Novel 65: Roman Berlatar Belakang G 30 S/PKI
Setelah berhasil merilis novelnya yang berjudul Blues Merbabu, kini Bre Redana atau yang dikenal dengan Gitanyali kembali merilis novel berjudul 65.
Novel 65 adalah kelanjutan dari kisah yang ada pada novel Blues Merbabu. Berkisah tentang memori dan perjalanan sang tokoh dalam berekonsiliasi atau berdamai dengan masa lalu. Latar belakang kisah menyebar dari pengalaman di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Jakarta, Bangkok, Hongkong, Glasgow, dan lain-lain.
"Temanya sama, sebuah roman dengan latar belakang G 30S PKI. Kalau di Blues Merbabu si tokoh utamanya masih kecil, kalau di 65 tokohnya mulai dewasa dan bekerja," ujar Gitanyali saat ditemui di peluncuran novel terbarunya di Rolling Stone Cafe, Jakarta, Rabu malam (6/6).
Bagi Gitanyali, baik 65 maupun Blues Merbabu adalah eksperimennya untuk menunjukkan sisi politis kebudayaan pop. Baginya, pop itu politis, terlebih di zaman ini dimana arena politik pun sebenarnya berisi pembentukan dan perebutan citra.
"Saya punya sejumlah argumen dan alasan untuk membenarkan hal tersebut. Perubahan masyarakat sebagian besar ditentukan oleh kebudayaan pop, bukan doktrin-doktrin ideologis," tuturnya.
Selain melakukan peluncuran novel terbarunya, Gitanyali juga mengundang teman-temannya untuk membacakan cuplikan novel terbarunya itu dengan iringan musik yang dipandu oleh Jockie Soerjoprajogo dan Berlian Hutauruk.
"Novelnya hidup banget. Saya perempuan dan saya melihat novel ini sangat laki-laki sekali, sudut pandang laki-laki sangat dominan," terang Happy Salma saat dimintai pendapatnya tentang novel 65.
Lewat kedua buah novelnya itu, Gitanyali ingin berpesan bahwa pada dasarnya semua orang memiliki naluri dasar untuk bisa berekonsiliasi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. "Menurut kepercayaan saya itu semua disebabkan karena dinamika kebudayaan pop," tutupnya.