Pesanan Kakao ke Indonesia Tetap Tinggi
Permintaan kakao ke Indonesia khususnya Sumatera Utara masih tetap tinggi di tengah harga jual di pasar internasional yang tren melemah atau sekitar Rp21.000 per kilogram.
"Meski pasokan dari sentra utama kakao dunia yakni Pantai Gading meningkat karena masa panen, tetapi permintaan kakao ke Indonesia termasuk Sumut masih kuat," kata eksportir kakao Sumut Andryanus Simarmata, di Medan, hari ini.
Pantai Gading adalah negara produsen utama kakao di dunia selain Ghana dan Indonesia.
Eksekutif PT Sarimakmur Tunggal Mandiri itu mengatakan, meski ekspor kakao Indonesia selalu dikenakan potongan harga (diskon) dengan alasan mutu kurang bagus, nyatanya produk Indonesia itu tetap dicari.
"Kalau importir mau jujur, kakao Indonesia seperti halnya kopi, memiliki kekhasan rasa tersendiri dan termasuk menjadi campuran utama di pembuatan produk jadi industri," katanya.
Namun dia mengakui, harga kakao di pasar internasional sangat mempengaruhi harga di pasar lokal.
Harga kakao yang tren melemah di pasar internasional dewasa ini atau di kisaran Rp21.000 per kg itu membuat harga kakao di pasar di pabrikan lokal tinggal Rp20.000 per kg.
Padahal pada 2011, harga kakao cukup mahal di kisaran Rp27.000 Rp28.000 per kg mengikuti mahalnya harga ekspor.
"Tetapi meski permintaan dari pasar internasioanl tetap kuat, eksportir kesulitan memenuhi permintaan karena pasokan dari petani semakin ketat," kata Andry.
Pasokan ketat dari petani merupakan dampak produksi yang tidak banyak akibat faktor cuaca yang masih juga tidak menentu.
Kepala Badan Pusat Statistik Sumut, Suharno, mengatakan, nilai ekspor kakao Sumut menunjukkan tren menguat tetapi lebih disebabkan kenaikan harga jual.
Pada 2010, nilai ekspor kakao itu naik 16,77 persen dibandingkan periode sama 2009 atau mencapai 163,909 juta dolar AS.
Sumber:Antara