Lelaki Cenderung Malas ke Dokter Ketimbang Perempuan
Lelaki cenderung malas mengonsultasikan kesehatannya ke dokter dibandingkan dengan perempuan.
Demikian yang dikemukakan oleh para pakar kesehatan dari Amerika Serikat.
Padahal, lanjut mereka, justru kaum lelakilah yang mempunyai harapan hidup lebih pendek ketimbang perempuan.
Tak hanya itu, lelaki juga memiliki tingkat kematian lebih tinggi akibat penyakit jantung, kanker, stroke dan AIDS.
"Mereka baru mau berobat bila ditemukan penyakit oleh dokter," kata Dr Harun Michelfelder, seorang dokter keluarga di Loyola University Health System, AS.
Oleh karena itu, ia menganjurkan pasiennya (lelaki) untuk konsultasi ke dokter minimal sekali dalam setahun. Meskipun telah ada perdebatan tentang manfaat dari pemeriksaan fisik tahunan, kunjungan tahunan minimal memberikan kesempatan untuk melakukan tes skrining yang tepat.
Itupun terjadi perdebatan tentang berbagai tes skrining. Rekomendasi bervariasi pada ujian seperti skrining PSA untuk kanker prostat.
Selain itu Michelfelder menawarkan beberapa saran untuk kaum lelaki berdasarkan pedoman dari pelayanan pencegahan AS dan organisasi kesehatan lainnya.
Pentingnya Skrining
Pertama, melakukan pemeriksa Body Mass Index (BMI). Ini adalah ukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan. BMI, lanjut dia, harus diperiksa setiap tahun. Anda juga dapat menghitung BMI sendiri dengan mencari di beberapa situs online yang menyediakan "kalkulator BMI" dan menghubungkannya dengan tinggi dan berat badan.
Menurutnya, lelaki juga harus melakukan deteksi dini kemungkinan adanya kanker kolorektal (usus besar) pada usia 50 tahun. Meski dalam praktiknya banyak juga lelaki usia produktif menderita penyakit ini lantaran perubahan gaya hidup yang tidak sehat. Beranjak dari fakta tersebut, tak ada salahnya pula lelaki melakukan skrining ini di usia muda.
Solusi terbaik melakukan deteksi dini kanker usus besar adalah kolonoskopi. Dengan menggunakan alat kolonoskopi, seorang dokter ahli dapat memeriksa seluruh dinding usus besar dengan teliti. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya tumor atau polip yang bila dibiarkan terus-menerus bisa berpotensi menjadi tumor ganas (kanker).
Dengan dapat terdeteksi secara dini, dapat diambil tindakan sebelum tumor ganas tersebut menyebar yang dapat membahayakan kehidupan seseorang (kematian), karena seperti diketahui, biasanya apabila keluhan telah timbul dan dirasakan oleh seseorang, tumor telah berada pada fase lanjut dan sulit disembuhkan.
Tes kesehatan lainnya adalah tes tahunan darah tinja (yang dapat menemukan darah dalam tinja), atau bisa juga dilakukan lima tahun sekali. Tes darah tinja yang dikombinasikan dengan kolonoskopi disebut sigmoidoskopi.
Sigmoidoskopi adalah inspeksi melalui kamera serat optik terhadap bagian dalam kolon sigmoid, yang merupakan bagian dari usus besar yang bermuara ke dalam rektum. Tes ini berguna untuk mendiagnosis penyebab diare, sembelit, atau sakit perut, dan mengidentifikasi jaringan kanker.
Michelfelder menyarankan, lelaki berusia 45-79 tahun dapat mengonsumsi satu aspirin dosis kecil sehari untuk membantu mencegah serangan jantung.
Nah, untuk menjaga kesehatan gigi, kaum lelaki juga disarankan untuk konsultasi ke dokter gigi minimal setahun sekali, meski idealnya setiap enam bulan sekali. Perlu diketahui, gigi yang tidak sehat dapat memengaruhi kesehatan bagian tubuh lainnya. Misalnya, penyakit gigi merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung.
Lantas, lelaki dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga diabetes, kelebihan berat badan atau mengalami gejala diabetes harus menjalani tes darah puasa. Tes ini untuk mengukur jumlah gula (glukosa) dalam darah Anda. Normal adalah kurang dari 100 miligram per desiliter; 101-125 adalah diabetes pra dan di atas 125 menunjukkan diabetes.
Jika pasien atau istrinya melaporkan masalah pendengaran, atau jika pasien bekerja dalam pekerjaan dengan kebisingan yang berlebihan, Michelfelder menganjurkan untuk melakukan tes pendengaran.
Dia mengatakan, setiap orang berusia 18 tahun atau lebih, harus memeriksa tekanan darahnya minimal sekali setahun.
Sementara lelaki berusia 20-35 tahun yang memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti diabetes juga harus menjalani skrining. Setelah usia 35 tahun, kaum lelaki harus diskrining sekali setiap lima tahun jika kondisi kesehatannya normal atau lebih sering hingga batas maksimal yang dianjurkan oleh dokternya.
Dari serangkaian skrining tersebut, dokter akan menilai apakah Anda berisiko mengembangkan kanker prostat, dan memiliki penyakit menular seksual seperti HIV dan sifilis. Berdasarkan dari faktor risiko itulah nantinya dokter anda dapat merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut.
Sementara, lelaki usia 65-75 tahun yang pernah merokok harus menjalani pemeriksaan dengan USG.
Michelfelder juga menyarankan pasiennya yang mengalami depresi, merokok dan minum alkohol untuk mengontrol berat badannya, melakukan aktivitas fisik yang cukup dan menghindari perilaku seksual berisiko.