Qurban, Kemanusiaan dan Ketuhanan
Sumber Foto: facebook.com |
1. Apa hubungan Qurban dengan Kemanusiaan?
Sepanjang zaman, telah dibuktikan bahwa kehidupan manusia tidak pernah lepas dari aktifitas berkorban. Pengorbanan sangat dihajatkan manusia dan sudah menjadi bagian yang tidak bias dipisahkan. Beberapa hal dibawah ini dapat menggambarkan betapa pengorbanan itu sangat diperlukan :
1. Terbentuknya sebuah bangsa seperti Indonesia ini tidak pernah lepas dari pengorbanan manusia Indonesia tempo dulu, dalam setiap aspek kehidupan. Begitu juga bangsa-bangsa lainnya.
2. Hidup, dan berkembangnya seorang manusia tidak bisa dilepaskan oleh pengorbanan kedua orang tuanya dalam segala bentuk dan dalam membimbingnya hingga hidup menjadi orang dewasa.
3. Majunya atau untungnya sebuah usaha ekonomi tidak dapat dilepas dari pengorbanan modal dan menejemen.
4. Tercapainya keamanan sosial juga tidak dapat dipisahkan dari pengorbanan waktu, tenaga dan fikiran petugas-petugas keamanan dan seluruh unsur keamanan dan unsur masyarakat.
5. Pandai dan cerdasnya manusia tidak pernah lepas dari pengorbanan guru untuk telaten mengilmukan murid-muridnya.
6. Dinamika persahabatan, persaudaraan dan percintaan juga tidak lekang dari pengorbanan.
7. Dapatkah kita bayangkan betapa mengenaskannya kehidupan manusia bila seorang dokter tidak mau berkorban untuk menyembuhkan pasien yang sakit?
Tentunya masih banyak hal-hal kehidupan yang tidak dapat dilepaskan dari pengorbanan.
Namun, adalah hal yang menarik untuk diperhatikan, bahwa pada setiap pengorbanan selalu menghasilkan hal yang positif . Bukankah, terbentuknya sebuah bangsa, tumbuh berkembangnya manusia menjadi dewasa, untungnya sebuah usaha ekonomi, terciptanya kehidupan yang aman dan sejahtera, kecerdasan bangsa, persahabatan persaudaraan dan kesehatan seperti yang digambarkan diatas, adalah hal-hal positif yang dicapai manusia setelah pengorbanan dilakukannya?
2. Apa hubungan Qurban dengan Ketuhanan?
Berkorban bukan milik umat Islam saja. Berkorban adalah milik manusia, walau hanya umat Islam yang mensakralkannya dalam bentuk ‘ied. Semua agama, adat, tradisi, norma, mengajarkan pengorbanan, baik berbentuk materi maupun spirit. Pada hakekatnya, berkorban adalah aktifitas social yang terus menerus, tiada henti selama kehidupan ini masih berlangsung.
Tuhan adalah pengatur kehidupan ini. Itulah arti dari Tuhan sebagai Rabbun (Pengatur). Manusia adalah pelaksana aturan Tuhan. Manusia menyembah kepadaNya dalam artian menjalankan semua aturan ilahi. Tuhan sebagai sembahan itulah yang disebut Ilaahun/Ma’bud (Sembahan). Bumi, sebagai tempat manusia melaksanakan aturan ilahi itu adalah daerah kekuasaan Tuhan. Maka Tuhan disebut Malik (Penguasa).
Ketiga aspek diatas (aturan, manusia, kekuasaan) pun tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebagai mana tidak dapat dipisahkannya antara Rab, Ilah dan Malik..Ketiga-tiganya adalah Tuhan sebagai Pengatur, sebagai Sembahan dan sebagai Penguasa. Tidak mungkin ada aturan (rububiyah) bila tidak ada yang melaksanakan (uluhiyah), dan tidak mungkin dapat melaksanakan aturan (rububiyah) bila tidak ada tempat (mulkiyah) untuk melaksanakannya. Atau manusia (uluhiyah) dibumi (mulkiyah) ini tidak dapat hidup dan tidak berguna bila tidak ada aturan (rububiyah).
Hal tersebut diatas juga dapat kita pelajari dari al-Qur’an pada surat pembuka dan penutupnya (al-Fatihah dan al-Nas), sebagai mana yang tersebut dibawah ini :
1. Fungsi Tuhan sebagai Rab (pengatur)
Al-Fatihah .: الحمد لله رب العالمين (segala puji bagi Allah Pengatur alam)
Al-Nas .....: قل أعوذ برب الناس (Katakanlah aku berlindung kepada Pengatur manusia)
Istilah .....: Rububiyah
Arti ........: Aturan
2. Fungsi Tuhan sebagai Malik (Penguasa )
Al-Fatihah .: مالك يوم الدين ( Penguasa hari tegaknya agama )
Al-Nas ......: ملك الناس ( Penguasa manusia )
Istilah ......: Mulkiyah
Arti ........: Kekuasaan
3. Fungsi Tuhan sebagai Ilah/ Ma’bud (Sembahan)
Al-Fatihah .: إياك نعبد و إياك نستعين (Hanya kepadaMu kami menyembah dan mengabdi)
Al-Nas .....: إله الناس (Tuhan Yang disembah manusia)
Istilah ......: Uluhiyah/ubudiyah
Arti .............: Persembahan/Hamba
Gambaran diatas menjelaskan kita betapa aktifitas kehidupan manusia, tidak dapat dipisahkan dari aturan Tuhan. Berqurban adalah aktifitas kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan juga dari manusia itu sendiri, sekaligus tidak dapat dipisahkan dari aktifitasnya dalam menyembah Tuhannya. Berqurban selalu bernilai positif karena merupakan fitrah manusia sekaligus perintah yang ditetapkan oleh Tuhan. Bila tidak dilaksanakan oleh manusia, maka sama dengan memutuskan hubungan dengan Tuhan. Bila itu yang terjadi maka akan negatif hasilnya. Sebagaimana yang disirat dan suratkan pada 3 ayat, dalam al-Qur’an surat al-Kautsar (108) dibawah ini :
إنا أعطيناك الكوثر (1) فصل لربك وانحر (2) إن شانئك هو الأبتر (3)
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
3.Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Jika kita tela’ah makna dari ayat yang pertama adalah: hal positif yang dicapai manusia dari pengorbanan yang dilakukannya bukan saja tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, tapi juga sangat dihajatkan. Maka Kebiasaan berkorban (persembahan/ibadah) yang dilakukan manusia sepanjang zaman adalah suatu kurnia Ilahi yang banyak (al-kautsar) tiada hingga, yang ditanamkan pada kehidupan manusia.
Pada ayat kedua : Mendirikan sholat, bermana membina hubungan manusia dengan Rab (pengatur)nya. Membina hubungan tersebut juga bermakna berhubungan dengan aturanNya. Itulah sebabnya kata Shalli (shalat/hubungan) dikaitkan dengan Rab (Pengatur). Jadi berkorban yang dilaksanakan manusia itu, disadari atau tidak, merupakan melaksanakan aturan Tuhan yang selalu berdampak positif bagi manusia.
Pada ayat ketiga digambarkan betapa ironisnya bila kita tidak berkorban. Karena itu sama saja dengan memutuskan hubungan (abtar) dengan Tuhan. Bila terputus hubungan manusia dengan Tuhan itu sama dengan kematian (negatif). Tidak akan ada kehidupan suatu bangsa bila tidak ada perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. Begitu pula dari sisi pendidikan, ekonomi, social, politik dan lain sebagainya.
Praktek ritual ‘Ied al-Qurban, yang dilaksanakan muslim setiap tahun, adalah upaya Rasulullah Muhammad saw. dalam mengingatkan manusia terhadap apa yang dilakukan oleh Ibrahim as bagi kehidupan manusia. Menyembelih hewan qurban merupakan simbul dari hakekat pengorbanan yang harus dilaksanakan setiap waktu dalam segala bentuk. Dalam ‘Ied Al-Adha, dikumandangkan takbir (Allahu Akbar / Allah maha besar) yang setiap sukunya diucapkan tiga kali.
1. Allahu Akbar : Bermakna membesarkan Rab dan aturan Ilahi (rububiyah)
2. Allahu Akbar : Bermakna membesarkan Malik dan kekuasaan Tuhan (mulkiyah)
3. Allahu Akbar : Bermakna membesarkan Ilah dan hamba/pengabdi Tuhan (uluhiyah)
Simbul ini juga harus dijadikan dasar bagi pengorbanan kita diluar I’ed al_Adha. Bahwa setiap pengorbanan harus dilakukan demi membesarkan Rab dan aturaNya, Malik dan kekuasaanya, Ilah dan hambanya.
Semoga kita mendapatkan petunjuk atas pengorbanan yang kita lakukan setiap sa’at sehingga kita terbimbing pada ridhoNya. Amin
SELAMAT HARI RAYA IED AL-QURBAN 1432 H
TAQOBBALA ALLAH MINNA WA MINKUM TAQOBBAL YA KARIM
Penulis: Ust. Ichsan Din Ilyas