Orangtua "Overprotective" Justru Bahayakan Anak
Studi yang dilangsungkan oleh Mineola, Winthrop University Hospital dari New York menemukan, kecelakaan yang terjadi di papan luncur justru terjadi ketika si anak berada di pangkuan orangtuanya.
Dr John T Gaffney, kepala bedah orthopedi anak yang memimpin penelitian ini memaklumi bila orangtua diberitahu merekalah penyebab kecelakaan anak di sekitar area permainaan.
"Umumnya para orangtua mengira tindakan protektif itu dilakukan untuk melindungi, padahal kebanyakan kali, justru sebaliknya," kata Gaffney.
Studi awal dilakukan usai penelitian dari Consumer Product Safety Commission yang dilakukan di tahun 2009 mengenai peningkatan kecelakaan yang terjadi dalam rentang waktu 1999-2008.
Sekitar 205 ribu anak di Amerika Serikat ditemukan mengalami kecelakaan di berkenaan dengan mainan di taman bermain selama tahun 1999. Sedikit kurang dari 220 ribu anak terpaksa dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan berkaitan mainan di taman bermain selama tahun 2008.
Sakit yang dialami anak saat bermain di taman bermain antara lain; patah tulang, memar, sobek, dan keseleo, yang merupakan penyumbang pasien terbesar di Unit Gawat Darurat di RS.
Studi ini juga mencatat, 14 persen kecelakaan yang melukai tulang kaki bagian bawah kebanyakan karena papan luncur.
Namun, tidak ada data masalah anak kecelakaan berhubungan dengan papan luncur saat ia meluncur sendirian. Hanya saat dipangku orangtua saat meluncurlah kecelakaan itu terjadi.
Prosedur keamanan yang tak efektif itu masih sering terjadi di taman bermain.
Menurut Mark A, kepala bidang perkembangan dan psikologi anak di Illinois Northwestern University, "Jika seorang orangtua tampil penuh khawatir atau ketakutan, anak akan merespon pada tanda-tanda itu dan akan merespon sesuai dengan hal itu."
Studi ini sekata dengan hasil riset yang dilakukan Queen Maud University College of Early Childhood Education yang dilakukan di Norwegia pada tahun 2011.
Studi itu mengatakan, orangtua yang overprotektif bisa menghambat proses perkembangan alami anak.
Ellen Sandseter, profesor psikologi di universitas tersebut mengatakan, permainan-permainan yang terkesan berbahaya justru membantu anak melawan rasa takut, contohnya permainan keseimbangan pada di gym tinggi atau papan luncur yang berliku.
Jika orangtua bertindak overprotektif terhadap anaknya, seperti memilih berseluncur di papan luncur dengan anaknya, justru bisa membuat si anak merasa takut.
"Taman bermain, dalam banyak segi, merupakan sebuah ruang dunia kecil bagi anak-anak. Pelajaran yang ia dapatkan di taman bermain akan terus menetap bersama anak hingga dewasa," jelas Reinecke