Jokowi Anak Tergusur Mau Jadi Gubernur
Buku ini mengetengahkan kisah unik tentang sosok Jokowi yang tak lazim dilakukan pejabat negeri ini. Misal: tidur sekamar dengan ajudan, tak pernah ambil gaji dll.
Kota Solo pernah memiliki figur walikota yang dicintai rakyat. Oetomo Ramlan namanya. Namanya melekat di hati rakyat karena keberpihakan dan kedekatannya dengan rakyat. Sayang karir dan catatan sejarah emasnya dikubur seiring tuduhan menjadi bagian Partai Komunis Indonesia (PKI).
Selama kurun waktu 1965 hingga 2005 tidak ada yang bisa menggantikan nama Oetomo. Baru pada pemilukada Solo menemukan sosok baru pengganti Oetomo, ia adalah Joko Widodo yang dikenal Jokowi.
Nama Jokowi pertama kali digunakan oleh kolega bisnis di usaha mebel yang sejak lama tekuni. Nama Jokowi terus dipertahankan bahkan kartu nama selama menjabat menjadi walikota Solo dan maju sebagai calon gubernur DKI juga menggunakan nama itu.
Jokowi memang fenomenal. Bukan saja karena keberanian melucuti senjata Satpol PP dari senjata api dan tongkat pemukul menjadi peluit. Jokowi ingin Satpol PP lebih bersahabat dan manusiawi. Hal yang sama ia lakukan waktu mengadakan kirab untuk mengantar pedagang kaki lima yang menyemut di sekitar Monumen Banjarsari Solo. Total ada 989 pedagang barang-barang bekas yang selama kurun waktu 1998-2006 membanjiri sekitar monumen, dipindahkan ke Pasar Klithikan Notoharjo di bekas lokalisasi Silir Solo.
Para pedagang itu sudah cukup lama bercokol di sana. Tak ada walikota yang mampu memindahkan mereka. Bahkan Walikota asal PDIP sebelumnya, Slamet Suryanto juga gagal merelokasi pedagang. Namun Jokowi menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga melukuhkan hati pedagang yang sebagian besar basis massa PDIP.
Di tangan Jokowi dan FX Hadi Rudyatmo Solo lebih berbudaya. Bukan cuma simbol namun juga dalam tindakan. Pendapatan Asli Daerah bisa ditingkatkan dengan tetap memihak pada masyarakat kecil. Umumnya PAD ditingkatkan dengan mengubah pasar menjadi mall. Namun Pemerintah Kota Surakarta tidak demikian, PAD meningkat karena pedagang kaki lima yang selama ini tidak terdaftar didata untuk bayar pajak.
Jokowi lah yang menata Solo seperti sekarang ini. Jokowi memimpin dengan hati. Kira-kira demikian isi dalam buku "Jokowi. Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker". Jokowi yang menabrak protokoler menjadi lebih merakyat. Loji Gandrung, rumah dinas walikota, yang dulunya tak semua tamu bisa datang, telah ia sulap menjadi rumah rakyat. "Jokowi mempersilahkan siapa saja tamu datang. Rakyat biasa diterimanya di ruang tamu yang biasa ia terima pejabat, pengusaha atau jenderal," kata Yon Thayrun, penulis buku.
Kepekaan Jokowi pada persoalan penggusuran, menurut buku ini, hal itu karena Jokowi yang anak tukang kayu dan berkali-kali mengalami penggusuran, tak mau orang lain mengalam nasib serupa. Ayah Jokowi adalah Satgas PDIP yang jual kayu di Pasar Gilingan dan beberapa kali tempat usahanya digusur.
Kepada orang lemah Jokowi sangat perhatian. Tiap perjalanan dinas ke luar kota, Jokowi menolak tidur terpisah dengan ajudan demi pengiritan. Jadinya ajudan dibuat grogi karena harus sekamar dengan walikota. "Pertama kali tidur satu bed dengan bapak saya tidak bisa tidur sampai pagi. Saya kan cuma ajudan," aku Herwin, ajudan Jokowi seperti dituturkan dalam buku ini.
Jokowi figur yang unik. Bagasi kendaraan dinasnya, setiap hari dipenuhi dengan sembako. Kalau lihat orang miskin, sopir dimintanya menyerahkan bingkisan. "Yang memberikan sopir. Jadi tak ada yang tahu kalau yang ngasih itu jokowi. Plat merah nomer diganti plat hitam. Jokowi ini sepertinya ingin tunjukkan tangan kanan beramal, tangan kiri jangan sampai tahu," kata Yon.
Wajar saja orang Solo begitu memerlukan dia. Saat Pemilukada 2010, pasangan Jokowi-Rudyatmo mengumpulkan suara hingga 90.09 %. Pasangan ini memimpin Solo untuk kedua kalinya. Padahal sewaktu maju pada pemilukada 2005, program Jokowi hanya dua: memudahkan pembuatan KTP dan mempercepat pembuatan ijin usaha yang murah dan cepat. Namun perjalanan waktu, Jokowi mengubah branding Solo menjadi "The Spirit of Java". Aneka pagelaran nasional dan internasional digelar di kota yang bayangi dua kerajaan: Kasunanan dan Mangkunegaran.
Lalu saat ia tiba-tiba memutuskan menerima perintah DPP PDIP untuk menjadi calon gubernur itu tak lain karena ia tak kuasa menolak perintah Megawati. "Ia mengakui saat wawancara, sebenarnya ia tidak mau, tidak berniat dan tidak punya modal. Yang membuat dia tidak bisa menghindar kalau Mega yang menyuruh," kata Yon.
Buku ini ditulis jauh sebelum Joko merencakan maju sebagai calon gubernur berpasanga dengan Basuki Purnama alias Ahok untuk Pemilukada DKI Jakarta. "Jokowi saja bertanya apa pentingnya menulis saya sebagai buku. Tapi saya bilang karena sekarang Anda orang penting," kata Yon.
Kalau ingin tahu kisah-kisah unik yang mengitari kehidupan Jokowi, buku ini sangat menarik untuk dikoleksi. Misalnya tentang gaji yang tak pernah diambil, "Saya tanda tangan tapi tak menerimanya. Saya nggak mau jawab kemana uang gaji, Itu wilayah pribadi," kata Jokowi di buku ini.
Masih banyak cerita unik yang tak lazim dilakukan pejabat di negeri ini.
Judul: "Jokowi. Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker".
Penulis: Yon Thayrun
Penyunting: Tim Redaksi Noura Books
Penyelarasa Aksara: Tim Redaksi Noura Books
Penyunting Artistik: Deen
Penata Aksara: Media Typography
Desain Sampul: Iggrafix
ISBN: 978-602-9498-46-2
Penerbit: Noura Books
Penulis: Yon Thayrun
Penyunting: Tim Redaksi Noura Books
Penyelarasa Aksara: Tim Redaksi Noura Books
Penyunting Artistik: Deen
Penata Aksara: Media Typography
Desain Sampul: Iggrafix
ISBN: 978-602-9498-46-2
Penerbit: Noura Books