Ratna Sarumpaet: Kebijakan Harga BBM Lebih Perih dari Air Keras

Senin, April 02, 2012 0 Comments


Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet (tengah), Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Alvon Kurnia (kanan), dan pengamat politik Yudi Latif (kiri) saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/3). Dalam jumpa pers tersebut dibahas tentang fenomena aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM dan juga upaya bantuan hukum terhadap 29 mahasiswa yang ditangkap aparat kepolisian Selasa lalu (27/3). FOTO ANTARA/Citro Atmoko/ama/12
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet (tengah), Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Alvon Kurnia (kanan), dan pengamat politik Yudi Latif (kiri) saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/3). Dalam jumpa pers tersebut dibahas tentang fenomena aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM dan juga upaya bantuan hukum terhadap 29 mahasiswa yang ditangkap aparat kepolisian Selasa lalu (27/3). FOTO ANTARA/Citro Atmoko/ama/12 (sumber: Antara)
Kalau memang ada aktivis mahasiswa melakukan aksi siram air keras, silakan diproses hukum.

Seniman Ratna Sarumpaet, menilai kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) lewat rapat paripurna DPR Jumat (30/3) lalu dirasakan oleh rakyat lebih perih dari siraman zat kimia.
 

"Apa yang rakyat rasakan terkait kebijakan menaikkan harga BBM lebih perih dari siraman air keras. Rakyat mendengar hasil (rapat paripurna) DPR sama saja dengan siraman air keras," ujarnya ketika menyambangi Mapolda Metro Jaya bersama beberapa aktivis gerakan dan tim advokasi mahasiswa dan rakyat  untuk meminta mahasiswa yang ditahan karena unjuk rasa dibebaskan, hari ini.

Ratna menambahkan, polisi sebaiknya mengungkap dulu siapa yang melakukan siraman air keras yang menimpa dua orang jurnalis TV dan aparat kepolisian itu.

"Silakan ungkap dan buktikan dulu. Bisa jadi malah polisi yang  melakukan itu. Apa polisi sejujur itu. Kalau terbukti atau ada rekamanannya, baru bisa dibenarkan dan proses secara hukum," imbuh seniman yang menggalang aktivis dan advokat untuk mendirikan Posko Crisis Centre itu.

Sementara itu, Ratna juga meminta polisi membebaskan 53 mahasiswa yang ditangkap dan dalam penggeledahan di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, Kamis (29/3).

Saat itu terjadi bentrokan hebat antara mahasiswa dan polisi di depan kampus YAI dan UKI, Salemba, Jakarta Pusat. Sejumlah mahasiswa terluka, satpam YAI, dan polisi terluka termasuk Kapolsek Senen. Satu unit mobil Resmob dan beberapa sepeda motor dibakar massa.

"Kami meminta agar polisi membebaskan mereka. Kerusakan fasilitas umum  bukan keinginan mahasiswa, namun karena pemerintah memaksakan kenaikan  BBM. Perusakan itu juga tidak sebanding dengan pengerusakan yang dilakukan  pemerintah terhadap sumber daya alam, hutan dan lainnya," tukas aktivis perempuan itu.


DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.