Memperkokoh Jawa Tengah sebagai Benteng Pancasila
Dari kiri: Soejatno Pedro HD (Ketua SOKSI Jawa Tengah),
Y. Suyatno, SH. M.Si (Wakil Ketua SOKSI Jawa Tengah dan Drs. Hajriyanto Y. Thohari, M.A (Wakil Ketua MPR RI) |
SEMARANG - Dalam memperkokoh Jawa Tengah sebagai Benteng Pancasila, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara merupakan pilar yang bukan sembarang pilar tetapi pilar yang nalar, bahkan universal. Jawa Tengah adalah rumah kita, tak hanya strategis letaknya tetapi unggul dan luhur budayanya.
Jawa Tengah merupakan pelopor, innovator, motivator, dinamisator dan stabilisator Indonesia. Kita bangga untuk melaksanakan dan mewujudkannya. Empat pilar tersebut yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
’’Empat Pilar Bangsa ini harus diperkuat agar atapnya tidak bocor, dindingnya tidak keropos, lantai tidak kotor. Penghuninya harus cerdas, berkarakter, jujur, rela dan tulus, di samping menegakkan keadilan dan kebenaran. Sehingga akan tercipta harmonisasi dan toleransi, saling menghargai, menghormati, membantu dan mencintai,’’ ujar Soejatno Pedro HD, Ketua DEPIDAR X SOKSI Jawa Tengah.
Pendapat tersebut disampaikan dalam Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara di Ruang Aula Cendrawasih kantor Kesbangpolimas Jawa Tengah di Semarang, Selasa (24/4). Sosialisasi diselenggarakan kerjasama MPR RI dengan Dewan Pimpinan Daerah X SOKSI Provinsi Jawa Tengah.
Hadir sebagai pembicara dalam sosialisasi yang dimoderatori Wakil Ketua SOKSI Jawa Tengah Y. Suyatno, SH. M.Si ialah, Soejatno Pedro HD (Ketua SOKSI Jawa Tengah) dan Wakil Ketua MPR RI Drs. Hajriyanto Y. Thohari, M.A.
Pedro mengatakan, sebagai benteng utama Pancasila, masyarakat harus semakin sejahtera. Prioritas pembangunan di pedesaan dan membangun potensi wilayah pedesaan hasilnya desa berkembang, desa berdaya dan desa mandiri. Sehingga urbanisasi akan menurun, hal ini sesuai dengan slogan Jawa Tengah "Bali Ndeso Mbangun Deso".
Tantangan
Di sisi lain, tambah Pedro, bukannya hal ini akan berjalan lancar. Pasalnya di era reformasi sekarang ini empat pilar kebangsaan ini pasti banyak menghadapi tantangan. ’’Dalam hal ini tantangannya antara lain, jabatan dan uang yang merupakan segala-galanya. Hukum yang belum berkeadilan dan membela yang benar, korupsi yang semakin merajalela dimana-mana dan membabi buta. Kekerasan digunakan untuk menyelesaikan persoalan, demokrasi yang tanpa musyawarah. Semangat kebangsaan dan patriotisme yang terus merosot. Saling mencurigai, budaya luhur yang semakin luntur dan babak belur,’’ katanya.
Selain tantangan dia juga memberikan solusi-solusinya baik dalam penegakan hukum, pemberantasan korupsi, kualitas pendidikan dan kesolehan sosial serta jatidiri di era reformasi. Sehingga kita harus senantiasa optimis Jawa Tengah bisa menjadi benteng Pancasila yang kokoh, hingga menjadikan Indonesia menjadi super power pada HUT ke 100 Proklamasi Kemerdekaan asal mampu merajut kerukunan bangsa didasari keadilan, kebenaran, keikhlasan yang ditopang 4 Pilar Bangsa.
Hajriyanto Thohari menyeru semua pihak agar tidak lagi mempermasalahkan NKRI dengan mencoba mengusulkan negara Indonesia menjadi negara federal seperti Amerika dengan beralasan masyarakat Indonesia akan lebih sejahtera dengan mendalihkan carut-marut negara.
Selain itu, Hajriyanto Thohari menuturkan tentang lembaga negara. Idealnya, seorang anggota legislatif atau DPR harus banyak bicara. Karena kata parlemen yang berasal dari bahasa Perancis parle artinya bicara, jadi seorang anggota DPR itu harus banyak bicara. Hal ini sangat berbeda dengan lembaga eksekutif yang harusnya sedikit bicara tapi banyak bekerja, sehingga akan sangat salah kaprah apabila seorang presiden banyak bicara bahkan sering mengeluhkan dihadapan rakyatnya. Setali tiga uang dengan eksekutif, lembaga yudikatif seperti Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi harusnya dilarang mengeluarkan pernyataan mengenai sebuah perkara hukum diluar persidangan, karena tugas lembaga ini hanya menunggu datangnya perkara hukum ke mejanya yang akan diajukan oleh legislatif dan eksekutif. Sayangnya peran ini belum dapat dikatakan sepenuhnya berhasil.
’’Mengutip pendapat Jacob Oetama, rakyat Indonesia menunggu buah Empat Pilar Negara adalah Setara meskipun kita berbeda-beda. Daripada kita mengutuk kegelapan, lebih baik kita nyalakan lilin,’’ terangnya.
Diskusi menarik itu mendapat sambutan Ormas/LSM, pers, pengurus SOKSI Kab/Kota se-Jawa Tengah, pejabat Kesbangpolimas Jawa Tengah termasuk Ketua Kesbangpolimas, tokoh-tokoh, dan pejabat lainnya.
Penulis: Wahyudi