8 Kesalahan Umum yang Bisa Merusak Hubungan
Tidak ada pasangan yang benar-benar sempurna, namun, dari kesalahan-kesalahan umum yang kerap terjadi pada pasangan-pasangan lain, bisa diambil hikmah dan dijadikan pelajaran.
Berikut ini beberapa kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dalam hubungan menurut dr Brenda Shoshanna, psikolog dan pengarang buku mengenai hubungan:
1. Mencoba mengubah pasangan
Begitu banyak pasangan yang jatuh pada masalah ini. Mengira, bila si kekasih mencintainya sungguh-sungguh maka ketika diminta berubah, ia pasti mau.
Bagi Anda, hal menyebalkan yang ia lakukan terkesan kecil, tetapi baginya, kebiasaan itu mungkin besar.
Seringnya, bila pun si kekasih berubah, sifatnya hanya sementara, karena lama kelamaan ia akan berpikir, "Kamu mencintai orang dengan wujud saya, tapi sifatnya seperti yang ada di bayangan kamu, bukan saya apa adanya".
Bila Anda mencoba mengubah pasangan, mereka akan merasa Anda tidak benar-benar mencintainya. Di dalam pikirannya, Anda hanya berusaha mengubahnya menjadi orang yang Anda inginkan.
2. Merasa seperti orang yang gagal
Ketika beberapa orang melihat sesuatu tidak berjalan seperti yang mereka inginkan, maka ia cenderung mengalami depresi.
Orang yang depresi akan merasa tidak dicintai dan menyalahkan takdir karena membuatnya tidak bisa mendapatkan cinta.
Sejujurnya, Anda bukan produk gagal, hanya belum mendapat pengetahuan mengenai arti hubungan. Begitu sudah belajar mengenai cara, ide, dan metode seputar berhubungan, maka Anda akan lebih mampu menjalani hidup sebagaimana seharusnya.
3. Beranggapan harus cukup "bagus" untuk menjaga cinta
Kebanyakan orang merasa kurang cukup baik untuk orang yang dicintainya. Merasa takut tidak cukup baik untuk orang lain adalah resep untuk minta ditolak.
Berpikiran seperti itu hanya akan membuat Anda tanpa sadar mensabotase hubungan dan berusaha mencari-cari kesalahan si dia.
Hal terpenting untuk diingat adalah, semua manusia bisa dan cukup berharga untuk dicintai, dan orang yang paling utama untuk belajar dicintai adalah diri sendiri.
4. Menolak pasangan supaya tidak merasa ditolak
Kebanyakan orang dalam satu pasangan akan berusaha tidak ditolak dengan cara menolak dulu pasangannya. Karena merasa tidak cukup baik dalam sebuah hubungan, mereka merasa tidak bisa mengandalkan pasangannya, karena mereka merasa belum bisa menerima dirinya sendiri.
5. Menganggap pasangan bisa mengerti dan membaca pikiran
Jika pasangan Anda bukan cenayang, usir pikiran semacam ini. Meski pasangan yang sudah bersama puluhan tahun pun, mereka tetap tidak akan bisa membaca pikiran kekasihnya.
Manusia itu dinamis dan akan berubah. Jadi, Anda bisa berasumsi mengenai isi pikirannya, tetapi bukan berarti itu adalah benar-benar isi pikirannya.
Hal yang penting untuk dilakukan adalah menjaga komunikasi yang terbuka, jujur, dan lancar dua arah.
6. Tugas kekasihkulah untuk membuatku bahagia
Pasangan Anda bukan penyedia kebahagiaan dan bertugas memenuhi segala kebutuhan Anda. Jika ada beberapa permintaan yang tak bisa ia penuhi, bukan berarti ia tidak mencintai Anda.
Karenanya, Anda harus bisa membuat diri bahagia, tidak tergantung olehnya. Mengapa? Karena untuk bisa membuat si dia bahagia dengan Anda, Anda pun harus merasa bahagia.
7. Sulit untuk mengajaknya bicara
Kebanyakan perempuan merasa sulit untuk bicara dari hati ke hati dengan pasangannya. Saat lelaki tak bisa mengungkapkan isi hatinya, perempuan merasa tidak dicintai dan ditinggalkan, sementara si lelaki merasa tak dimengerti.
Padahal, bila diajak bicara dengan cara yang benar, lelaki pun bisa bicara panjang lebar. Sayangnya, hanya sedikit perempuan yang menyadari, lelaki pun bisa rapuh.
Supaya mereka mau bicara, butuh hal-hal tertentu. Maka, si perempuan butuh mencari tahu hal-hal tertentu apa yang membuat si lelaki mau bicara, kondisi sekitar yang nyaman, atau Anda dulu yang mulai buka hati, atau lainnya. Beda orang, beda cara.
8. Suka bertengkar
Tak sedikit pasangan yang merasa hubungannya menarik dan seru karena banyak pertengkaran. Ketika melihat pasangannya cemberut, maka diartikan ia masih sayang. Banyak orang melihat orangtuanya bertengkar dan hanya tahu itulah cara untuk bicara dengan pasangan.
Sebagian orang yang teradiksi pertengkaran dengan pasangan menyukai rasa serunya, ada yang karena ingin merasakan dominasi atau kontrol. Padahal, dominasi bukan cinta. Bila menyakitkan, bila berisi kekerasan, maka itu bukan cinta.