Jessica Sanchez, Wajah Asia di Pentas Amerika
"Great Performance", "The Best Singer!", "Little Girl with Big Voice", etc
Saya seorang aktivis HAM yang juga menyukai musik. Jadi, tulisan saya kali ini masih tentang 'manusia', manusia dengan talenta bernyanyi yang ...waw! Manusia bertalenta menyanyi ini saya temui di musim ke-11. Saya menonton American Idol sejak 11 tahun lalu di era Kelly Clarkson.
Di musim ini, perhatian saya terarah pada Jessica Sanchez, 16 tahun, gadis Amerika keturunan Filipina dan Kanada.
Milik dialah rentetan kalimat-kalimat yang saya tulis paling atas. Kalimat-kalimat ini bukan dari saya. Kalimat-kalimat ini diungkapkan dengan berbagai cara. Seorang Jennifer Lopez bersedia mengungkapkan perasaan hatinya hingga meneteskan air mata. Randy Jackson berteriak-teriak sambil mengucapkan kebanggaannya, atau Steven Taylor menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa kata-kata.
Di tujuh besar, entah ini drama atau bukan, tapi situasi saat itu menjelaskan dengan tepat. Jessica Sanchez, gadis remaja yang mampu sebaik Whitney Houston, Gloria Estefan, dan Beyonce Knowles.
Ia dieliminasi dari daftar calon American Idol 2012. Ryan Seacrest – sang pembawa acara langsung memberi mikrofon dan seperti biasanya sang tereliminir harus segera menyanyikan lagu terakhirnya.
Baru saja sepenggal lirik diucap lewat lantunan nada, tiba-tiba Jennifer Lopez (kemudian disusul oleh dua judgelainnya) berlarian mengacau panggung dan merampas mikrofon di tangan Sanchez: “Give me that mic! This is crazy… you ain’t going home! Go sit down!”
Sontak semua terkejut. "Amerika, berikan suaramu dengan benar untuk memilih! Anak ini adalah kekayaanmu! Dia adalah suara terbaik yang dimiliki Amerika." Itu ungkapan Randy Jackson di atas panggung. Di panggung tujuh besar itulah, Ryan Secrets harus menutup acara tanpa ada yang tereliminasi.
Memang sulit bagi saya seandainya menjadi juri American Idol. Apalagi kalau harus menerima kenyataan bahwa Jessica Sanchez penyandang ribuan standing applaus pujian harus tersingkir sebelum menjadi juara.
Saya mengetahui perjalanan seorang Kelly Clarkson, Rubben Studdart, Fantasia, Carrie Underwood, Jennifer Hudson, Clay Aiken, Jordin Sparks atau mungkin jebolan lomba talenta di seberang Amerika yaitu Susan Boyle, wanita paruh baya pemenang British Got Talent. Mereka itu pemilik suara-suara malaikat.
Entah, tapi seorang Jessica Sanchez, bagaikan Charice yang tiba-tiba mucul dan meributkan dunia musik Amerika. Ia lain dari kontestan pemenang sebelumnya. Saya pun kehabisan kata-kata menggambarkannya. Suaranya terlalu bagus untuk seorang anak 16 tahun. Wajah Asia, suara kulit hitam! Itulah dirinya.
Melalui www.americanidol.com Jessica Sanchez bisa disaksikan menyanyikan lagu-lagu hebat dengan sempurna bahkan lebih baik dari penyanyi aslinya. Sebuah pertunjukan yang hebat, ketika Sanchez bernyanyi dengan sempurna dengan style music pun. Ia bisa menyanyi rock, pop, balet, semua jenis musik dengan satu suara khas: Jessica Sanchez.
Saya menulis artikel ini setelah saya menyaksikan pertunjukan enam besar. Baru saja Sanchez sukses menyanyikan tembang rock grup band Queen. Dan sekali lagi, di pertunjukan yang ke-8 ini, dia selalu mendapatkan pujian.
Jennifer Lopez, Steven Taylor, dan Randy Jackson kelihatan sudah kehabisan kata-kata untuk menilai Sanchez. Raut wajah mereka sudah terlihat biasa. Mereka sudah terbiasa melihat Sanchez yang mampu berbuat apa saja di atas panggung. Ia mampu 'mengunyah' semua jenis lagu.
Ia mampu menjelma menjadi Celine Dion, lalu tiba-tiba menjadi sekelas Whitney Houston, bahkan ia bisa menari-nari sebagus Gloria Estefan dan Beyonce Knowles di atas panggung. Jessica Sanchez, gadis wajah Asia di pentas Amerika.
“Maybe you are the one from fourteen hundred tousand people at here,” Steven Taylor mengatakan itu di episode pertama musim 2012 ini untuk Sanchez, dan tampaknya ia akan menjadi juara. Salut!
Saya seorang aktivis HAM yang juga menyukai musik. Jadi, tulisan saya kali ini masih tentang 'manusia', manusia dengan talenta bernyanyi yang ...waw! Manusia bertalenta menyanyi ini saya temui di musim ke-11. Saya menonton American Idol sejak 11 tahun lalu di era Kelly Clarkson.
Di musim ini, perhatian saya terarah pada Jessica Sanchez, 16 tahun, gadis Amerika keturunan Filipina dan Kanada.
Milik dialah rentetan kalimat-kalimat yang saya tulis paling atas. Kalimat-kalimat ini bukan dari saya. Kalimat-kalimat ini diungkapkan dengan berbagai cara. Seorang Jennifer Lopez bersedia mengungkapkan perasaan hatinya hingga meneteskan air mata. Randy Jackson berteriak-teriak sambil mengucapkan kebanggaannya, atau Steven Taylor menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa kata-kata.
Di tujuh besar, entah ini drama atau bukan, tapi situasi saat itu menjelaskan dengan tepat. Jessica Sanchez, gadis remaja yang mampu sebaik Whitney Houston, Gloria Estefan, dan Beyonce Knowles.
Ia dieliminasi dari daftar calon American Idol 2012. Ryan Seacrest – sang pembawa acara langsung memberi mikrofon dan seperti biasanya sang tereliminir harus segera menyanyikan lagu terakhirnya.
Baru saja sepenggal lirik diucap lewat lantunan nada, tiba-tiba Jennifer Lopez (kemudian disusul oleh dua judgelainnya) berlarian mengacau panggung dan merampas mikrofon di tangan Sanchez: “Give me that mic! This is crazy… you ain’t going home! Go sit down!”
Sontak semua terkejut. "Amerika, berikan suaramu dengan benar untuk memilih! Anak ini adalah kekayaanmu! Dia adalah suara terbaik yang dimiliki Amerika." Itu ungkapan Randy Jackson di atas panggung. Di panggung tujuh besar itulah, Ryan Secrets harus menutup acara tanpa ada yang tereliminasi.
Memang sulit bagi saya seandainya menjadi juri American Idol. Apalagi kalau harus menerima kenyataan bahwa Jessica Sanchez penyandang ribuan standing applaus pujian harus tersingkir sebelum menjadi juara.
Saya mengetahui perjalanan seorang Kelly Clarkson, Rubben Studdart, Fantasia, Carrie Underwood, Jennifer Hudson, Clay Aiken, Jordin Sparks atau mungkin jebolan lomba talenta di seberang Amerika yaitu Susan Boyle, wanita paruh baya pemenang British Got Talent. Mereka itu pemilik suara-suara malaikat.
Entah, tapi seorang Jessica Sanchez, bagaikan Charice yang tiba-tiba mucul dan meributkan dunia musik Amerika. Ia lain dari kontestan pemenang sebelumnya. Saya pun kehabisan kata-kata menggambarkannya. Suaranya terlalu bagus untuk seorang anak 16 tahun. Wajah Asia, suara kulit hitam! Itulah dirinya.
Melalui www.americanidol.com Jessica Sanchez bisa disaksikan menyanyikan lagu-lagu hebat dengan sempurna bahkan lebih baik dari penyanyi aslinya. Sebuah pertunjukan yang hebat, ketika Sanchez bernyanyi dengan sempurna dengan style music pun. Ia bisa menyanyi rock, pop, balet, semua jenis musik dengan satu suara khas: Jessica Sanchez.
Saya menulis artikel ini setelah saya menyaksikan pertunjukan enam besar. Baru saja Sanchez sukses menyanyikan tembang rock grup band Queen. Dan sekali lagi, di pertunjukan yang ke-8 ini, dia selalu mendapatkan pujian.
Jennifer Lopez, Steven Taylor, dan Randy Jackson kelihatan sudah kehabisan kata-kata untuk menilai Sanchez. Raut wajah mereka sudah terlihat biasa. Mereka sudah terbiasa melihat Sanchez yang mampu berbuat apa saja di atas panggung. Ia mampu 'mengunyah' semua jenis lagu.
Ia mampu menjelma menjadi Celine Dion, lalu tiba-tiba menjadi sekelas Whitney Houston, bahkan ia bisa menari-nari sebagus Gloria Estefan dan Beyonce Knowles di atas panggung. Jessica Sanchez, gadis wajah Asia di pentas Amerika.
“Maybe you are the one from fourteen hundred tousand people at here,” Steven Taylor mengatakan itu di episode pertama musim 2012 ini untuk Sanchez, dan tampaknya ia akan menjadi juara. Salut!
Penulis: Michael Carlos Kodoati
Aktivis HAM