Industri Asuransi Masih Berkutat di Wilayah Urban
Industri asuransi Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk bisa tumbuh dan berkembang.
Menurut Pimpinan Redaksi Majalah Investor, Primus Dorimulu, tantangan terbesar adalah Financial Inclusion.
Menurutnya, dunia asuransi di Tanah Air tengah mengalami masa keselarasan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan otoritas jasa Keuangan (OJK).
“Pengawasan baru di bawah OJK dalam proses transisi membutuhkan pemikiran yang mendalam,” katanya dalam acara Investor Award, The Best Insurance Companies 2012 di Jakarta, hari ini.
Di sisi lain, penetrasi asuransi Indonesia masih terbatas. Perbandingan antara premi asuransi individu terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru sekitar 1,8 persen. Sementara dari faktor eksternal adalah ketidakpastian penyelesaian krisis global.
Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Isa Rachmatarwata mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar Financial Inclusion dapat terlaksana di Indonesia yaitu produk dan distribusi, awareness dan consumer protection.
Isa mengatakan, selama ini pelaku bisnis asuransi masih terkonsentrasi di kota-kota besar saja. Seharusnya asuransi bisa menjangkau orang yang pendapatannya dibawah.
Menurut Isa, pelaku bisnis asuransi harus mengukur tingkat penetrasi dengan cara konvensional yakni menghitung jumlah polis yang dimiliki orang-orang di Indonesia. "Dunia asuransi Indonesia membutuhkan terobosan-terobosan baru," kata dia.