Uang dan Mesin Politik Menghadang Faisal Basri Jadi DKI 1
Jika pasangan Faisal Basri dan Biem Benjamin kalah dalam pemilihan Gubernur DKI maka saya simpulkan rakyat Ibukota “bodoh”. Mau bilang apa lagi sama bangsa ini, rakyat yang di-ibu kota saja sudah bodoh.
”Speechless” kita tidak bisa berkata-kata, hanya saja bergumam, “betapa konyolnya” keberadaan rakyat negeri ini. Saya tidak menyatakan para pembaca, terlebih para “Kompasianer” “bodoh” tetapi memang benar dalam politik yang lurus bisa jadi bengkok. Tolok ukur dalam suatu politik sangat dinamis, meskipun fenomena sekarang menjadi perhatian para politikus dan partai politik khususnya, bahwa Pemenang Pemilu cenderung dari calon Independen. Ingat ternyata dibeberapa daerah pasangan dari non parpol malah yang memenangkan kompetisi.
Saya menduga dan menganalisa bahwa Hitung-hitungan parpol terhadap calon gubernur DKI, Faisal Basri cs sungguh akan menempatkan Faisal dan Biem menjadi pesaing berat. Mesin politik dan organisasi yang selama ini sudah mapan akan sangat malu jika bisa dikalahkan oleh pasangan ini. Jalan satu-satunya kepada parpol parpol yang mencalonkan jagoannya akan berusaha mati-matian menggolkan jagoannya dan khususnya menghadang Fasial Basri dan Biem.
Masyarakat Jakarta, lagi-lagi bukanlah sekumpulan orang-orang bodoh yang dapat dibeli dan di-intimidasi. Rakyat Jakarta, ingin mendapat Gubernur yang pro-rakyat dalam program pembangunannya. Tentu, biarkan rakyat memilih dengan teliti, jernih dan berdasarkan hati nurani tanpa ada pengaruh dan mempengaruhi. “Black campaign” Kampanye hitam, menurut saya memang sesuatu yang wajar saja dalam proses pemilu, justeru di-sinilah dinamika dan demokrasi yang sebenarnya bahwa sejauh mana calon menunjukkan jati dirinya. Setiap calon harus berani di”telanjangi” bahkan bersedia “telanjang” tanpa disuruh.
Tajuk Kompas hari ini dengan judul “soal seleksi pemimpin” janganlah menjadi acuan. Kita harus bisa berkata sekarang, saya siap jadi Pemimpin, inilah aku dan bagaimana aku memimpin, “Ujilah Aku”. Lagi-lagi, saya mau menyatakanjanganlah ada media yang mendidik masyarakat seolah olah tidak ada calon pemimpin yang bagus di negeri ini, secara tegas saya menyatakan dan bahkan mengajak teman-teman yang lain bahwa kitapun bisa jadi pemimpin yang baik dinegeri ini.
Bila berkenan, mari bergabung dengan Partai Kita, “Partai Persatuan Orang Miskin” yang akan kita majukan dalam Pemilu 2018-19. Saya yakin kitalah Pemimpin yang tidak terkontaminasi dan independen. Bebas dari pengaruh oleh apapun. Saya setuju sekali bahwa seorang calon pemimpin sudah mulai digodok didalam suatu dinamika dalam wadah partai.
Tetapi ingat, persoalan pencalonan kandidat suatu pimpinan yang ditonjolkan oleh sesuatu Partai belum tentu memenuhi kriteria dan “track record” jejak rekam yang baik. Saya yakin, disetiap Parpol ada orang “the best” tetapi karena tidak terkenal dan banyak uang, maka terkuburlah dia dan kandidat yang potensial itu malah menjadi alat para penguasa “uang” tersebut.
Dinegeri ini, uang adalah menjadi ukuran kehebatan orang, meskipun cara mendapatkan uang itu bisa menjadi tanda tanya dan oleh banyaknya yang miskin terlebih orang-orang yang apatis, maka rakyatpun mudah dibeli. Jadi harapan saya jika Faisal dan Biem kalah, maka coba introspeksi diri, barangkali duit-nya masih Pas - Pas - an.
Sinyalamen bahwa Politik uang dan kuasa masih menjadi senjata Pamungkan para politisi. Melalui media ini saya ingin menyampaikan, Kemenangan tidak selalu karena oleh kuat, kuasa maupun uang. Wahai para Penguasa Parpol, sadarlah uang tidak segala-galanya. Buat orang miskin memang sekarang kehidupan kita ngeri kali jadi orang miskin, bisanya hanya gigit jari dan berdoa, kiranya suatu waktu nasib kita berubah. Itulah sebabnya saya mendirikan Partai Persatuan Orang Miskin yang menjadi milik kita bersama, dibangun oleh kita sama-sama tanpa ada kasta. Yang bercita-cita untuk berubah bukan karena punya duit, untuk menjadi pemimpin bukan karena kaya. Mari kita buktikan bahwa roda berputar.
Mari bertanya kepada hati nurani dan pikiran kita yang jernih, mampukah Faisal Basri dan Biem yang hanya punya modal sumbangan kurang lebih 1 Milyar Rupiah melawan kandidat lain yang sudah raksasa?, Kekuatan Uang & Mesin Politik pasti menghadang Faisal Basri jadi DKI 1.
Pendapat saya, jujur saja jika Faisal kalah berhadapan atau dibanding kandidat lain yang di-usung para raksasa itu, maka lagi-lagi saya menyimpulkan ada sesuatu yang salah dalam pola pikir masyarakat. Ini hanya pendapat pribadi yang mencoba menyelami hati masyrakat sebenarnya. Menyelami hati masyarakat yang terbelenggu yang tidak bisa menjadi dirinya. Sejauh ini, belum ada calon yang tulus sesuai track record-nya sebagus Faisal Basri, tetapi jika memang Jokowi dicalonkan oleh PDIP maka akan ada pertarungan 2 “Malaikat”, buat calon-calon lain yang merasa tidak saya sebut “Malaikat” tolong berikan otobiografi dan track recordnya kepada kami.
Penulis: Swandi Rupini Simanjuntak
”Speechless” kita tidak bisa berkata-kata, hanya saja bergumam, “betapa konyolnya” keberadaan rakyat negeri ini. Saya tidak menyatakan para pembaca, terlebih para “Kompasianer” “bodoh” tetapi memang benar dalam politik yang lurus bisa jadi bengkok. Tolok ukur dalam suatu politik sangat dinamis, meskipun fenomena sekarang menjadi perhatian para politikus dan partai politik khususnya, bahwa Pemenang Pemilu cenderung dari calon Independen. Ingat ternyata dibeberapa daerah pasangan dari non parpol malah yang memenangkan kompetisi.
Saya menduga dan menganalisa bahwa Hitung-hitungan parpol terhadap calon gubernur DKI, Faisal Basri cs sungguh akan menempatkan Faisal dan Biem menjadi pesaing berat. Mesin politik dan organisasi yang selama ini sudah mapan akan sangat malu jika bisa dikalahkan oleh pasangan ini. Jalan satu-satunya kepada parpol parpol yang mencalonkan jagoannya akan berusaha mati-matian menggolkan jagoannya dan khususnya menghadang Fasial Basri dan Biem.
Masyarakat Jakarta, lagi-lagi bukanlah sekumpulan orang-orang bodoh yang dapat dibeli dan di-intimidasi. Rakyat Jakarta, ingin mendapat Gubernur yang pro-rakyat dalam program pembangunannya. Tentu, biarkan rakyat memilih dengan teliti, jernih dan berdasarkan hati nurani tanpa ada pengaruh dan mempengaruhi. “Black campaign” Kampanye hitam, menurut saya memang sesuatu yang wajar saja dalam proses pemilu, justeru di-sinilah dinamika dan demokrasi yang sebenarnya bahwa sejauh mana calon menunjukkan jati dirinya. Setiap calon harus berani di”telanjangi” bahkan bersedia “telanjang” tanpa disuruh.
Tajuk Kompas hari ini dengan judul “soal seleksi pemimpin” janganlah menjadi acuan. Kita harus bisa berkata sekarang, saya siap jadi Pemimpin, inilah aku dan bagaimana aku memimpin, “Ujilah Aku”. Lagi-lagi, saya mau menyatakanjanganlah ada media yang mendidik masyarakat seolah olah tidak ada calon pemimpin yang bagus di negeri ini, secara tegas saya menyatakan dan bahkan mengajak teman-teman yang lain bahwa kitapun bisa jadi pemimpin yang baik dinegeri ini.
Bila berkenan, mari bergabung dengan Partai Kita, “Partai Persatuan Orang Miskin” yang akan kita majukan dalam Pemilu 2018-19. Saya yakin kitalah Pemimpin yang tidak terkontaminasi dan independen. Bebas dari pengaruh oleh apapun. Saya setuju sekali bahwa seorang calon pemimpin sudah mulai digodok didalam suatu dinamika dalam wadah partai.
Tetapi ingat, persoalan pencalonan kandidat suatu pimpinan yang ditonjolkan oleh sesuatu Partai belum tentu memenuhi kriteria dan “track record” jejak rekam yang baik. Saya yakin, disetiap Parpol ada orang “the best” tetapi karena tidak terkenal dan banyak uang, maka terkuburlah dia dan kandidat yang potensial itu malah menjadi alat para penguasa “uang” tersebut.
Dinegeri ini, uang adalah menjadi ukuran kehebatan orang, meskipun cara mendapatkan uang itu bisa menjadi tanda tanya dan oleh banyaknya yang miskin terlebih orang-orang yang apatis, maka rakyatpun mudah dibeli. Jadi harapan saya jika Faisal dan Biem kalah, maka coba introspeksi diri, barangkali duit-nya masih Pas - Pas - an.
Sinyalamen bahwa Politik uang dan kuasa masih menjadi senjata Pamungkan para politisi. Melalui media ini saya ingin menyampaikan, Kemenangan tidak selalu karena oleh kuat, kuasa maupun uang. Wahai para Penguasa Parpol, sadarlah uang tidak segala-galanya. Buat orang miskin memang sekarang kehidupan kita ngeri kali jadi orang miskin, bisanya hanya gigit jari dan berdoa, kiranya suatu waktu nasib kita berubah. Itulah sebabnya saya mendirikan Partai Persatuan Orang Miskin yang menjadi milik kita bersama, dibangun oleh kita sama-sama tanpa ada kasta. Yang bercita-cita untuk berubah bukan karena punya duit, untuk menjadi pemimpin bukan karena kaya. Mari kita buktikan bahwa roda berputar.
Mari bertanya kepada hati nurani dan pikiran kita yang jernih, mampukah Faisal Basri dan Biem yang hanya punya modal sumbangan kurang lebih 1 Milyar Rupiah melawan kandidat lain yang sudah raksasa?, Kekuatan Uang & Mesin Politik pasti menghadang Faisal Basri jadi DKI 1.
Pendapat saya, jujur saja jika Faisal kalah berhadapan atau dibanding kandidat lain yang di-usung para raksasa itu, maka lagi-lagi saya menyimpulkan ada sesuatu yang salah dalam pola pikir masyarakat. Ini hanya pendapat pribadi yang mencoba menyelami hati masyrakat sebenarnya. Menyelami hati masyarakat yang terbelenggu yang tidak bisa menjadi dirinya. Sejauh ini, belum ada calon yang tulus sesuai track record-nya sebagus Faisal Basri, tetapi jika memang Jokowi dicalonkan oleh PDIP maka akan ada pertarungan 2 “Malaikat”, buat calon-calon lain yang merasa tidak saya sebut “Malaikat” tolong berikan otobiografi dan track recordnya kepada kami.
Penulis: Swandi Rupini Simanjuntak