Pasar Perumahan Indonesia tertinggi di Asia Tenggara
Lembaga riset dan konsultan properti, Knight Frank Indonesia, menilai pasar perumahan nasional masih kondusif hingga akhir tahun. Fundamental ekonomi yang bertumbuh serta ditopang daya beli yang meningkat dan situasi politik terjaga menjadi faktor pemicu pertumbuhan pasar perumahan.
Director of Research Knight Frank Asia Pacific Nicholas Holt menuturkan, pasar perumahan di Indonesia diproyeksikan dapat bertumbuh tertinggi di kawasan Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan harga yang konsisten di semua segmentasi pasar perumahan.
"Pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkontrol baik, dan besarnya kelompok kelas menengah yang membutuhkan perumahan," ujar dia dalam keterangan resmi yang diperoleh, hari ini.
Berdasarkan survei Bank Indonesia pertumbuhan harga perumahan di semua kota besar di Indonesia masih bertumbuh sepanjang kuartal I-2012 sebesar 3,6% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, dibandingkan dengan periode kuartal sebelumnya, laju pertumbuhan harga mulai melambat sebesar 1,2% pada kuartal IV-2011 menjadi 0,8% pada kuartal I-2012.
Senior Manager Research Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji menambahkan, dengan kondisi tersebut pada kuartal 1-2012 Indonesia menempati peringkat 21 terbesar dari 53 negara di dunia yang disurvei untuk kenaikan harga rata-rata selama 12 bulan terakhir dan peringkat ke-6 setelah India, Malaysia, Hong Kong, Korea Selatan, dan Selandia Baru di kawasan Asia Pasifik. "Ini menandakan pasar masih bertumbuh di Indonesia," ungkap Hasan.
Sementara itu, Senior Associate Director Knight Frank Indonesia Fakky Ismail Hidayat mengungkapkan, harga pasar properti perumahan di Indonesia masih akan terjadi kenaikan permintaan yang stabil atau positif sampai akhir tahun ini. Padahal, saat ini telah diberlakukannya kebijakan uang muka 30% dan dicabutnya pemberian Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) terhadap rumah di bawah tipe 36 meter persegi (m2).
"Aturan uang muka akan membuat perlambatan di segmen rumah menengah meski tidak terlalu signifikan. Sedangkan pencabutan FLPP memengaruhi penjualan di segmen rumah bawah," ujar dia.
Namun begitu, tambahnya, pasar properti menengah atas masih menunjukkan kinerja yang lebih tinggi ketimbang pasar properti pada umumnya meskipun penerapan pelaporan transaksi properti senilai di atas Rp 500 juta masih terus dicermati. Banyak pengembang masih melihat peluang kenaikan harga yang lebih tinggi dengan lokasi di pinggiran (kota mandiri) Jakarta.
Pengembang juga akan makin gencar meluncurkan produk baru terutama klaster mewah dengan harga di atas Rp 2 miliar. "Kenaikan harga rata-rata dengan lokasi di pinggiran Jakarta mencapai sebesar 10-30% selama tahun 2011 dan diperkirakan naik sebesar 10-20% untuk tahun ini," papar Fakky.