Juga untuk mengurangi angka pembajakan dan penggunaan peranti lunak ilegal

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus mendorong penciptaan peranti lunak lokal berbasis sumber terbuka (open source) untuk menghemat belanja modal, demikian imbau Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring usai menghadiri acara Indonesia Open Source Award (IOSA) 2012 hari Rabu.

“Penggunaan peranti lunak dalam teknologi informasi dan komunikasi itu sangat besar biayanya, bisa sampai puluhan ribu dollar bahkan triliunan rupiah. Kalau kita bisa buat sendiri, itu akan sangat menghemat devisa negara kita. Saya akui belanja modal kita masih di atas 90 persen dialokasikan pada produk-produk asing khususnya peranti lunak,” ujar Tifatul. 

Tifatul menambahkan, IOSA ini adalah salah satu bentuk penghargaan pemerintah terhadap individu dan masyarakat Indonesia yang berhasil menciptakan peranti lunak untuk berbasis open source dan peranti lunak lokal.

“Ini juga solusi buat kita untuk mengurangi angka pembajakan dan penggunaan peranti lunak ilegal karena pemecahannya sekarang adalah kita beli dari dari asing atau kita ciptakan peranti lunak kreasi sendiri,” tutur Tifatul.

Namun, Tifatul mengatakan bahwa peranti lunak berlisensi seperti Microsoft juga masih banyak digunakan.

“Insya Allah, kantor Kementerian Kominfo sudah pake Linux semua. Pilihan kita dua, beli atau pakai sumber terbuka, yang penting harus legal. Kalau Microsoftnya tidak dipakai lagi tapi tidak ada ganti sumber terbukanya, bagaimana bisa kerja? Itu tidak haram,” kata Tifatul.

Kampanye penggunaan peranti lunak dari sumber terbuka yang bertajuk “Indonesia, Go Open Source” dimulai pada tahun 2004 setelah lahirnya Undang-Undang no 19 Tahun 2002 Tentang Kekayaan Hak Intelektual.