Membangun Karakter Masyarakat Indonesia Melalui Media Sosial
Foto: googleplus.com |
Media sosial akhir-akhir ini didaulat memiliki fungsi baru, yakni sebagai cermin dari karakter diri. Apa yang dimaksud media sosial sebagai cermin pribadi?
Terkadang, tanpa sadar, kita tidak secara bijak memperlakukan akun kita di media sosial. Misalnya saja, bertindak berlebihan dengan membeberkan jadwal dan aktivitas kita di dunia maya. Hal ini pula tidak lepas dari keseharian saya selama menjelajah satu demi satu akun media sosial, baik di Twitter maupun di Facebook.
Dalam media sosial, kita juga terkadang melupakan perlindungan atas hak-hak prerogatif seseorang. Tidak sedikit saya menemui orang-orang yang tersinggug hanya karena komentar kita di Facebook. Dan saya salah satunya. Hak prerogarif yang kebanyakan menyakitkan dan tidak bisa diterima, misalnya penghapusan teman (friend removal) di Facebook atau penghentian langganan akun (unfollow) di Twitter. Hal itu kebanyakan mengindikasikan adanya kebencian terhadap lawan berjejaring, walaupun tidak semua berpandangan demikian.
Anak-anak muda masa sekarang perlu mempelajari etika pergaulan secara intens seperti pada zaman dulu sebelum globalisasi belum di segala aspek seperti sekarang. Sebelum keluar menjadi anggota masyarakat maya maupun nyata, anak harus dibekali paradigma, bahwa pada dasarnya media sosial mewakili kehadiran kita di internet, termasuk perilaku kita. Curhat ala anak-anak juga tak jarang mendominasi posting orang dewasa di media sosial. Media sosial memang bersifat konvergen, dan jangan sampai diversivitas multi aspek dalam media sosial ini membawa kehancuran moral karena menonjolnya perilaku kita secara getol di media sosial.
Penulis: Mas Yudi Dua
.