarakat pasti kenal Joko Widodo, mantan Wali Kota Surakarta yang kini menjadi Gubernur DKI Jakarta. Gaya Jokowi yang populis dan suka blusukan membuat dia populer. Tapi, tahukah Anda rekor perolehan suara Jokowi ternyata kalah dengan rekor suara Herman Sutrisno. Dia adalah Wali Kota Banjar, Jawa Barat. Pada pemilihan kepala daerah 2008, Herman Sutrisno meraih 92,17 persen suara dan masuk Museum Rekor-Dunia Indonesia. Rekor yang hingga kini belum terpecahkan oleh kepala daerah mana pun.

Bandingkan dengan pasangan Jokowi-Ahok yang pada putaran pertama DKI Jakarta meraih 42,6 persen dari total suara. Di putaran kedua, Jokowi cuma meraih 53,8 persen suara. 

Herman adalah dokter biasa yang sudah bertugas selama 30 tahun. Setiap Jumat pagi, dia selalu bersepeda keliling Banjar. Minimal rutenya sejauh 35 kilometer. Kadang Herman mencari rute lain: jalan sempit, naik-turun, masuk-keluar desa. Bagi Herman, olahraga ini bukan sekadar menyalurkan hobi, tapi juga untuk melihat dari dekat perkembangan kota yang dipimpinnya. "Saya bisa tahu apa ada jalan yang sudah rusak. Kalau naik mobil, belum tentu terasa," ujar Herman.

Ditemui di acara penganugerahaan Tokoh Tempo 2012: Bukan Bupati Biasa di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa, 12 Februari, Herman tampak santun dan merendah saat ditanya tentang resep keberhasilannya.

Ketika Banjar mandiri sebagai kota pada 2003, Herman, yang menjadi formatur pemekaran, terpilih memimpin wilayah tersebut. Harapan masyarakat terhadap daerah yang terletak di ujung tenggara Jawa Barat sekitar tiga jam perjalanan dari Bandung itu begitu besar. Berbekal pengalaman mengelola Ciamis, dia menyiapkan segudang rencana. Selain membangun infrastruktur kota, seperti pengembangan jalan dan jembatan, dia berfokus pada peningkatan layanan dasar, yaitu kesehatan dan pendidikan.

Di bidang pengajaran, sebelum pemerintah pusat mencanangkan program Bantuan Operasional Sekolah, Herman sudah mengembangkan proyek "Angka Prediksi Drop Out" pada 2004. Setiap anak yang dinilai tidak dapat bersekolah lantaran kekurangan biaya dibantu Rp 250 ribu per tahun. Itu untuk siswa sekolah menengah pertama. Buat murid sekolah menengah atas, bantuannya Rp 500 ribu per siswa. Bantuan itu mengalahkan bantuan DKI Jakarta yang cuma Rp 400 ribu per siswa SMA.

Kepala Seksi Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan, Asep Parjaman, mengatakan, siswa yang ingin menerima bantuan tinggal mengisi formulir. Data itu kemudian diajukan ke pemerintah kota untuk diseleksi. Begitu Wali Kota meneken surat keputusan, dana langsung dikirim ke rekening sekolah. Hingga tahun ini, sudah sekitar 8.000 siswa menikmatinya. 

Untuk pelayanan kesehatan, Herman membebaskan biaya berobat puskesmas bagi mereka yang membawa kartu penduduk. Hal yang sama berlaku jika mereka berobat ke rumah sakit daerah. Bedanya, yang satu ini hanya diberlakukan bagi warga miskin. Setahun berjalan, ternyata tak banyak warga berobat ke puskesmas. Usut punya usut, tahulah Herman mengapa hal itu terjadi. "Puskesmasnya memang gratis, tapi perginya naik ojek. Itu berarti mereka harus membayar Rp 10-15 ribu," ujarnya.

Pak Dokter ini pun punya ide mendekatkan tempat layanan ke masyarakat. Dia membangun 42 pos kesehatan desa di 25 desa dan kelurahan. Setiap pos memiliki tenaga medis bidan dan perawat. Sedangkan dokter datang seminggu tiga kali. Puskesmas pun diperbanyak dari dua menjadi empat. Warga pun berduyun-duyun berobat. Indeks kepuasan masyarakat terhadap kesehatan terus naik. Rata-rata di atas 77 persen setiap tahun. "Di Banjar, yang susah itu uang. Kalau makanan, gampang."



Tangan Wali Kota Patah Karena Masuk Got


Tempo menobatkan tujuh kepala daerah sebagai Tokoh Tempo 2012. Mereka adalah tokoh-tokoh inspiratif yang bisa disebut sebagai "bukan bupati biasa". Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini adalah contohnya. Dia telah mengubah wajah Kota Surabaya bukan saja semakin cantik, tapi juga manusiawi.

Kerap pada pukul 02.00, Wali Kota ini telah keluar dari rumah dinasnya lalu masuk got untuk ikut menyapu atau mengambil sampah. "Tangan saya pernah sampai patah karena ambil sampah," kata Tri Rismaharani. "Masyarakat adalah tuan dan majikan saya."

Penderitaan itu tak seberapa. Tri juga aktif mengajak para wanita penghibur untuk mengambil profesi lain. Demi advokasi ini, Tri sering keluar-masuk lokalisasi. "Saya pernah juga ditawar orang," kata mantan Kepala Dinas Pertamanan Surabaya ini. 

Saat menerima anugerah Tokoh Tempo 2012, Tri tergetar perasaannya. "Berdiri di sini baru berasa saya menjadi wali kota. Soalnya, nanti sore saya menjadi tukang sapu dan kembali masuk got," katanya. 

Tokoh Tempo lainnya adalah Bupati Keerom, Papua, Yusuf Wally. Saat menerima piala Tokoh Tempo 2012, Yusuf sampai menangis. Acara penganugerahan yang berlangsung di Hotel Kartika Chandra Jakarta ini dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono.

"Kalau di Jakarta penuh dengan kelimpahan, di Keerom saya sedih karena melihat warga tidur di depan kantor saya. Mereka jauh-jauh dari tapal batas membawa proposal pembangunan," katanya.

Dari kenyataan itulah akhirnya Yusuf membuat gerakan membagikan dana Rp 1 miliar untuk desa-desa miskin di tapal batas. Dana itu dipergunakan untuk membangun dan menghidupkan desanya. 

Itu hanya sebagian kecil dari Tokoh Tempo 2012. Inilah daftar lengkapnya (urutan tak menunjukkan peringkat). Majalah Tempo edisi 9 Desember 2012 telah menurunkan laporan lengkap soal ini. 

1. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani
2. Wali Kota Banjar Herman Sutrisno
3. Wali Kota Sawahlunto Amran Nur
4. Wali Kota Wonosobo Abdul Kholiq Arif
5. Bupati Enrekang La Tinro La Tanurung
6. Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan
7. Bupati Keerom Yusuf Wally

Inilah Bupati Pilihan Tempo


Majalah Tempo edisi Senin, 10 Desember 2012, menetapkan tujuh kepala daerah pilihan. Tapi, bukan berarti pemimpin bagus dari 497 kota dan kabupaten di seluruh Republik hanya tersisa tujuh tokoh ini. Pasti masih ada kepala daerah cakap yang luput dari “radar” kami, walaupun jumlah yang lurus sekaligus berprestasi sangat terbatas. 

Bahwa Bupati Garut Aceng Fikri tak masuk daftar, misalnya, bukan akibat nikah siri empat hari yang dilakoninya, melainkan berhubungan dengan kriteria hasil kerja yang tak mengesankan. 

Tujuh kepala daerah terpilih tahun ini merupakan bagian dari stok yang sedikit: pemimpin dengan sejumlah inovasi untuk membangun masyarakatnya serta bebas dari korupsi--setidaknya sampai Tempomenurunkan laporan utama ini.

Era otonomi daerah sejak 1999, yang disempurnakan lima tahun kemudian dengan pemilihan langsung kepala daerah, membawa berkah sekaligus “musibah”. Berkah itu datang dari kedekatan “jarak” pemimpin dengan yang dipimpin, yang membuat penanganan masalah rakyat lebih cepat.

Pembangunan daerah semestinya bisa semakin bergegas lantaran pemimpin yang tumbuh dari masyarakatnya akan lebih gampang menggerakkan komunitas itu. Tapi “musibah” juga datang, terutama di daerah dengan kelas menengah yang belum bangkit. Sistem pengawasan yang lemah membuat korupsi tumbuh subur. Komisi Pemberantasan Korupsi mencatat, 31 bupati dan wali kota menjadi terpidana korupsi sejak 2004.

Artinya, korupsi masih merupakan masalah akut otonomi daerah. Sangat jelas benang merah antara korupsi dan sejumlah indeks keberhasilan pembangunan. Daerah dengan pemimpin korup umumnya tak berhasil mencapai angka bagus pada berbagai indeks pembangunan, misalnya indeks pembangunan manusia atau indeks kesejahteraan rakyat.

Perkecualian hubungan antara korupsi dan sejumlah indeks tadi memang terjadi di satu-dua daerah yang benar-benar kaya sumber daya alam. Kutai Kartanegara merupakan satu contoh. Walaupun pemimpinnya di masa lalu sempat ditahan karena korupsi, berkat bahan tambang yang melimpah ruah, indeks pembangunan manusia tetap tinggi. Di daerah dengan sumber daya alam terbatas, atau sama sekali tak tersedia, korupsi segera akan terlihat dampaknya. Kemampuan daerah membuat terobosan, yang tentu memerlukan dana tak sedikit, akan sangat terbatas.

Yang menarik dari tujuh pemimpin pilihan ini, ada semacam kesamaan pandangan bahwa korupsi akan membuat pemimpin berjarak dengan masyarakatnya, dan akhirnya menyulitkan usaha menggalang dukungan rakyat. Para kepala daerah ini berkeyakinan bahwa hanya pemimpin bersih yang sanggup merebut hati rakyat untuk mendukung program kerja mereka.

Cerita Bupati Banjar Herman Sutrisno menjadi bukti. Pemimpin sebuah kabupaten di Jawa Barat ini tidak pernah membeli dukungan rakyat. Bupati yang juga dokter ini cukup bekerja keras memperbaiki tingkat kesehatan warga. Imbalan yang ia peroleh luar biasa: 94 persen rakyat Banjar memenangkannya untuk periode kedua.

Sikap antikorupsi saja tak cukup. Leadership kuat, yang diwujudkan dengan berani, sangat diperlukan untuk menangani beribu masalah di daerah. Sungguh beruntung, tujuh pemimpin pilihan ini mempunyai berbagai kelebihan. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, umpamanya, berani menolak pembangunan jalan tol yang membelah Kota Surabaya. Risma berkukuh menaikkan tarif papan reklame besar yang selama ini dianggapnya merusak keindahan kota, walaupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengancam mencopotnya.

Ada contoh lain. Yusuf Wally, Bupati Keerom--sebuah kabupaten di Papua yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini--berani meminta TNI mengurangi pasukan. Alasan Wally: ia tak ingin penduduk daerah rawan konflik itu terus-menerus menderita trauma lantaran “dikepung” pasukan dalam jumlah besar. 

Kepemimpinan kuat ditunjukkan Wally ketika ia membuat kemeriahan di kantornya pada 1 Desember lalu, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Organisasi Papua Merdeka. Ia mendukung OPM? Tidak. Dia justru berupaya mengalihkan perhatian rakyat Keerom agar tidak melulu berpikir soal kemerdekaan OPM.

Leadership kuat, keberanian dalam mengimplementasikan program, serta konsistensi, merupakan kunci sukses tujuh kepala daerah pilihan ini. Tapi pemilihan langsung tak selalu menghasilkan pemimpin dengan kualitas seperti pendahulunya.

Maka, tantangan terbesar bagi para leader itu akan datang setelah mereka tak lagi menjabat. Tantangan itu adalah menjamin kelangsungan program yang sudah berhasil memperbaiki wajah daerah, yang bisa dilakukan umpamanya dengan membuat peraturan daerah yang kokoh. Mereka juga bisa menghidupkan partisipasi masyarakat untuk menjaga keberlanjutan programnya.

Barangkali tujuh pemimpin daerah pilihan Tempo 2012 ini belum mencapai kelas “The Magnificent Seven”--meminjam istilah dunia bulu tangkis untuk tujuh pendekar Indonesia 1970-an yang merajai pelbagai turnamen kelas dunia. Tapi mereka patut mendapat perhatian kita, terutama pada saat krisis kepemimpinan melanda Republik--seperti sekarang ini. Jika para kepala daerah ini konsisten menjaga prestasinya, mereka pantas kita calonkan sebagai pemimpin di level yang lebih tinggi. Selengkapnya, baca majalah Tempo.


[tempo]

Bill Clinton, Tony Blair, Pemimpin-pemimpin Dunia, dan Para Pakar Pendidikan Bertemu untuk Mendiskusikan Kerjasama Publik-Swasta untuk Memenuhi Tuntutan Global akan Pendidikan yang lebih baik

Bill Clinton dan Tony Blair

Bill Clinton, Tony Blair, Kepala Negara, dan menteri-menteri Keuangan dan Pendidikan akan membahas peran dari kemitraan swasta-publik untuk membuat pendidikan agar lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang muda di dunia demi menciptakan tenaga kerja yang terampil untuk masa depan.
The Global Education dan Skills Forum seri perdana ini akan diadakan minggu ini di Dubai pada 14-17 Maret. Forum ini, yang diselenggarakan secara bersama-sama oleh UNESCO, The Commonwealth Business Council, Pemerintah UEA, dan GEMS Education akan mencari cara-cara untuk membuat perubahan yang nyata, berkelanjutan, dan terukur bagi sistem pendidikan di tingkat global dan lokal.
Sebuah fokus khusus akan diberikan pada pengembangan lingkungan yang mendukung kemitraan publik dan swasta yang efektif, termasuk kerangka regulasi yang menjamin akses, kualitas, relevansi, dan kesetaraan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Juru bicara untuk Pendidikan Global dan Keterampilan Forum, Chris Kirk, berkata, "Sekaranglah saat yang tepat untuk merevolusi pendekatan terhadap pendidikan. Seluruh dunia menyaksikan sendiri tingginya permintaan dari Afrika dan Asia untuk pendidikan berkualitas. Mayoritas penduduk dunia terdapat di negara-negara berkembang. Namun, sementara itu, perdebatan antara swasta versus publik pun terus berlanjut, sehingga jutaan anak-anak kehilangan pendidikan yang berkualitas."
"Anak-anak dan kaum muda menuntut transformasi pendidikan yang memberikan penyediaan publik berkualitas tinggi dan efisien secara global dalam rangka memenuhi dan meningkatkan harapan keluarga dan masyarakat di seluruh dunia. Tuntutan semacam ini hanya dapat dicapai melalui kerjasama antara sektor publik dan swasta dan organisasi non-pemerintah."
Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, berkata, "Perusahaan global memiliki kepentingan global mereka sendiri. Tapi, ada sesuatu yang baru yang segera terwujud, dan itulah pemahaman umum bahwa dalam sektor swasta orang-orang dapat terdidik dengan baik. Kita sadar bahwa dalam kepentingan sektor swasta, pasar berjalan dengan baik, orang-orang menjadi mapan, dan negara-negara menjadi stabil. Selain itu, sektor swasta sangat terbuka untuk metode kerjasama yang inovatif. Menghadapi tantangan global yang kompleks membutuhkan kemitraan antara publik dan swasta yang inovatif dan solid.
Sekitar 67 juta anak tidak memiliki akses terhadap pendidikan sekolah dasar dan 72 juta anak kehilangan pendidikan sekolah menengah.
Hasil nyata dari kesenjangan pendidikan mencakup tingkat pengangguran yang tinggi, pekerjaan peringkat atas diutamakan untuk warga negara asing, siswa berbakat pindah ke luar negeri untuk peluang yang lebih baik, kualifikasi bernilai rendah, dan keterampilan tak mumpuni untuk kebutuhan perekonomian.
Forum ini meliputi topik di sektor pendidikan, termasuk sesi pada teknologi mengganggu, pendidikan teknis dan kejuruan, dan kesetaraan dalam pendidikan.
Forum ini dihadiri oleh E. Pierre Nkurunziza, Presiden Burundi, HE Maria Kiwanuka, Menteri Keuangan, Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi, Uganda, HE Olusegun Obasanjo, Mantan Presiden Republik Federal Nigeria, H, H.E. Cirino Ofuho, Menteri Pemuda, H.E. Chilundo Arlindo, Wakil Menteri Pendidikan, Mozambik, Sudan Selatan, HE Reem Al Hashimy, Menteri Negara, Uni Emirat Arab, Nick Fuller, Kepala Dinas Pendidikan, Olimpiade 2012, Inggris, H.E. Shashi Tharoor, Menteri Pengembangan Sumber Daya Manusia, India, dan Lord Andrew Adonis, mantan Menteri Negara untuk Pendidikan, Inggris.



Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: 
Margaret Flanagan/ Rebecca Sageman
ASDA'A Burson-Marsteller
Tel: (+971)4-4507-600
Email: margaret.flanagan@bm.com / rebecca.sageman@bm.com 

Sumber: UNESCO, The Commonwealth Business Council,  Pemerintah Uni Emirat Arab dan GEMS Education

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.