Dahlan Akui Kemarahannya Bentuk Akumulasi ke Jasa Marga
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengakui kemarahannya tadi pagi bukanlah kemarahan mendadak melainkan sudah terakumulasi sejak jauh-jauh hari.
Dahlan menjelaskan, pagi tadi dia membuang kursi yang ada di dalam loket gerbang tol yang kosong karena merasa kursi itu tidak ada gunanya. Pasalnya meskipun loket tersedia, tetapi loket tersebut kosong karena tidak ada petugas sehingga antrean di gerbang tol pun menjadi panjang.
"Tadi pagi saya tidak membanting kursi tapi membuangnya ke pinggir jalan. Kursi-kursi itu betul-betul tidak ada gunanya karena orangnya petugasnya tidak ada di loket di tengah-tengah antrean mobil masuk gerbang tol yg begitu panjang. Ini juga bukan marah yang mendadak," ujar Dahlan, hari ini.
Dahlan menuturkan, sudah tiga bulan dia minta kepada direksi Jasa Marga agar antrean masuk tol tidak sampai menjengkelkan. Dia pun mengaku selalu mengirimkan pesan singkat berupa sms kepada direksi Jasa Marga setiap kali menemui antrian gerbang tol yang panjang.
"Hampir setiap minggu saya sms direksi jasa marga mengingatkan komitmen kepada masyarakat yang harus kita penuhi. Tapi kok tidak ada tindakan nyata. Sabtu lalu, jam 11.00 saat mau ke Bandung untuk bertemu mahasiswa ITB, saat masuk pintu tol kalimalang-2, antrean juga panjang. Juga saya sms direksinya," ungkap dia.
Dahlan mengaku tidak henti-hentinya mengingatkan kepada direksi Jasa Marga agar memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna jalan tol.
"Pelayanan itu harus baik. Apalagi ini melayani orang yang mau membayar. Kalau melayani orang yang mau membayar saja tidak baik, bagaimana melayani masyarakat kecil yang tidak punya uang?" Keluh dia.
Selain itu, Dahlan juga mengaku sangat tidak puas dengan hasil penjualan kartu eToll yang kurang berhasil. Padahal, dia mengaku sudah menawarkan diri untuk ikut berjualan.
"Saya tunggu-tunggu begitu lama tidak ada realisasinya. Saya sudah bilang perlu cara-cara kreatif untuk jualan kartu itu. Biar kian banyak yang beli kartu eToll," jelas dia.
Dahlan menambahkan, siang ini, dia berangkat ke Tiongkok untuk melakukan check up karena sudah telat selama 8 bulan.
"Saya tunda terus karena begitu banyak pekerjaan dan juga karena saya tidak merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Tapi saya ditegur terus oleh dokter karena terlalu lama menunda-nunda terus. Tahun ini saya akan melewati masa kritis lima tahun setelah ganti hati. Kalau saya bisa melewati lima tahun ini, agustus nanti, insya Allah pertanda hati baru saya sudah benar-benar menyatu," tambah dia.