Pesawat Tanpa Awak Israel Bakal Lebih Mematikan
David Harari mengenang saat Angkatan Udara Israel, yang terkejut karena kehilangan penerbang dan jet tempur akibat rudal Suriah dalam perang 1973, pertama kali meminta pesawat tanpa awak untuk pengawasan medan tempur.
"Kami memasuki upaya ambisius untuk menciptakan alat buat mengumpulkan informasi intelijen seketika mengenai medan tempur," kata Harari, insinyur listrik yang mendapat pujian karena memelopori program pesawat tanpa awak di Industri Dirgantara Israel (IAI) awal 1974.
Beberapa tahun kemudian, Harari dan timnya menggulirkan Scout --pesawat tanpa awak dengan bobot 200 kilogram yang bisa menjelajah sampai 3.000 meter. Pesawat tanpa awak tersebut meluncurkan operasi perdananya dalam Perang Lebanon 1982.
Pesawat itu mengirim gambar gerakan tentara dan memungkinkan Israel mencapai keunggulan udara lebih dulu dengan menetralkan bateri anti-pesawat Suriah. Peristiwa tersebut juga membuat militer Israel jadi operator pertama kendaraan udara tanpa awak (UAV) di dunia.
"Itu adalah pengungkapan," kata Harari --yang memegang gelar PhD dalam bidang fisika dari Sorbonne. "Tiba-tiba kami menangani medan tempat dengan pola empat dimensi. Dimensi keempat adalah waktu. Itu sepenuhnya mengubah doktrin militer."
Itu memang benar! Skadron pesawat tanpa awak saat ini memikul misi pengawasan oleh IAF, dan menambah lebih banyak jam terbang setiap tahun dibandingkan dengan gabungan operasi pesawat berawaknya, demikian laporan Xinhua di Jakarta, Ahad pagi.
Dalam beberapa tahun belakangan, skadron itu secara rutin diberi tugas melakukan penerbangan Jalur Gaza untuk memburu kesatuan peluncuran roket Palestina, memimpin helikopter bermeriam dan artileri ke lokasi tempat penyimpanan senjata. Regu tersebut juga dilaporkan terlibat dalam pembunuhan gerilyawan secara "terarah" dan berkala.
UAV juga diduga memainkan peran penting dalam pengumpulan keterangan intelijen sebelum serangan mungkin dilancarkan oleh militer Israel terhadap instalasi nuklir Iran.
Pada Februari 2010, IAI mengirim pesawat tanpa awak Angkatan Udara, Heron TP II. Dengan lebar sayap 26 meter --seukuran Boeing 737-- pesawat generasi keempat dengan teknologi lebih canggih memiliki daya jelajah pada ketinggian 13.500 meter, dan membawa hampir lima ton muatan dan dapat terbang terus-menerus selama 36 jam.
Operasinya dirahasiakan, tapi seorang pejabat IAI mengatakan hubungan Heron dengan komunikasi satelit memungkinkannya untuk menempuh "jarak jauh" dan mencapai setiap negara di wilayah itu.
Sumber:Antara