Keluarga Korban Sukhoi Diberikan Pendampingan Psikologi
Himpunan Psikologi Seluruh Indonesia cabang DKI Jakarta (Himpsi Jaya) menyediakan posko layanan pendampingan psikologi bagi keluarga dan kerabat korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak.
"Kita menyediakan pendampingan agar mereka bisa mengatasa reaksi stres dan sedih mereka yang pertama, atau yang kita sebut psychological first aid," ujar juru bicara Himpsi Jaya, Mira Rumeser, di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, hari ini.
Himpsi Jaya mendirikan posko masing-masing di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dan RS Polri dan masing-masing posko dijaga satu orang psikolog yang memberi pendampingan bagi 10 orang tanpa biaya.
Mira mengatakan pada tahap awal pasca kecelakaan, reaksi wajar yang timbul dari keluarga korban antara lain shock dan kaget.
"Mungkin anda sudah melihat, keluarga korban ada yang marah, nangis, bahkan ngamuk, itu adalah reaksi yang wajar saat pertama mereka mendengar musibah seperti ini, sesudah beberapa hari baru mereka lebih tenang," katanya lagi.
Namun, menurut Mira, ketenangan tersebut tidak selalu berarti penerimaan atas kenyataan, karena bisa jadi orang tersebut menolak menerima kenyataan (denial)
Mira mengatakan yang harus diwaspadai adalah saat DVI menyelesaikan otopsi dan mengonfirmasi identitas jenazah.
"Masa kritis adalah saat DVI menyelesaikan proses identifikasi dan mengumumkan identitas jenazah, ini harus kita waspadai karena biasanya reaksi keluarga cukup ekstrem," ujarnya.
Mira mengatakan sejauh ini Himpsi Jaya hanya merencanakan menjalankan posko selama dua hari, yaitu sabtu dan Minggu.
"Tetapi kemungkinan kita extend karena Polri meminta kita sampai dua minggu, tetapi mungkin kita akan bentuk tim-tim yang lebih kecil," katanya.
Ia menambahkan bahwa sebagian orang mampu mengatasi sendiri trauma psikologis, namun beberapa orang membutuhkan pendampingan atau bahkan terapi psikologis untuk mengatasi masalahnya.