Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Detik detik Ketua BEM UI Manik Marganamahendra Mempersembahkan Mawar Mer...

Orasi Bang Jalih Pitung - PART 12

Orasi Ridho Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta - PART 9

Orator Ajak Massa Aksi Mujahid 212 Kibarkan BENDERA TAUHID Tinggi-tinggi...

Tausiyah Ustadz Asep Syarifuddin dari API Jawa Barat - PART 11

"Nasionalisme Prabowo Luar Biasa, Jokowi Belum Teruji"

Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan). (Foto: KOMPAS.com)
Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Borobudur, Faisal Santiago, menilai nasionalisme bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), belum teruji. Hal itulah yang membuatnya memilih untuk mendukung bakal calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Bukan saya mengecilkan, tapi saya belum melihat, nasionalisme Jokowi belum teruji," kata Faisal di sela-sela acara Deklarasi Dukungan Guru Besar dan Cendekiawan mendukung Prabowo sebagai calon presiden di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Bagi Faisal, hanya Prabowo yang telah teruji memiliki nasionalisme yang tinggi. Salah satu alasannya ialah karena Prabowo memiliki latar belakang militer, sedangkan Jokowi, kata dia, pengalamannya hanya menjadi kepala daerah. Padahal, menurutnya, untuk memimpin bangsa, perlu pengalaman yang lebih besar dan jiwa nasionalisme yang teruji.
"Nasionalisme Pak Prabowo luar biasa, saya yakin dia enggak akan menjual aset negara," ujarnya.
Ia mengaku hadir dalam deklarasi mendukung Prabowo karena merasa tertarik dengan program yang diusung Partai Gerindra. Pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan dianggapnya sebagai alasan utama yang membuat banyak guru besar mendukung pencapresan Prabowo.
"Prabowo cocok dalam segala hal, beliau gigih dan akan membawa bangsa ini kembali berjaya. Saya berharap indeks sumber daya manusia kita juga akan ditingkatkan," ujarnya.

Sumber : KOMPAS.com
Editor : Mas Yudi Dua

Hasil Survei Charta Politika PPP Paling Disukai Publik

Ilustrasi 
Berdasarkan survei yang dilakukan Charta Politika Partai Demokrat (PD) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi dua partai utama yang paling tak disukai masyarakat. 

Sebanyak 17,1 persen responden memilih Partai Demokrat sebagai partai yang paling tak disukai. Sedang PKS di tempat kedua dengan 8,5 persen.

Partai Golkar di tempat ketiga dengan 6,6 persen responden, diikuti PDIP dengan 4,9 persen, PKPI 4,1 persen. Selanjutnya Partai Nasdem dengan 2,7 persen, PBB dengan 2,4 persen, Partai Gerindra 2,1 persen, PKB 1,9 persen, PAN 1,7 persen, Hanura 1,3 persen, dan PPP 1 persen.

Responden yang tidak menjawab adalah 45,8 persen. Wasekjen PD, Saan Mustopa, menyatakan hal itu sebagai akibat dari ruang opini publik bersifat negatif yang terlalu besar ke PD.

"Ini tak terlepas sebagai konsekuensi Partai Demokrat sebagai the ruling party. Partai penguasa pasti dapat perhatian lebih besar dibanding parpol lain. Sekecil apapun itu pasti diperhatikan. Nah ini yang mengisi ruang opini publik," kata Saan.

Survei itu dilakukan dengan metode wawancara tatap muka, dengan populasi responden adalah WNI yang telah mempunyai hak pilih di pemilu (telah berusia 17 tahun ke atas) sebanyak 1.200 responden.

Margin of error penelitian adalah plus minus 2,83 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara acak dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat dengan memperhatikan karakter urban/rural, dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi. Quality control dilakukan dengan mewawancara ulang responden yang dipilih secara random sebesar 20 persen.



Editor : Mas Yudi Dua

Prabowo : Koruptor Takut Dengan Kehadiran Gerindra

Prabowo Subianto (Davinanews.com)
Capres Gerindra Prabowo Subianto meminta warga di Gunung Kidul, Yogyakarta untuk tidak golput pada Pemilu 9 April mendatang. Menurutnya, kalau tidak mencoblos sama saja membantu penjahat koruptor menguasai legislatif.
Prabowo juga menghimbau jika ada caleg atau partai yang memberikan duit saat pencoblosan sebaiknya diterima karena duit yang dipakai adalah duit rakyat.
“Uang rakyat itu mereka curi. Jangan coblos pilih mereka. Ambil uangnya kalau diberi. Itu uang kalian sendiri. Biar mampus mereka. Mereka takut sama Gerindra karena Prabowo tahu cara mereka,” ujarnya.
“Kalian terima duitnya karena itu uang kalian sendiri. Uang rakyat yang dikorupsi. Tapi, ambil duitnya tetap pilih Gerindra,” kata Prabowo dalam orasinya di Lapangan Desa Gading, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta, Sabtu (29/3/2014).
Prabowo menambahkan kalau para koruptor takut dengan kehadiran Gerindra yang siap menangkap para penjahat pencuri uang negara. Dia siap memberantas bersih para pelaku koruptor dan memberikan hukuman yang keras.
Prabowo pun berharap masyarakat tidak mudah dibohongi dengan para koruptor yang merayu dengan uang saat Pemilu nanti.
Sumber: wartaharian.co

Kenapa Kita Harus Berjuang?

Prabowo Subianto (DaVinaNews.com)
“Sahabatku, gerakan kita beranjak dari suatu perasaan kerisauan. Kita risau bahwa kekayaan alam bangsa Indonesia yang berlimpah, karunia Tuhan Yang Maha Esa yang begitu besar bagi bangsa Indonesia, terus menerus diambil namun tidak dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Perjuangan kita tidak ringan karena banyak kekuatan yang ingin kondisi seperti sekarang terus berlanjut. Banyak kekuatan yang menghendaki sistim pemerintahan yang lemah. Banyak kekuatan yang suka dengan pejabat-pejabat yang bisa dibeli. Tujuan utama mereka adalah meraup uang sebanyak-banyaknya – mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di bawah.
Lantas apa yang harus kita kerjakan? Apa kita hanya bisa terus mengeluh dan mengkritik? Saya rasa tidak. Kita harus memilih untuk berjuang, berjuang dan terus berjuang sampai dengan hembusan nafas kita terakhir. Inilah ajaran nenek moyang kita. Jangan pernah menyerah, jangan pernah menyerah, jangan pernah menyerah.”
Oleh : Prabowo Subianto

Prabowo Subianto, The Untold Stories

Suryadharma Ali dan Prabowo Subiyanto
Saya adalah seorang jurnalis dan kolumnis. Artikel opini saya dimuat diKompas, Tempo, Wall Street Journal, dan lain-lain. Saya juga pernah memimpin redaksi ditiga media nasional, serta diakui sebagai wartawan investigatif andal.

Sebelum saya gabung dan berjuang dengan Gerindra, tentu saya teliti dulu rekam jejak Gerindra dan Prabowo. Pada akhir tahun 1998 saya juga pernah mendampingi pejabat dari Washington DC mewawancarai Prabowo selama 3 jam. Berbagai tuduhan dan fitnah ke Prabowo saya teliti satu per satu. Mulai dari tuduhan penculikan, kerusuhan 1998, sampai keluarga.

Saat Prabowo memilih untuk jadi tentara walau beliau bisa kuliah di universitas terbaik AS. 
Prabowo masuk AKABRI, karena terinspirasi oleh kisah kedua pamannya yang gugur tahun 1946 bersama Mayor Daan Mogot. Prabowo juga ingin melanjutkan perjuangan ayahnya dan kakeknya: jiwa dan raga 100% untuk Merah-Putih.

Saat memimpin Kopassus, kualitas kepemimpinan Prabowo legendaris. Sampai sekarang anak buahnya masih loyal. Prabowo pastikan kesejahteraan semua prajuritnya. Di medan perang, Prabowo selalu pimpin dari garis terdepan. Bahkan, ada tiga momen di Timor Timur ketika Prabowo diduga gugur karena putus kontak radio. Beliau sangat berani. Keberanian dan dedikasi Prabowo menjadikan Kopassus salah satu pasukan elit terbaik dunia. Dihormati dan disegani.

Prestasi Prabowo sebagai Danjen Kopassus, a.l.: pembebasan sandera di Pegunungan Mapenduma, Papua. Prabowo juga memimpin pendakian tim Indonesia ke puncak gunung Everest. Ia tidak mau kita dikalahkan Malaysia. Sekarang kita bicara 1998. Saat itu, keberpihakan Prabowo pada proses demokrasi dan reformasi mengagetkan. Mungkin karena Prabowo08 pernah sekolah di luar negeri, kala itu beliau termasuk perwira yang mendukung reformasi.

Tuduhan #1: 
Prabowo cerai karena tidak becus mengurus keluarga. 
Sebenarnya: Beliau diusir keluarga Cendana. Prabowo dianggap mengkhianati keluarga Cendana karena dua hal: Berani menganjurkan Presiden Suharto untuk mundur.

Tuduhan #2: 
Prabowo tidak gunakan senjata dan malah membiarkan demonstran masuk ke kompleks DPR/MPR.

Tuduhan #3: 
Prabowo menculik & membunuh aktivis demokrasi. 
Sebenarnya: Tim Mawar bergerak cegah terorisme.
Sebelum Tim Mawar dapat perintah mengamankan terduga teroris, terjadi peledakan bom di Jakarta Januari 1998. Peledakan bom ini, salah satunya di Tanah Tinggi ditujukan untuk ganggu Sidang Umum MPR bulan Maret 1998. Pada saat itu, perintah "mengamankan" bisa diartikan "menghabisi". Tim Mawar tidak menghabisi mereka yang diamankan. Malahan, mereka yang diamankan dan dilepas oleh Tim Mawar, sebagian sekarang bergabung di Gerindra. Apakah mereka mau bergabung dengan Gerindra jika Prabowo benar kejam seperti dituduhkan?

Nah, bagaimana dengan mereka yang masih hilang? Silakan cek hasil investigasi TEMPO edisi Widji Thukul. Hasil investigasi TEMPO menyimpulkan, ada tim lain yang bergerak! 
Bukan hanya Tim Mawar Prabowo. Apakah Prabowo tahu siapa mengamankan mereka? 
Kalaupun ia tahu, Prabowo terikat sumpah prajurit. Prabowo adalah prajurit sejati. Baginya sumpah prajurit adalah harga mati. Nama baik TNI harus ia jaga. Bagi Prabowo, lebih baik ia jadi tertuduh selamanya daripada nama baik TNI tercoreng karena ia buka mulut.

Tuduhan #4: 
Prabowo dalang kerusuhan Mei 1998. 
Sebenarnya: Prabowo adalah kambing hitam. Kerusuhan Mei 1998 dipicu oleh naiknya harga BBM tanggal 4 Mei karena tekanan IMF untuk cabut subsidi. Sudah menjadi rahasia publik, bagaimana Prabowo membujuk Panglima ABRI untuk turun tangan kendalikan situasi. Namun pada saat-saat genting, Panglima ABRI malah tinggalkan Jakarta untuk upacara seremonial di Malang.

Tuduhan #5: 
Prabowo dicopot karena mau kudeta Habibie. 
Sebenarnya: Prabowo justru bergerak utk amankan Habibie.
Sebagai Pangkostrad, Prabowo mengikuti protap untuk mengamankan Ring-1 saat ibukota kembali memanas. Prosedur tetap ini dijalankan Prabowo tanpa sepengetahuan Panglima ABRI. Panglima ABRI keliru analisa situasi. Panglima ABRI berasumsi, pergerakan pasukan ke Ring-1 harus atas perintah beliau. Beliau lapor ke Presiden Habibie. Karena informasi ini, Presiden Habibie berasumsi Prabowo ingin kudeta. Prabowo dipanggil menghadap. Jika Prabowo benar ingin kudeta, apakah ia akan datang ke Istana dan datang sendirian tanpa pasukan? Mendengar perintah Presiden Habibie untuk melepas jabatan sebagai Pangkostrad, Prabowo08 kaget. Namun sebagai prajurit yang taat, ia ikuti perintah Presiden Habibie, lepaskan jabatan Pangkostrad dan jadi Dansesko ABRI.

Tuduhan #6: 
Prabowo ke Yordania untuk menghindari hukuman. 

Kenyataaan: Menghindari fitnah.
Prabowo adalah mantan Danjen Kopassus. Beliau terlatih di bidang intelijen dan kontra-inteligen. Kondisinya saat itu: ada pihak-pihak yang membutuhkan kambing hitam. Kalau bisa semua dituduhkan ke Prabowo. Prabowo sadar, risikonya terlalu besar jika ia tetap di Jakarta. 
Rumahnya bisa "diisi" senjata, dan sebagainya. Oleh karena itu beliau memilih untuk pergi ke luar negeri. Ke Yordania dan Malaysia. Menghindari fitnah.

Tuduhan #7: 
Prabowo kaya karena korupsi di masa Orba. 
Sebenarnya: Tahun 1998 Prabowo jatuh miskin.
Rumah di Indonesia tidak punya, tabungan hanya cukup untuk hidup beberapa bulan saja di pengasingan.Prabowo harus kerja keras sebagai pengusaha di luar negeri untuk dapat hidup dengan layak. Mengikuti jejak adiknya. Karena pengalaman sebagai pengusaha di luar, Prabowo jadi tahu benar bagaimana asing eksploitasi SDA Indonesia.

Tuduhan #8: 
Prabowo tidak ada sumbangsih untuk negeri pasca 1998. 
Sebenarnya: Sumbangsihnya luar biasa.
Sumbangsih yang terbesar adalah: Mendirikan Gerindra, partai politik moderen yang terbuka dan jelas visinya. Gerindra tidak meminta mahar politik untuk mereka yang ingin maju sebagai bupati, walikota, gubernur dan legislatif. Gerindra juga membuat rekomendasi berdasarkan kompetensi. Contoh: Ridwan Kamil didorong jadi Walikota Bandung. Contoh: Saya masuk ke Gerindra, karena ikut seleksi terbuka. Biaya formulir hanya Rp. 50.000 saja. Yang lain juga sama. Selain Gerindra, Prabowo juga fokus tingkatkan prestasi olahraga kita. Khususnya pencak silat dan berkuda.

Dalam masa kepemimpinan Prabowo, timnas pencak silat kita tidak pernah kalah di turnamen internasional. Tahun 2014 ini, Prabowo juga berhasil jadikan tim polo berkuda kita terbaik di Asia. Kalahkan Cina, India, dan Korsel. Di bidang pertanian, Prabowo sebagai Ketua HKTI kembangkan bibit-bibit unggul untuk tingkatkan panen per hektar.
Di bidang pendidikan, sudah tidak terhitung lagi berapa banyak beasiswa sekolah dan kuliah yang diberikan Prabowo. Baru-baru ini, Yayasan Pendidikan Kebangsaan Prabowo jalin kerjasama beasiswa S1 dengan Kerajaan Yordania.


Penulis : Bondan "Mak nyus" Haryo Winarno
Editor : Mas Yudi Dua

KPK Akan Sita Harta Anas

Anas Urbaningrum. (Foto: Twitter.com)
Komisi Pemberantasan Korupsi akan menyita harta Anas Urbaningrum setelah mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang.

"Kalau (harta) itu hasil kk Asasi Manusia di Jakarta, Rabu.
ejahatan, ada indikasi ya mesti disita," kata Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, di gedung Kementerian Hukum dan Ha
KPK pada hari ini menetapkan Anas sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang dengan menyangkakan Anas melangar melanggar Pasal 3 dan atau Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan atau Pasal 3 ayat 1 dan atau Pasal 6 ayat 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah berdasarkan UU No 25 tahun 2003 Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP mengenai orang yang menyamarkan harta kekayaan yang berasal dari kejahatan.

Ancaman pidana terhadap orang yang melanggar pasal tersebut adalah penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp10 miliar. Pengenaan pasal tersebut memberikan kewenangan KPK untuk menyita harta kekayaan Anas yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi.

KPK saat ini masih menelusuri aset terkait Anas. 

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, KPK belum melakukan penyitaan terkait dengan penyidikan kasus TPPU ini.

Sebelumnya KPK menetapkan Anas sebagai tersangka kasus dugaan korupsi penerimaan hadiah terkait pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah (P3SON) di Hambalang dan proyek-proyek lain.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelengara Negara tertanggal 28 Desember 2007 yang dilaporkan Anas ke KPK setelah ia tidak lagi menjabat sebagai pantia Komisi Pemilihan Umum (KPU), total kekayaan sebesar Rp2,237 miliar dan 2.300 dolar AS.

Harta tersebut terdiri atas harta tidak bergerak berupa tanah dan bangunan senilai Rp965,5 juta berupa tanah dan bangunan di Jakarta Timur (275, 539 dan 237 meter persegi), Depok (1.550 meter persegi), Karawang (11.412 dan 1.620 meter persegi), dan Bekasi (210 meter persegi). 

Selanjutnya harta bergerak senilai total Rp383 juta berupa mobil Kia Carens, motor Honda, mobil Nissan Serena, mobil Toyota Kijang. Harta bergerak lain berupa logam mulia dan barang seni lain senilai Rp92,831 juta dan ditambah giro sejumlah Rp795,6 juta dan 2.300 dolar AS.

Harta ini jauh berbeda dengan jumlah harta Anas yang dalam surat dakwaan mantan Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen dalam proyek Hambalang, Deddy Kusdinar, disebutkan bahwa Anas menerima Rp2,21 miliar dari proyek Hambalang untuk membantu pencalonan sebagai ketua umum dalam kongres Partai Demokrat tahun 2010 yang diberikan secara bertahap pada 19 April 2010 hingga 6 Desember 2010.

Uang itu diserahkan ke Anas digunakan untuk keperluan kongres Partai Demokrat, antara lain membayar hotel dan membeli perangkat BlackBerry beserta SIM card-nya, sewa mobil bagi peserta kongres yang mendukung Anas, dan juga jamuan dan entertain. (ANTARA News)

Profil Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Logo Partai Persatuan Pembangunan. (Foto: DaVinaNews.com)
Empat partai Islam yakni Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Perti pada awal dekade 1970-an memutuskan untuk membentuk fusi guna melahirkan embrio partai baru.

Dari ide empat partai itulah, pada 5 Januari 1973 lahir Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memproklamirkan diri sebagai "Rumah Besar Partai Islam". 

Terdapat lima tokoh yang sangat berperan penting dalam proses deklarasi partai ini yaitu Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama Idham Chalid, Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) Mohammad Syafaat Mintaredja,  Ketua Umum PSII Anwar Tjokroaminoto,  Ketua Umum Partai Islam Perti Rusli Hali dan Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR Mayskur.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP yang pertama adalah Mohammad Syafaat Mintaredja.  Pada awalnya,  PPP juga mengenal sistem presidium partai yang terdiri dari Presiden Idham Chalid, dan sejumlah Wakil Presiden yakni Mohammad Syafaat Mintaredja, M.Gobel, Haji Rusli Halil dan Masykur.

Sejarah mencatat iklim politik yang otoriter pada era Orde Baru pernah memaksa PPP untuk mengubah haluan dari Partai Islam menjadi partai berasas Negara Pancasila.

Lambang Ka'bah yang menjadi simbol kuat PPP pun diganti menjadi lembang bintang segi lima.

Namun, selama 17 tahun, ditandai dengan runtuhnya rezim orde baru, asas Islam kembali menjadi ideologi PPP. Lambang bintang segi lima pun dihapus dan kembali ke Ka'bah.

Mengusung ideologi Islam, PPP menyatakan komitmennya untuk mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti termuat pada Pasal 5 Anggaran Dasar PPP dan ditetapkan pada Muktamar VII Bandung 2001.

PPP, dalam pasal itu, menegaskan tujuan partai adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala.

Setelah Syafaat mengundurkan diri, tampuk pimpinan diisi oleh H. Jailani Naro, kemudian berturut-turut H. Ismail Hasan Metareum, H. Hamzah Haz, dan sejak 2007 hingga kini partai dipimpin oleh Suryadharma Ali.

Dalam kepemimpinan Suryadharma Ali di Pemilu 2009, PPP mendapat 5.533.214 suara atau 5,3 persen suara. Perolehan itu setara dengan 38 kursi  di DPR.

Menatap Pemilu 2014, PPP, yang mendapat nomor urut sembilan ini, menyatakan akan mendeklarasikan bakal capresnya pada Februari 2014 sebelum Pemilu Legislatif. Beberapa kalangan memprediksikan Suryadharma Ali akan maju sebagai bakal capres.

Pada akhir 2013, PPP juga sempat memunculkan wacana untuk membentuk kembali koalisi partai tengah, yang banyak dihuni oleh partai-partai berbasis massa Islam. Poros tengah ini sebelumnya pernah diwujudkan pada Pemilu 1999, dan sukses mengantarkan Abdurrahman Wahid dari Partai Kebangkitan Bangsa menjadi Presiden RI.

Namun, gagasan dibentuk kembalinya koalisi partai tengah masih berkembang, sementara banyak pihak menilai sekat-sekat ideologi Islam dalam partai berbasis massa Islam sudah memudar.

Susunan Pengurus:
Ketua : Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si.
Sekjen : Ir. H. M. Romahurmuziy, MT
Bendahara : Drs. H. Mahmud Yunus

Alamat Kantor DPP : Jalan Diponegoro No. 60, Jakarta 10310
Telp : 021- 31926164 021- 31936338
Fax : 021- 3142558

Situs : www.ppp.or.id
Twitter : @DPP_PPP

(ANTARA News)

Ketum PPP Minta Dimyati Pertimbangkan Lagi Soal Pencalonan Hakim MK

Suryadharma Ali Calon Presiden dari PPP. (Foto: DaVinaNews.com)
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali meminta calon hakim Mahkamah Konstitusi Dimyati Natakusuma untuk mempertimbangkan kembali rencana pencalonannya. 

"Memang dia meminta izin kepada saya untuk maju sebagai calon hakim MK. Saya hanya mengatakan, agar dipertimbangkan kembali," kata Suryadharma Ali (SDA) di Gedung DPR RI, Ja'arta,Senin. 

SDA menyayangkan bila Dimyati yang kader PPP itu maju sebagai calon hakim MK. 

"Kami hanya menyayangkan dia melamar jadi calon hakim MK. Padahal dia sangat potensial," katanya. 

"Saya juga katakan, lebih baik concern sebagai caleg karena anda caleg potensial dan bisa meraih kursi untuk Jakarta Barat. Kalau jadi hakim MK, saya kuatir, kita kehilangan satu kursi," kata SDA. 

Sementara itu Dimyati Natakusuma mengatakan, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada partai terkait pencalonannya. 

"Saya menyerahkan sepenuhnya kepada partai. Saya menunggu perintah dari Ketua Umum PPP," kata Dimyati. (AntaraNews)

Jangan Pilih Caleg Perusak Pohon

Spanduk caleg yang menempel di pohon-pohon. (Foto: DaVinaNews.com)

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu Beny Ardiansyah mengimbau masyarakat agar tidak memilih calon anggota legislatif yang menempel spanduk kampanye di pohon-pohon.

"Caleg yang menempel spanduk di pohon-pohon itu tidak layak pilih, jadi jangan dipilih, " katanya di Bengkulu, Selasa.

Ia mengatakan hal itu ketika ditanya tentang masih banyaknya caleg yang memasang alat peraga kampanye di pepohonan di dalam Kota Bengkulu.

Menurut Beny, para caleg yang memasang spanduk atau alat peraga kampanye di pohon sudah jelas melanggar aturan. Aturan yang dilanggar yakni Peraturan KPU nomor 15 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Legislatif.

Pada pasal 17 kata dia jelas disebutkan sejumlah lokasi yang terlarang untuk alat peraga kampanye antara lain rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, jalan protokol, sarana publik, taman, dan pepohonan.

"Jadi mereka sudah melanggar aturan sebelum sah menjadi anggota legislatif. Bisa dipastikan setelah terpilih akan sama perangainya," ucapnya.

Ia berpendapat bahwa caleg yang menempel alat peraga di pohon merupakan mereka yang tidak memiliki konsep jelas untuk mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat.

Selain itu, ia juga menyoroti kinerja Panwaslu dan Satpol PP yang seharusnya menertibkan spanduk dan alat peraga kampanye yang melanggar aturan itu.

"Ada pembiaran dari petugas yang seharusnya menertibkan itu, kami minta segera diturunkan," ujarnya.

Caleg yang menancapkan paku di pohon untuk menempel fotonya menurut Beny secara sadar telah merusak pohon itu.

Padahal pemerintah memiliki program menanam pohon dan mengajak masyarakat menanam sebanyak-banyaknya pohon.

"Kalau pohon dipaku akan rusak dan mengakibatkan pertumbuhan kerdil," katanya.

Yang pasti menurutnya, caleg yang memasang alat peraga di pohon, tidak punya pemahaman tentang cara hidup hijau dimana slogan "go green" sudah memasyarakat.

Aktivis lingkungan lainnya Supintri Yohar juga menyoroti pemasangan alat peraga yang menggunakan bambu.

"Sebagian bambu itu roboh ke jalan sehingga mengganggu pengguna jalan," katanya.

Tidak hanya itu, pemasangan alat peraga di ruang publik dan pepohonan menurutnya merusak pemandangan, atau disebut sampah visual. (Antara News)

Hampir Tidak Ada Partai Politik Wakili Kepentingan Rakyat


Cirebon, Jawa Barat - "Politik oligarkhi yang terjadi di pemerintahan harus dihentikan," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, di Cirebon, Selasa.

Politik oligarkhi, kata guru besar hukum tata negara itu, melahirkan siklus buruk dalam berpolitik. "Dari oligarkhi ini lahir transaksi, transaksi melahirkan oligarki," kata dia.

Politik oligarkhi sistem politik yang membuat proses pengambilan keputusan-keputusan penting dikuasai elit penguasa partai politik. 

Itulah yang menjelaskan mengapa jabatan pimpinan parpol jadi rebutan banyak pihak, bahkan dengan konsekuensi mengeluarkan modal sangat besar.

"Hampir tak ada partai politik yang benar-benar mewakili aspirasi rakyat," kata dia.

Menurut dia, jabatan-jabatan di partai politik saat ini banyak tersandera politik uang. Calon legislatif harus memiliki dukungan dana dari "pemodal"-nya dan jika nanti terpilih, kepentingan "pemodal" harus diwujudkan, berujung pada korupsi.

Mahfud minta kesadaran masyarakat tidak memilih pemimpin yang tersandera politik oligarkhi ataupun politik transaksional. "Ini harus dihentikan, ini tantangan kita semua untuk memperbaiki politik bangsa," katanya.

Politik oligarkhi seperti itu menyebabkan aspek pembangunan hukum berjalan timpang, baik dari substansi hukum (perundangan) maupun struktur hukum (aparat penegak hukum).

Kondisi hukum di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Pengadilan yang harusnya tempat masyarakat mencari keadilan, malah dicederai tindakan korup para penegak hukum.

Hal ini terlihat dari mantan Ketua MK, Akil Mochtar, yang ditangkap karena suap Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Lebak, Banten, beberapa waktu lalu.

"Itu baru terjadi di Indonesia, di negara lain nggak ada, itu akibat produk oligarkhi politik," katanya.

Sumber: ANTARA News

Dukungan isteri untuk Suryadharma Ali

Suryadharma Ali, MSi (Foto: Davinanews.com)
Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali (SDA) telah menerima pencalonannya sebagai bakal calon presiden atau wakil presiden dari PPP.

Dukungan dan doa dari istri tercinta dan anak-anak tentu menjadi bagian penting dan tak terpisahkan bagi Suryadharma Ali.

Bagi Wardatul Asriah, istri Suryadharma Ali saat bincang-bincang dengan ANTARA News, Jakarta, Senin, dirinya hanya bisa mendukung sang suami dengan doa dan upaya apapun agar apa yang menjadi keinginan partai dan sang suami dapat diwujudkan dan diridhoi Allah SWT.

"Doa sebagai seorang istri agar bagaimana menjalankan amanah ini, Bapak (Suryadhama Ali) diberikan kesehatan dan kekuatan. Kalau kita mau bekerja, berjuang, hambatan pasti ada, tapi bukan menjadikan kita pesimis. Kita harus bekerja dengan giat, kerja keras, cerdas. Mudah-mudahan diridhoi Allah SWT," kata Wardatul Asriah.

Lalu bagaimana dukungan anak-anak terkait pencapresan Suryadharma Ali, Wardatul mengaku, dukungan anak-anak tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan. Tapi, kata anggota DPR RI itu, dirinya maupun suami tak ingin melibatkan secara jauh.

"Anak-anak memang saya pisahkan untuk urusan seperti ini karena saya tidak ingin mereka jadi repot dan memikirkan hal-hal yang sebetulnya tidak harus mereka pikirkan. Keterlibatan anak-anak dalam hal ini hanya berdoa untuk ayahnya," kata Wardatul.

"Mereka tidak tahu keputusan Mukernas. Yang mereka tahu bahwa bahwa bapak dan ibunya mengikuti Mukernas PPP," imbuhnya.

Sumber: ANTARA News

Media Sedang Menebus Dosa Pada Anas


Dulu, ketika Anas Urbaningrum menjadi sasaran empuk Media tanah air. Mantan ketua umum Demokrat itu selalu dikejar-kejar wartawan setelah namanya disebut Nazarudin dalam sebuah pelariannya diluar negeri.

Hampir dua tahun Anas dihajar berita miring, dan selama rentang waktu itulah mantan ketua PB HMI  itu menjadi bulan-bulanan media. Ditambah, setiap Nazarudin menyebut nama Anas, berita dipastikan heboh dan menjadi headline di sejumlah media nasional. Video ucapan Nazar itu diputar berkali-kali  oleh stasiun TV.

Sampai di acara Talk Show paling berpengaruh, ILC Anas berulang kali menjadi topik paling top untuk dibahas. Anas terus “dikuliti” oleh awak media. Semua sisi kehidupan Anas disorot. Jejak rekamnya, masa kecil, keluarganya di Blitar sampai hal terkecil pun tak luput dari perhatian media. Lalu, wartawan menghubungkan dengan kehidupan yang sekarang.
Selama itu juga, ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) itu sudah di cap publik sudah bersalah, walaupun KPK belum menetapkan dia sebagai tersangka. Saya masih ingat, statemen Anas “kalau Anas korupsi hambalang 1 rupiah saja, gantung Anas di Monas,” dukumentasi itu diputar berulang-ulang kali di stasiun berita nasional.  Kesimpulannya Anas betul-betul menjadi santapan empuk media nasional.

Tapi itu dulu, setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka. Disusul dengan peengunduran dirinya sebagai Ketua Umum democrat yang ditandai dengan pidato sangat dramatis. Dengan segenap perasaan, Anas mengurai satu-persatu kalimat. Untaian kata, demi kata yang cukup membuat public terpukau. Apalagi, sejumlah loyalisnya di seluruh Indonesia yang dia menyebut dengan “sahabat Anas.

Pidato itulah yang menandai babak baru karirnya di panggung politik. Public tersentuh, tak sedikit mengelu-elukan dan menjadikannya sebagai idola anak muda dalam konstek pergerakan politik masa depan. Sahabat-sahabat Anas pun berdatangan ke Duren Sawit memberikan dukungan. Tak sedikit tokoh-tokoh nasional terlihat. Semuanya, disorot oleh media dan disajikan dalam bentuk berbeda.

Pasca mundur, media pun berubah arah. Stasiun TV berebutan dan antri mewawancarai Anas. Setiap Stasiun yang berhasil mewawancarai Anas, TV tersebut menyiarkan secara langsung, lengkap dengan logo “Ekslusif.” Rumah Anas tak pernah sepi dengan wartawan.
Lakon Anas pun berubah seketika. Dulu, media menempatkan Anas dengan peran Antagonis. Tapi kini Anas diperankan oleh media sebagai orang yang terzalimi. Anas pun menikmati  peran baru tersebut. Wajahnya tidak berubah. “seperti wajah Pak Harto. Yang tak pernah orang tahu apakah dia marah, senang atau bahagia,”kata Prof Sahetapi, pakar hokum gaek yang sering tampil di ILC.

Ditengah status tersangka yang membelit dirinya, Anas masih sempat wara-wiri di beberapa stasiun TV. Hidup hanya sekali, dan harus dinikmati,”mungkin begitu fikiran Anas. Bahkan, mantan ketua fraksi Demokrat itu masih sempat mendirikan ormas yang ia namakan PPI. Ia seperti tak hirau dengan urursannya dengan KPK.

Dan sekarang, sajian media terhadap Anas telah berubah. dia menjadi media darling, selain Jokowi. komentarnya selalu ditunggu. Jangankan wawancara langsung, twit Anas di dunia maya pun dijadikan sumber berita oleh media.

Apalagi, jika menyorot tentang perkembangan partai democrat plus sederet tokoh didalam partai yang berlambang bintang mercy itu. Sepertinya kurang afdol apabila Anas belum diminta tanggapannya. Soal Ruhut Sitompul yang diusulkan jadi ketua komisi, Bunda Putri sampai Pak Presiden marah-marah.

Perubahan arah media itu pada Anas tentu bukanlah  tanpa kesengajaan. Saya melihat buah kesabaran. Apa yang engkau tanam, itulah yang akan engkau panen. Dan Anas telah memanen buah yang telah dia tanam selama ini.

Dan dengan cara itu juga Allah menebus dosa media terhadap Anas yang selama ini telah di cap public sebagai pelaku korupsi, padahal statusnya di KPK masih sebagai tersangka  (gratifikasi) dan belum ditahan. Pembaca tentu masih ingat ketika Johan Budi SP membacakan AU sebagai tersangka, sejumlah awak wartawan bertepuk tangan.


Sumber : Kompasiana.com

Dirikan Ormas, Anas Sebut Ini Halaman Kedua

Anas Urbaningrum
Organisasi Masyarakat (ormas) Pergerakan Indonesia yang digagas mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum merupakan babak baru dari langkah politis Anas setelah dia dilengserkan dari kursi ketua umum Partai Demokrat sekitar Februari lalu. 

"Ini alinea pertama dari halaman kedua," ujar Anas di kediamannya, Duren Sawit, Jakarta, Minggu (15/9/2013) seusai meluncurkan Rumah Pergerakan Indonesia. 

Menurut Anas, pembentukan ormas ini belum menjadi puncak langkahnya dalam pentas politik Indonesia. Ibarat sebuah buku, katanya, masih banyak halaman-halaman yang harus dibuka dan ditulis. 

"Ini biar panjang, banyak yang harus dilakukan. Kalau ibarat halaman, masih banyak halaman-halaman yang harus ditulis dan dibuka bersama," kata Anas. 

Meskipun menjanjikan banyak gebrakan politik, Anas tetap menganggap pembentukan ormas ini sebagai suatu langkah yang penting. "Karena di sinilah akan berkumpul potensi-potensi gerakan yang akan bermanfaat untuk Indonesia lebih baik," katanya. 

Saat ditanya kemungkinan Perhimpunan Pergerakan Indonesia akan menjadi sebuah partai nantinya, Anas mengungkapkan bahwa ormas yang menggunakan pendekatan budaya ini betul-betul diniatkan untuk menjadi ormas. 

"Partai ada banyak, jadi Perhimpunan Pergerakan Indonesia itu berkhidmad di bidang budaya dan untuk membangun Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika tetapi betul-betul sejati. Kalau partai itu di tempat lain. Ini diniatkan untuk ormas," ungkap Anas. 

Mantan ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia ini pun mengatakan bahwa ormas gagasannya tersebut bukanlah suatu langkah perlawanan setelah dilengserkan dari kursi ketua Partai Demokrat. Anas mengatakan, pihaknya sama sekali tidak bermaksud mengancam pihak manapun dengan mengagas Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia, termasuk mengancam Partai Demokrat. 

"Sama sekali kami tidak untuk mengancam partai manapun, karena memang kami tidak dimaksudkan untuk mengancam siapa-siapa, menggerogoti siapa-siapa, ini gerakan sendiri. Kalau yang ada merasa terancam berarti bakatnya kontroversi hati," tutur Anas. 

Anas juga mengungkapkan bahwa Perhimpunan Pergerakan Indonesia merupakan organisasi yang terbuka sehingga kader partai manapun bisa bergabung di dalamnya. "Partai apapun bisa masuk. Yang hadir ini juga latar belakangnya macam-macam, termasuk teman-teman di daerah yang selama ini berkomunikasi akan menjadi bagian dari Pergerakan Indonesia. Latar belakang agamanya, sukunya, golongannya, kelompoknya itu berbeda-beda," kata Anas. 

Adapun peluncuran Rumah Pergerakan Indonesia dihadiri sejumlah politisi Partai Demokrat, di antaranya Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok, Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustopa, anggota fraksi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika. Hadir pula mantan rekan Anas di Komisi Pemilihan Umum, antara lain, mantan Ketua KPU Nazaruddin Sjamsuddin, dan mantan anggota KPU Mulyana W Kusumah. 

Istilah lembaran buku Anas menjadi populer setelah suami Atthiyah Laila itu mengeluarkan statemen soal 'halaman pertama' pada saat mundur jadi jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. (Sumber : Kompas.com)

Gerindra: Jokowi Itu Murid Prabowo

Prabowo saat berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki. (Foto : DaVina News)

Partai Gerindra mengaku tak khawatir dengan melejitnya elektabilitas PDI Perjuangan dan kadernya, Joko Widodo alias Jokowi, dalam sejumlah survei menjelang Pemilu 2014. Elektabilitas PDI-P dan Jokowi memang melampaui tingkat keterpilihan Gerindra dan calon presiden yang akan diusungnya, Prabowo Subianto. 

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo mengatakan,  Jokowi merupakan murid Prabowo. Oleh karena itu, katanya, Gerindra tak takut “mengadu” Prabowo dengan Jokowi. 

“Kalau Jokowi sekarang jadi hebat, gurunya jelas Prabowo. Kalau ada murid pintar, karena ada guru yang hebat di belakangnya. Kalau nanti ada persaingan guru dan murid itu biasa,” ujar Edhy, dalam diskusi “Memilih Capres Secara Rasional”, di Jakarta, Sabtu (14/9/2013). 

Edhy juga mengatakan, Gerindra tak menyesal turut andil dalam mengusung Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2012 lalu. 

“Kami tidak menyesal sehingga Jokowi terkenal seperti sekarang. Keputusan Prabowo mendukung Jokowi jadi gubernur bukan keputusan yang salah. Tidak ada partai lain yang mau mendukung kalau bukan Gerindra. Termasuk PDI-P juga tidak mau waktu itu,” katanya. 

Selain siap mengadu Prabowo dengan Jokowi, kata Edhy, Gerindra juga tidak menutup kemungkinan menggandeng Jokowi sebagai cawapres. Namun, saat ini, Gerindra belum membahas tentang siapa cawapres yang akan digandeng mendampingi Prabowo. 

"Kami belum mau pilih cawapres sekarang. Pileg (Pemilu Legislatif) saja belum. Harapan kami, 2014 kami bisa usung capres sendiri,” katanya. 

Sementara itu, peneliti Lembaga Pemilih Indonesia Boni Hargens mengatakan, kesalahan terbesar Prabowo adalah membawa Jokowi ke Jakarta. Menurutnya, jika Wali Kota Solo itu tidak dimajukan sebagai Gubernur DKI, peluang Prabowo merebut kursi RI-1 sangat besar.

“Jokowi tidak maju, maka Prabowo menang. Kesalahan terbesar Prabowo adalah membawa Jokowi ke Jakarta,” kata Boni.

Ia menilai, kekurangan Prabowo dibandingkan Jokowi adalah, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI itu bukan tokoh yang lahir dari akar rumput. Lain halnya dengan Jokowi.  

“Kekurangan Prabowo adalah muncul dari atas. Kalau mau, dia jadi cawapres saja,” ujar Boni. (Sumber : Kompas.com)

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.