Taufik Hidayat Kritik Pedas Rekrutmen PBSI
Taufik Hidayat masih diakui sebagai pebulutangkis nomor satu di Indonesia. Dengan status ini, ia tak segan untuk melontarkan kritik pedas terhadap Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia.
Dengan sederet gelar, termasuk gelar juara Olimpiade 2004 dan juara dunia 2005, boleh dibilang Taufik merupakan pebulutangkis dengan gelar yang komplit. Namun, hal tersebut belum membuat atlet berusia 30 tahun ini mau mundur dari olahraga yang telah membesarkan namanya.
“Saya menunggu yang muda bisa menggantikan saya. Tapi, saya tidak ingin mereka menggantikan saya karena saya mundur. Saya ingin mereka bisa mengalahkan saya,” tegas Taufik saat konferensi pers Milo School Competition, hari ini.
Meski banyak pemain muda yang muncul, belum satu pun yang mampu menyamai prestasi Taufik, baik Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, maupun Tommy Sugiarto.
Demi kemajuan bulutangkis nasional, atlet kelahiran Bandung ini pun tak segan mengkritik PBSI dan kebijakannya, utamanya kebijakan tentang seleksi dan pengiriman pemain.
“Setelah ikut Kompetisi Sekolah Milo, lalu mereka masuk klub dan bertanya-tanya bagaimana caranya masuk klub. Mungkin juga bertanya bagaimana cara masuk pelatnas. Untuk masuk pelatnas harus ikut seleksi, tapi benar kah semua yang masuk lewat seleksi?” kata Taufik.
“Pemain harus dapat kesempatan banyak bertanding. Tapi di sirkuit nasional kenapa pemain pratama tidak ikut? Apakah ada event lain? Mereka ikut hanya yang dekat saja, sementara yang jauh tidak ikut,” lanjutnya.
Melihat kesenjangan prestasi yang ada, Taufik pun tergerak untuk ikut memperbaiki prestasi bulutangkis nasional dengan caranya sendiri. Salah satunya dengan mengijinkan namanya dipakai untuk piala pada gelaran Milo School Competition.
“Dari awal komitmen saya untuk bulutangkis. Saya hidup dari bulutangkis dan saya ingin mengembalikan apa yang sudah saya dapat selama ini. Maka, saat diajak bekerja sama saya langsung setuju. Ayo kita sama-sama bangkitkan bulutangkis Indonesia,” tegasnya.