Bos Perempuan Enggan Pekerjakan Karyawan Perempuan
Sekitar 25 persen bos perempuan mengaku enggan mempekerjakan perempuan pekerja yang yang sudah memiliki anak atau sedang hamil.
Begitu hasil penelitian yang dilaporkan komisi Business Environment dari lembaga International Women's Day terhadap 1.000 responden yang merupakan perempuan dengan posisi karier tinggi.
Sekitar 72 persen responden mengaku sering menilai penampilan kolega perempuannya jika mereka berpakaian tidak bagus, sementara sekitar tiga per empat merasa dipaksa untuk bekerja lebih keras supaya bisa menanjaki tangga karier.
Survei ini juga menunjukkan, perempuan cenderung enggan membantu karier teman sesama perempuan, bahkan kadang lebih keras kepada bawahannya yang berkelamin perempuan.
Sekitar tiga per empat karyawan mengaku pernah menghakimi kolega perempuannya yang dinilai berpakaian tidak pantas.
Para responden juga mengaku lebih hormat kepada bos lelaki. Sekitar 28 persen responden mengaku tertarik untuk bekerja bos bergaya kepemimpinan seperti Richard Branson, pemimpin perusahaan Virgin Atlantic dibanding dengan Karen Brady, pemilik titel Britain's Most Inspirational Women in Breakthrough for breast Cancer Inspiration Awards tahun lalu.
David Saul, salah satu kepala lembaga pembuat survei ini mengatakan, hasil penelitian ini cukup mengecewakan untuk perempuan.
"Sepertinya perempuan juga sama kompetitifnya dengan lelaki ketika menyangkut memajukan karier, dan perempuan cenderung lebih berani mempekerjakan dan memecat seseorang demi kebaikan perusahaan, apa pun jenis kelaminnya," kata Saul.
Namun Saul menyayangkan dalam hal ini perempuan kurang saling mendukung.
"Perempuan sudah berusaha keras selama berabad-abad untuk mendapatkan kesetaraan di ruang kerja, lalu mendapati hasil survei ini, perempuan tidak saling membantu untuk memajukan karier benar-benar menjatuhkan upaya mereka selama ini," kata Saul.
Perempuan bekerja masih merupakan gender yang paling keras bekerja. Sekitar 71 persen responden mengklaim butuh bekerja dengan waktu lebih lama supaya bisa menempati posisi tinggi dibanding lelaki. Hanya 67 lelaki yang merasa butuh bekerja lembur supaya bisa mencapai posisi tinggi di kantor.
Sekitar 64 persen responden perempuan mengaku pernah dan akan memaksa diri bekerja meski sakit, dibanding lelaki, yang hanya 59 merasa seperti itu.
Hasil survei itu juga menunjukkan, perempuan lebih merasa tertekan di pekerjaan, dengan 57 persen merasa wajib mengenakan pakaian-pakaian yang menunjukkan kekuatan supaya bisa dianggap serius.
Lebih dari 36 persen responden mengaku wajib mengenakan riasan saat ke kantor.
Menurut Saul, "Dokumentasi mencatat, perempuan masih harus berupaya lebih keras supaya bisa mendapat kesempatan yang sama dengan lelaki. Namun, bukti menunjukkan, perempuan harus berupaya sangat keras untuk bisa memajukan karier dan sejajar dengan pegawai lelaki."