Ingin Raih Simpati, NasDem Perlu Gelar Konvensi
Partai Nasional Demokrat (NasDem), sebagai partai baru, dinilai perlu menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden (capres) di Pemilu 2014 mendatang.
Model konvensi perlu mengambil model konvensi di Amerika Serikat (AS), yaitu melalui pemilu pendahuluan. “Primary election adalah tradisi Amerika Serikat (AS) yang menarik. Sebuah model demokrasi deliberatif, di mana pertimbangan publik dibutuhkan sebelum partai menentukan siapa capres dalam pilpres. Model itu harus bisa dipakai NasDem sebagai partai baru,” kata pengamat politik UI Boni Hargens di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, usulan konvensi model AS itu untuk memberi warna baru demokrasi di Indonesia. Usulan itu juga untuk memberi kesempatan kepada para tokoh nasional yang bukan kader partai untuk memimpin bangsa ini.
Menurutnya, primary election di AS biasanya dimulai di negara bagian Iowa, dan selalu dimulai pada Selasa sehingga disebut Super Tuesday. Pemilihan pendahuluan selalu mencerminkan pemilihan yang sesungguhnya ketika para kandidat dari dua partai besar di AS bertarung dalam pilpres.
Keuntungan dari sistem itu adalah rakyat menentukan sendiri capresnya. Selain itu, sportivitas dalam menerima hasil pemilu cukup terjamin karena semua capres dari partai ditentukan berdasarkan kehendak mayoritas rakyat.
Boni mengakui, isu konvensi ini sudah ada di tubuh Partai Demokrat. “Tapi kan Partai Demokrat sudah selesai, dengan gagalnya Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), korupsi di teras elitenya, dan lain-lain, yang membuat Partai Demokrat bukan begawan lagi,” ujarnya.
Dia menambahkan, Partai Demokrat sama sekali tidak seksi lagi. Bahkan partai tersebut bisa mati muda. Partai-partai tua lain, termasuk partai menengah baru seperti PKS, juga tidak memiliki kinerja yang begitu spektakuler, sehingga tidak pantas mengusung isu modern seperti pemilihan pendahuluan tersebut.
“NasDem harus merebut peluang itu. Memulai sebuah pendidikan politik yang modern, melakukan gebrakan yang seksi, karena ia partai baru yang masih bening dan sudah jelas mendapat dukungan publik, seperti terlihat dalam hasil survei beberapa lembaga selama ini. Apalagi tubuh NasDem banyak kader muda yang cerdas dan memiliki track record bagus,” tegasnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Indo Barometer, M Qodari mengatakan, sebelum menuju ke konvensi, seperti yang dibuat AS, hal utama yang dilakukan NasDem adalah konsolidasi internal.
“Ini pekerjaan rumah yang harus dilakukan NasDem, yakni konsolidasi internal, membesarkan partai, memperkuat organisasi dan meningkatkan elektabilitas. Kalau sudah besar, maka akan dengan sendirinya para capres datang dan siap mengikuti konvensi,” katanya.
Dijelaskan, selama ini, hanya ada dua partai yang menggelar konvensi yakni Partai Golkar pada 2004 dan PBR menjelang 2009. Perbedaannya, ketika Partai Golkar menggelar konvensi, banyak tokoh kelas berat yang melamar. Sedangkan PBR, nyaris tidak ada pelamar.
“Ini fakta yang harus jadi pertimbangan bagi Partai NasDem jika ada gagasan membuat konvensi. Tetapi yang pasti gagasan ini masih jauh, dan yang urgen saat ini adalah konsolidasi internal, penuhi berbagai persyaratan pemilu dan sebagainya. Partai NasDem harus menjadi partai tiga besar,” katanya.