Suriah Minta Barat Jangan Kacaukan Rencana Damai
DUkung Oposisi
Utusan Suriah untuk PBB menuntut Qatar, Arab Saudi, Turki dan negara-negara Barat agar tidak merusak misi perdamaian Kofi Annan dengan membayar dan mendukung kelompok oposisi.
Pada saat pemerintah Presiden Bashar al-Assad menghadapi tekanan internasional yang terus berkembang, Duta besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari mengatakan, kelompok oposisi harus memberikan komitmen tertulis, untuk tidak mengambil keuntungan dari penarikan tentara pemerintah dari kota-kota Suriah.
Utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan mengatakan, Suriah telah menyetujui perdamaian enam butir rencana dan 10 April sebagai tenggat waktu, untuk menarik pasukan serta senjata-senjata berat dari kota-kota, namun masih melanjutkan operasi militer di wilayah perkotaan.
Negara-negara Barat telah menyatakan keraguan kuat bahwa Assad akan mematuhi rencana itu.
Setelah Annan memberikan laporan singkat kepada Majelis Umum PBB, Jaafari mengecam negara-negara Teluk Arab yang memberikan dukungan petrodollar mereka, terhadap kelompok-kelompok oposisi Suriah. Serta Turki yangmenjadi tuan rumah pertemuan Sahabat Suriah pada akhir pekan lalu.
"Kita perlu mendapatkan komitmen dari Qatar, dari Saudi, dari Turki, dari Prancis, dan dari Amerika Serikat, bahwa Annan harus diberikan kesempatan untuk keberhasilan misinya," kata Jaafari.
"Kita perlu komitmen jelas dan jaminan oleh Annan sendiri - setelah ia berkonsultasi dengan Qatar, Arab Saudi, Turki dan yang lainnya - bahwa pemerintah akan mengamati dan akan menghormati berakhirnya kekerasan, pihak-pihak lain juga akan melakukan hal yang sama dan tidak akan mengisi kekosongan," tambahnya.
Ia mengatakan perjanjian itu bagian integral dari kesepakatan antara Annan dan pemerintah Suriah.
Sebagai jawaban atas keraguan luas dari pemerintah Barat bahwa pasukan Assad akan mengakhiri permusuhan, Jaafari mengatakan pemerintah Suriah adalah "berkomitmen" untuk melaksanakan rencana kerja Annan.
Annan sebelumnya mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa ada kekhawatiran jatuhnya korban meskipun sudah ada perjanjian pemerintah Suriah terhadap rencana perdamaian.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan kekerasan dan penyerangan di daerah-daerah sipil belum berhenti. Situasi di lapangan masih terus memburuk.