Nasib Sektor Riil

Jumat, Maret 30, 2012 0 Comments



Seorang pedagang membenahi berbagai macam jenis sayuran atau produk hortikultura lokal di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (7/3).
Seorang pedagang membenahi berbagai macam jenis sayuran atau produk hortikultura lokal di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (7/3). (sumber: Antarafoto)
Jika BBM naik, bisa dipastikan inflasi ikut-ikutan merangkak.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi sudah di depan mata. Jika tidak ada perubahan, kurang dari tiga hari, tepat pukul 00.00 WIB 1 April mendatang, harga solar dan premium akan naik sebesar Rp 1.500 menjadi Rp 6.000 per liter.

Pemerintah pun sudah menyiapkan berbagai skema untuk meredam dampak gejolak kenaikan tersebut di akar bawah, mulai dari Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), beasiswa siswa miskin (BSM), beras bagi masyarakat miskin (raskin), dan subsidi transportasi. 

Lalu apa yang terjadi dengan perekonomian kita akibat kenaikan BBM? Untuk mengukur dampak kenaikan BBM terhadap pergerakan sektor riil, salah satu indikatornya adalah inflasi. Jika BBM naik, bisa dipastikan inflasi ikut-ikutan merangkak.

Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani pernah mengatakan, kenaikan BBM akan mengerek laju inflasi 1-2 persen dari kondisi normal. "Dengan demikian, paska kenaikan BBM bisa meningkatkan angka inflasi ke level 6,8 hingga 7 persen di tahun 2012," kata dia di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jika demikian adanya, jelas angka ini jauh di atas asumsi awal yang menetapkan inflasi di level 4,5 persen sepanjang tahun ini.

Mengapa komponen inflasi sangat penting? Pasalnya, gerak inflasi akan mempengaruhi tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). 

Seperti yang kita tahu, BI rate merupakan acuan perbankan untuk menetapkan bunga kredit atau deposito. Logika sederhananya, jika BI rate naik, otomatis bunga kredit perbankan ikut terkerek. Begitupun sebaliknya. 

Dalam bahasa yang lebih jernih, jika bunga kredit meningkat, maka pelaku usaha akan kesulitan menjalankan usahanya karena bunga pinjaman ke perbankan melambung. Dampaknya sangat beragam. 

Jika tidak ingin margin mereka terpangkas, tentu pengusaha akan membebankan kenaikan BBM itu ke konsumen. Akibatnya, harga kebutuhan di tingkat masyarakat meningkat.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pernah mengatakan, kenaikan BBM sebesar Rp 1.500 akan mengerek harga makanan dan minuman sekitar 5-10 persen.

Pernyataan Apindo bukan omong kosong belaka. Di lapangan Ratno, 43, pedagang sayuran di Pasar Kreo, Tangerang, mengatakan harga sayuran sudah meningkat dua minggu belakangan ini. Tidak hanya sayuran, bahkan harga kelengkapan berdagang pun juga mengalami kenaikan.

"Kantung plastik putih ukuran seperempat satu paknya sekarang Rp 9.000 sebelumnya hanya Rp 8.000," ujarnya kepada Beritasatu.com di kios yang disewanya sebesar Rp 15.000 per hari ini, beberapa hari lalu.

Dampak lebih lanjut, akan menekan pertumbuhan ekonomi nasional, di samping meningkatkan angka pengangguran atau kemiskinan.    

Itu hanya sepenggal kisah realita yang terjadi di masyarakat. Kita tunggu saja langkah pemerintah.

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.