Aceh Tawarkan Wisatawan dengan Pacuan Kuda
Atraksi pacuan kuda tradisional dan agenda tetap tahunan di Aceh Tengah merupakan salah satu upaya pemerintah "merayu" kunjungan wisatawan ke kabupaten di wilayah dataran tinggi "Tanah Gayo" itu.
"Melalui atraksi pacuan kuda tradisional dua kali digelar setiap tahunnya, kami meyakini mampu menjadi salah satu daya pikat menarik kunjungan wisatawan ke Aceh Tengah," kata Kabag Humas dan Protokol Sekda Kabupaten Aceh Tengah, Windi Darsa, di Takengon, Jumat.
Agenda tahunan pariwisata pacuan kuda secara tradisional itu digelar pada setiap menyambut/menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI (17 Agustus) dan HUT kota Takengon pada Februari.
Bahkan, pacuan kuda tradisional itu kini tidak hanya di gelar di Aceh Tengah, tapi juga di wilayah dataran tinggi "Tanah Gayo" lainnya yakni Kabupaten Bener Meriah dan Gayo Lues.
"Setiap digelarnya pacuan kuda secara tradisional (tanpa menggunakan pelana) bagi penunggangnya, bukan saja disaksikan warga Aceh Tengah, tapi juga dari daerah lainnya seperti Bireuen, Pidie Jaya, Aceh Utara, Lhokseumawe serta Bener Meriah dan Gayo Lues," katanya.
Oleh karena itu, Windi Darsa menyebutkan dengan dijadikannya Aceh Tengah sebagai salah satu daerah tujuan wisata andalan Provinsi Aceh, diyakini pacuan kuda tradisional tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri tidak hanya wisatawan nusantara tapi juga mancanegara.
Untuk itu, upaya mendorong arus kunjungan wisatawan ke Aceh Tengah tersebut dibutuhkan dukungan semua pihak, khususnya pemerintah provinsi misalnya melalui percepatan pembangunan ruas jalan Bireuen-Takengon.
"Kami optimistis pariwisata Aceh Tengah akan lebih baik jika infrastruktur jalan juga membaik. Karenanya diperlukan perhatian semua pihak dan pemikiran cerdas untuk memajukan sektor jasa tersebut," katanya.
Di pihak lain, ia juga menyebutkan saat ini terjadi peningkatan usaha peternakan kuda milik masyarakat di Aceh Tengah. Membaiknya usaha peternakan kuda itu juga tidak terlepas dari seringnya digelar atraksi pacuan tradisional.