Uji Nyali Polisi
Kegelisahan sudah di ubun-ubun. Semestinya orang nomor satu di Indonesia tidak perlu urus perkara yang bisa diklasifikan ringan ini. Ada masalah besar segudang yang mesti diselesaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada akhirnya, SBY buka mulut menginstruksikan Polri harus bekerja sama dengan TNI menangani geng motor yang semakin meresahkan penduduk. SBY melalui Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha di Jakarta, Senin (16/4) menjelaskan persoalan geng motor sudah ditangani polisi dan TNI.
“Bapak Presiden menunggu pemeriksaan yang dilakukan oleh Polri. Masyarakat diminta tidak menduga-duga pelaku penyerangan,” jelas Julian menanggapi dugaan ketelibatan TNI dalam geng motor.
Kita sepakat membedakan geng motor yang bersifat gerombolan karena tidak ada struktur dengan klub motor yang jelas struktur dan memiliki agenda sosial. Geng motor layak dijadikan keprihatinan bersama sebagai sesama anak bangsa.
Kekerasan di jalan sudah menelan korban yang tidak sedikit. Aksi balapan yang berlanjut dengan memalak warga di jalan umum sudah belasan tahun berlangsung.
Setiap tahun mengutip sumber Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane paling kurang 60 warga mereganga nyawa karena ulah geng motor di Jakarta. Dalam putaran roda itu tidak hanya terselip untuk memompa adrenalin.
Ada adu nasib yang bernilai jutaan rupiah. Bahasa kasarnya, tergelar judi dalam balapan liar. Tentu saja, ada juga yang memberikan jaminan keamanan kepada pembalap liar.
Berlarut-larut penanganan geng motor karena polisi masih ragu-ragu mengeksekusi mandat sebagai pengayom masyarkat. Nyali polisi membongkar kasus kriminal belum maksimal diamalkan. Masalah kriminal merupakan wilayah kerja polisi.
Karena itu, kita meminta polisi untuk memakai mandatnya memberikan rasa ketertiban kepada warga. Patroli rutin harus dilakukan secara berkelanjutan agar balapan liar alias ilegal bisa berkurang hingga hilang.
Kita sepakat, polisi mesti bertindak berdasarkan bukti dan temuan di lapangan. Bukan membangun asumsi atau dugaan. Dengan demikian, semakin membuncah rasa percaya kepada polisi bahwa polisi adalah pelindung penduduk.
Dalam kasus geng motor yang menyebabkan dua anggota TNI dan beberapa masyarakat meninggal dunia, kita yakin dan percaya polisi sudah mengetahui dugaan keterlibatan anggota dari institusi militer. Karena itu, atas nama payung hukum, polisi bertindak cepat meringkus pelaku.
Hal ini penting agar persoalan tidak berlarut. Sebab semakin lama, maka persoalan pun semakin berbelit-belit dan barang bukti bisa dilenyapkan. Risiko bermain-main dengan tindakan kriminal yakni menyebarnya main hakim merajalela alias pengadilan jalanan, menyuburkan geliat balas dendam dan mengeruncut konflik sosial.
Kita sadar, penyerangan yang dilakukan oleh pria berambut cepak, berbadan tegap, menggunakan pita kuning, terlatih kepada warga di jalan merupakan bentuk pelecehan kepada institusi polisi. Kewibawaan polisi dalam mengayomi warga bisa pupus. Pelaku percaya tidak ada institusi negara yang bisa menghambat aksi barbar ini.
Pada sisi lain, gelaran kriminal meletup karena gerombolan geng motor ini berkesimpulan polisi takut terhadap mereka.
Kita menyayangkan tindakan lambat polisi mengantisipasi balasan ketika Kelasi Arifin dari TNI AL tewas dikeroyok di Pademangan, Jakarta Utara pada 31 Maret 2012. Setelah pengeroyokan Arifin, serentetan pengeroyokan di SPBU Danau Sunter pada 7 April dan menyusul pengeroyokan di Kemayoran, Jakarta Pusat pada 8 April.
Pada Jumat, 13 April aksi geng motor kembali terjadi. Mereka menyerang mini market dan menganiaya pengunjung. Di dalam aksinya dini hari ini, Anggi meninggal dunia karena dibacok. Saat konvoi melintas Jalan Pramuka, Jakarta Pusat, dua anggota konvoi ditembak dari mobil Yaris warna putih.
Untuk melacak pelaku, polisi melibatkan POMAL menyelidiki kasus yang diduga dilakukan oleh anggota TNI AL. Juru Bicara Polda Metro Kombes Pol Rikwanto mengatakan, hingga saat ini belum ada anggota TNI AL yang ditahan.
Benang kusut geng motor mesti diuraikan agar tidak terjadi kemacetan masalah pada masa kini dan depan. Kita menunggu nyali polisi.