Ratna Sarumpaet: Kebijakan Harga BBM Lebih Perih dari Air Keras
Seniman Ratna Sarumpaet, menilai kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) lewat rapat paripurna DPR Jumat (30/3) lalu dirasakan oleh rakyat lebih perih dari siraman zat kimia.
"Apa yang rakyat rasakan terkait kebijakan menaikkan harga BBM lebih perih dari siraman air keras. Rakyat mendengar hasil (rapat paripurna) DPR sama saja dengan siraman air keras," ujarnya ketika menyambangi Mapolda Metro Jaya bersama beberapa aktivis gerakan dan tim advokasi mahasiswa dan rakyat untuk meminta mahasiswa yang ditahan karena unjuk rasa dibebaskan, hari ini.
Ratna menambahkan, polisi sebaiknya mengungkap dulu siapa yang melakukan siraman air keras yang menimpa dua orang jurnalis TV dan aparat kepolisian itu.
"Silakan ungkap dan buktikan dulu. Bisa jadi malah polisi yang melakukan itu. Apa polisi sejujur itu. Kalau terbukti atau ada rekamanannya, baru bisa dibenarkan dan proses secara hukum," imbuh seniman yang menggalang aktivis dan advokat untuk mendirikan Posko Crisis Centre itu.
Sementara itu, Ratna juga meminta polisi membebaskan 53 mahasiswa yang ditangkap dan dalam penggeledahan di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, Kamis (29/3).
Saat itu terjadi bentrokan hebat antara mahasiswa dan polisi di depan kampus YAI dan UKI, Salemba, Jakarta Pusat. Sejumlah mahasiswa terluka, satpam YAI, dan polisi terluka termasuk Kapolsek Senen. Satu unit mobil Resmob dan beberapa sepeda motor dibakar massa.
"Kami meminta agar polisi membebaskan mereka. Kerusakan fasilitas umum bukan keinginan mahasiswa, namun karena pemerintah memaksakan kenaikan BBM. Perusakan itu juga tidak sebanding dengan pengerusakan yang dilakukan pemerintah terhadap sumber daya alam, hutan dan lainnya," tukas aktivis perempuan itu.