Musim Paling Gila!

Senin, Mei 14, 2012 0 Comments



Heru Andriyanto
Pernahkah Anda menangis sedih dan kemudian -- tanpa jeda -- menangis bahagia? Tangisan yang sama, dalam tarikan napas yang sama, but totally for two different reasons?
Itu yang dialami para fans Manchester City di Etihad Stadium Minggu malam tadi, ketika terjadi salah satu drama paling menegangkan di dunia olahraga, dan sejauh ini menjadi akhir yang paling dramatis dalam sejarah Liga Inggris.
“Saya tak pernah menyaksikan hasil akhir yang seperti ini. Gila, gila,” kata pelatih City Roberto Mancini usai pertandingan.
Begitu dramatisnya hasil pertandingan di Etihad sehingga para editor olahraga di seluruh dunia tak perlu susah payah mendramatisir judulnya, atau malah bingung di antara begitu banyak pilihan.
Kalau kemenangan City telak dan gampang, judul seperti ini pun sebetulnya sudah lumayan jadi headline: “Pertama Kali, Gelar Juara Liga Inggris Ditentukan Selisih Gol.”
Tapi bahkan judul yang hebat itu terasa kurang kuat menggambarkan peristiwa Minggu malam tadi. Sebetulnya malah susah mencari satu kalimat yang bisa mewakili luapan perasaan the Citizens.
Seandainya pegang halaman olahraga, saya punya banyak pilihan: “Manchester Kembali Berpesta, Tapi di Sisi Kota Yang Lain”, “City Juara Setelah Menunggu 44 tahun”, “Gol  Menit Akhir Pastikan Tropi”, “Final Paling Mencekam Liga Inggris”, “Kemenangan MU Tak Banyak Artinya”, “Cara Kehilangan Gelar yang Kejam Buat Sir Alex”, dsb.
Epic Battle
Liga Inggris dan liga-liga sepak bola reguler mana pun mestinya adalah lomba maraton, hasilnya ditentukan konsistensi masing-masing tim selama kurang lebih 10 bulan. Tapi tadi malam, Premier League menjadi lomba lari sprint di tiga menit terakhir.
Di bulan November, City sempat unggul lima poin atas MU, setelah kemenangan besar 6-1 di Old Trafford. Bulan Januari, United sanggup menyamakan poin, dan tak berhenti sampai di situ, Ryan Giggs dkk melesat unggul delapan poin. Gila.
Namun beberapa minggu kemudian City balik mengejar, sampai rival sekota itu kembali bertemu dan anak asuh Mancini suskes menyamakan poin, bahkan unggul selisih gol sesuai aturan EPL.
Tadi malam, MU sudah satu tangan menggenggam tropi ketika mengakhiri pertandingan dengan kemenangan 1-0 atas Sunderland. Tugas sudah selesai, tinggal tunggu apa yang terjadi di Etihad, tempat tuan rumah masih tertinggal 2-1.
Sementara itu di layar TV tampak banyak fans City berurai air mata di menit-menit terakhir waktu normal, karena masih kalah dari Queen Park Rangers. Bahkan ada yang sudah beranjak meninggalkan stadion.
Tears start pouring, it’s yours United, it’s yours,” kata komentator TV.
Tapi tunggu dulu. Edin Dzeko mencetak gol perpanjangan waktu, 2-2, cukup menyentak stadion tapi belum cukup menghentikan tangis, karena MU sudah dipastikan menang atas Sunderland. So little time, and draw is not enough, perlu keajaiban untuk merebut kembali tropi dari United.
Keajaiban itu diukir oleh Sergio Aguero: dengan menunda sepakannya untuk mengecoh bek lawan, dan mengeksekusi ketika hanya tinggal berhadapan dengan kiper, 3-2! Di menit terakhir, dan di tendangannya yang terakhir dalam pertandingan terakhir musim ini. He saved the best for last. Gila!
Belum kering air mata duka Citizens, mereka harus menangis lagi… saking gembiranya. Gila!
“Ini momen terbaik dalam hidup, tapi jangan dengan cara seperti ini lagi,” kata kapten City, Vincent Kompany.
Ekspresi wajah
Fluktuasi emosi luar biasa juga terjadi di Stadium of Light, tempat MU baru saja menuntaskan misi untuk menang. Berita City tertinggal sudah menyebar, dan toh kick-off nya bersamaan, jadi sebentar lagi pasti berakhir. Bahkan gol penyama kedudukan dari Dzeko tak menghentikan sorak sorai fans MU.
Tiga menit kemudian, berita buruk dari Etihad pelan-pelan berembus, dan terjadi perubahan ekspresi wajah-wajah yang nampak di layar TV, momen alami tanpa akting yang sangat langka bagi industri media. Termasuk Alex Ferguson, dari mata berbinar seketika menjadi tatapan tak percaya.
Percayalah, hal seperti ini jarang tertangkap kamera. Perubahan ekspresi tokoh besar dalam momen penting yang tertangkap kamera terakhir terjadi September 2001, ketika George W Bush yang sedang bercengkrama dengan anak sekolah dibisiki ajudannya tentang serangan teroris di World Trade Center.
Sir Alex bersikap sportif, “we congratulate our neighbors.” Setidaknya, manajer paling sukses dalam sejarah Liga Inggris itu sekarang tahu bagaimana perasaan Bayern Munich tahun 1999.
Saya yang penggemar Arsenal dan bebas kepentingan ikut-ikutan gila. Pencet tombol ESPN lihat City vs QPR, beralih ke Star Sports pantau Sunderland vs MU, begitu terus menerus. Di kedua stasiun TV itu, tidak ada banner iklan yang kadang menutupi gambar laju bola dan suasana pasca pertandingan terus disiarkan hampir tanpa iklan.
Menjelang proses terjadinya gol Aguero, saya sedang mengetik pesan Blackberry untuk seorang kawan, penggemar sejati Setan Merah. “Congrats, mental juara mengalahkan uang para Sheikh”… sampai terdengar teriakan komentator “unbelievable…”.
Saya secara insting segera pindah channel ke TPI untuk ‘cross check’, seperti tak percaya dengan tayangan ESPN. Gila!
Tapi saya tidak mabuk sendirian. Seorang penggemar MU berkomentar di sebuah kolom olah raga Inggris, “saya sudah sampaikan ke teman-teman agar menunggu sampai peluit akhir, tapi mereka tak mendengar dan pergi keluar untuk pesta. Sekarang mereka pasti lebih sedih dari saya.”
Saya hanya bisa membayangkan betapa repotnya panitia penyerahan tropi FA malam itu.
“Okay, it’s red. Let’s go to the Stadium of Light.”
“Wait, somebody’s calling. Look on TV, look on TV!”
“What?”
“It’s not red, it’s blue!”
The Citizens, berterimakasihlah pada Everton.
Para penggemar sejati MU pasti sepakat titik balik lomba terjadi pada laga lawan Everton 22 April. Mereka unggul 4-2 di menit-menit terakhir di Old Trafford.
Dengan reputasinya, apalagi tak sampai 10 menit tersisa, seharusnya tak masalah bagi United untuk mengunci kemenangan di kandang sendiri, sekaligus menambah keunggulan menjadi delapan poin di puncak klasemen.
Tapi Everton, penghuni abadi papan tengah, tampil garang dan terus menyerang dan di luar dugaan mampu menyamakan kedudukan 4-4. Di laga lain beberapa menit kemudian, City menang, sehingga jarak di klasemen terpangkas tinggal 3 poin.
Padahal setelah itu MU dan City harus kembali bertemu di Etihad. Kekhawatiran penggemar MU menjadi nyata, United yang secara mental tertekan dan main bertahan kembali takluk oleh City, sehingga poin sama. Setelah itu, bendera start kembali berkibar untuk ke sekian kalinya, tapi City yang di pole position.
Tidak sering hasil Liga Inggris ditentukan di hari terakhir. Tetapi tidak pernah terjadi sebelumnya pemenang ditentukan di tiga menit terakhir perpanjangan waktu dan oleh selisih gol.
Tiga menit yang hampir saja membuat investasi $1,6 miliar para Sheikh di City sia-sia.
This is by far the best and the craziest Premier League season!

 Penulis: Heru Andriyanto

Koordinator Liputan Beritasatu.com

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.