Teka-Teki Kotak Hitam Sukhoi
Saling membantah, tidak ada koordinasi atau ingin segera tampil ke publik. Tidak berlebihan tiga kata itu yang terlontar menyimak seputar kotak hitam (black box) Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang mengalami kecelakaan di Gunung Salak Bogor Jawa Barat pada Rabu (9/5).
Semua berharap penemuan kotak hitam tersebut mengakhiri berbagai spekulasi seperti mengapa pilot minta izin turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Sekaligus menuntaskan asumsi-asumsi faktor penyebab kecelakaan pesawat, apakah manusia, alam, atau teknis pesawat.
Dengan ditemukan kotak hitam, ada pelajaran berharga yakni hal serupa tidak terjadi lagi pada perakitan pesawat pada masa kini dan depan.
Dalam dunia penerbangan, kotak hitam merupakan mahkota untuk menguak misteri mengapa pesawat mengalami kecelakaan. Walaupun disebut kotak hitam, faktanya kotak ini berwarna oranye agar mudah terlihat. Kotak yang lebih kecil dari bantal guling ini terdiri dari dua komponen yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR).
FDR merekam berapa tinggi pesawat, kecepatan, dan kondisi penerbangan pada saat pesawat berada di udara. Sementara CVR merekam pembicaraan pilot dengan petugas pengawas menara bandara Air Traffic Control (ATC).
Lazimnya kotak hitam ditempatkan di bagian ekor pesawat yang paling aman. Bagian itu jauh dari bahan bakar avtur yang berada di sayap ekor. Jadi posisi tengah pesawat terbang termasuk rawan terjadi pesawat meledak karena avtur berada di sisi kiri dan kanan pesawat. Namun ada juga yang menempatkan kotak hitam di bagian depan dengan logika tetap utuh saat kecelakaan.
“Ada kemungkinan kotak hitam Sukhoi ditempatkan di ekor pesawat,” jelas Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo kepada wartawan pada Minggu (13/5).
Hingga hari keenam melakukan evakuasi korban Sukhoi, tim belum menemukan kotak hitam. Petugas SAR dan Marinir sudah menemukan sayap dan ekor pesawat di lereng Gunung Halimun Salak. Kotak hitam yang dicari-cari belum ditemukan.
Nah di sinilah awal simpang-siur kabar. Misalnya Koordinator Pos Cimelati, Soma Suparsa, mengklaim prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) telah menemukan kotak hitam dalam jurang sedalam 500 meter di bawah tebing pada pukul 15.00 WIB, Minggu (13/5).
Sebaliknya, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi menjelaskan kotak hitam yang menjadi salah satu fokus pencarian belum diangkat, apalagi dibawa.
"Kotak hitam belum dibawa, namun lokasinya sudah diketahui," kata Tatang di Landasan Heli Cijeruk, Pasir Pogor, Senin (14/5) seraya menyebutkan pihaknya belum menerima kotak hitam yang ditemukan oleh Kopassus.
Pada hari sama, Senin (14/5), Sumartono dari Badan SAR Nasional (Basarnas) menjelaskan Tim SAR gabungan telah menemukan kotak hitam dan sudah dibawa tim evakuasi ke posko utama di Pasir Pogor Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sementara Juru Bicara Basarnas Gagah Prakoso belum bisa memastikan benda yang ditemukan itu adalah kotak hitam Sukhoi.
"Saya belum berani memastikan kalau belum melihat barangnya. Kalau ternyata pas dibuka isinya komputer gimana. Makanya kami masih menunggu kepastiannya," jelas Gagah.
Sebelumnya pada Minggu (13/5) juga disebut-sebut tim relawan telah menemukan kotak hitam. namun esoknya, Senin (14/5) kabar itu dibantah. Bukan kotak hitam yang ditemukan namun peralatan komunikasi seperti Emergency Landing Transmitter (ELT), GPS dan perangkat pendukung komunikasi lain,
"Black Box yang kemarin disebut-sebut ditemukan ternyata hanya peralatan komunikasi," ujar Tatang Kurniadi yang meningatkan kotak hitam itu belum ditemukan.
Begitulah saling bantah antar petugas perihal kotak hitam. Saling berbalas pantun yang berkaitan dengan nestapa ahli waris kelurga korban Sukhoi sama sekali tidak berfaedah. Sebab ini bisa menghancurkan kepercayaan masyarakat kepada tim yang sudah bersusah payah menerobos alam yang sangat sulit.
Dalam hal ini, tim evakuasi korban, puing Sukhoi dan yang melacak kotak hitam bisa merapatkan barisan untuk satu kata melapor ke masyarakat. Dengan satu juru bicara sebagai penyambung lidah, maka tidak terjadi lagi simpang-siur kabar. Berbicara brdasarkan fakta yang ada di tangan. Bukan membangun asumsi atau dugaan yang mengiring opini masyarakat.
Jika belum ditemukan, katakan masih dicari tanpa perlu menambah bumbu diprediksikan atau diduga bahwa kotak hitam masih di ekor pesawat atau terbenam di tanah. Sebab kita butuh kepastian. Teka-teki apakah kotak hitam sudah ditemukan atau belum mesti dipecahkan dengan kerja keras di lapangan.