Lumba-Lumba Gemar Memperkosa
Lumba-lumba terkenal sebagai binatang yang lucu, lembut, dan periang. Tetapi siapa sangka di balik perilaku jenaka, mamalia laut itu rupanya punya sisi gelap.
Jika sedang ingin bercinta, lumba-lumba cenderung memilih untuk memperkosa pasangan mereka.
Kesimpulan itu diketahui setelah sebuah tim peneliti internasional menggelar studi selama enam tahun terhadap 120 ekor lumba-lumba berhidung biru di Shark Bay, Australia Barat.
Dalam penelitian yang dipimpin oleh Richard Connor dari the University of Massachusetts, Amerika Serikat itu ditemukan bahwa ketika menghadapi tantangan dalam kesehariannya, lumba-lumba membentuk tiga tipe ikatan.
Kelompok pertama disebut "aliansi orde pertama". Kelompok ini terdiri dari dua atau tiga lumba-lumba jantan yang bekerja sama menggiring seekor lumba-lumba betina untuk dikawini.
Aliansi orde kedua punya ikatan yang lebih kuat antara pejantan yang tergabung di dalamnya. Mereka bersatu untuk menyerang kelompok lain yang berusaha merebut lumba-lumba betina dari kelompok mereka atau sebaliknya untuk merebut betina dari kelompok lain.
Kadang-kadang, aliansi kedua itu kembali direkatkan oleh "aliansi orde ketiga, yang artinya kelompok itu akan diperkuat lagi dengan pejantan dari kelompok lain.
Jika perebutan betina telah terjadi, maka akan pecah perang berdarah-darah yang melibatkan lebih dari 20 lumba-lumba hanya untuk merebutkan satu ekor lumba-lumba betina.
Sebaliknya lumba-lumba betina, tidak mempunyai kelompok atau ikatan persahabatan yang erat. Dalam penelitian itu hanya sekali ditemukan lumba-lumba betina membentuk koalisi untuk melawan lumba-lumba jantan muda, tetapi ikatan itu tidak bertahan lama.
Connor mengatakan lumba-lumba merupakan binatang yang sangat cerdas dan interaksi antarlumba-lumba bisa bisa mirip seperti sebuah sinetron. Hanya manusia yang bisa mempunyai struktur sosial yang kompleks seperti itu.
"Saya meneliti lumba-lumba jantan dan kehidupan sosial mereka dengan sangat intens. Selalu ada drama (di dalamnya)," kata Connor dalam sebuah wawancara dengan Discovery News.
Hasil penelitian itu akan dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B.