Bukan Pendukung Jokowi
Saya tidak kenal dengan Joko Widodo. Kalau pun tahu informasi tentang sepak terjang Jokowi ya dari media. Namun sekilas tampak perbedaan Jokowi dalam memimpin Solo atau Surakarta dibanding bupati/wali kota lain di Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah yang terdiri dari 35 kabupaten hanya ada beberapa bupati/wali kota yang menonjol karena prestasinya dalam memimpin daerahnya. Satu di antaranya dan mungkin paling menonjol ya Joko Widodo. Tak heran saat mencalonkan diri untuk kedua kalinya dia bersama pasangan wakil wali kota FX Rudyatmoko menang 90% bahkan lebih.
Nah, saya bukan orang Solo, walau pernah ke Solo. Dalam penglihatan saya yang singgah di Solo selama 10 hari, Solo tertata, tertib, rapi, indah dan disukai wisatawan karena selain bersih, nyaman dan aman dikunjung, trotoar benar-benar berfungsi sebagai trotoar yang bisa digunakan para pejalan kaki. Bahkan di beberapa rusa jalan (salah satunya jalan Slamet Riyadi) trotoarnya lebar, sejuk, dan ada tempat untuk pedagang yang nyaman serta tak mengganggu pejalan kaki.
Saya juga bukan pendukung Joko Widodo yang akan maju dalam Pilkada DKI. Saya penduduk Jawa Tengah yang tak mungkin memilih gubernur DKI. Saya hanya heran mengapa sedemikian tak sukanya segelintir orang pada Jokowi hingga mencari-cari celah keJoko Widodo. Setahu saya Joko Widodo bukan koruptor.
Walau sebersih apa dia saya awam dalam hal itu, namun dibadingkan dengan kepala daerah lain di Jawa Tengah yang tersandung masalah bahkan saat masih menjabat (seperti wali kota Semarang Soemarmo terkena masalah suap pada anggota DPRD), atau yang mantan yang harus disidang di pengadilan Tipikor (seperti mantan Bupati Sargen Untung Wiyono yang divonis bebas, namun jaksa akan banding, ada juga mantan bupati Batang Bambang Bintoro tersangka korupsi APBD), Jokowi relatif terbebas dari masalah korupsi.
Jika Joko Widodo mencalonkan diri saat masih belum selesai masa jabatannya bukankah Rano Karno juga melakukan hal yang sama, mengapa pada Rano Karno tak diungkit masalah itu dan pada Jokowi orang lebih ramai mempermasalahkan?
Lihatlah gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah yang konon gurita nepotismenya luar biasa seBanten Raya, mengapa itu tak digugat, tak dipermasalahkan? Nah adakah kepentingan politis tulisan-tulisan yang terkesan menyerang Jokowi?
Hanya penulisnya yang tahu, apa maksud dibalik tulisan yang negatif itu. Kalau saya jika saya mendukung salah satu pasangan calon, alih-alih menjelekkan calon lain saya memilih menulis saja hal-hal positif atau propaganda tentang pasangan calon yang saya dukung. Itu akan lebih fair dan jelas. Begitu, sepakatkah Anda?
Penulis: Bude Binda