Penjualan Mobil Listrik Diprediksi Akan Melonjak
Penjualan global mobil listrik diperkirakan akan naik pesat di paruh kedua dekade ini, demikian menurut hasil penelitian Pike Research.
Penjualan electric vehicle (EV) dengan colokan listrik (plug-in) akan menembus angka 1 juta unit pada 2017 dan bertambah menjadi 1,7 juta di seluruh dunia pada 2020, menurut hasil penelitian yang dirilis awal pekan ini.
Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 410.000 plug-in EV akan dibeli orang antara 2011 dan 2015, sedangkan penjualan kumulatif mobil listrik ini di AS saja bisa menembus 1 juta pada 2018.
Termasuk dalam kategori mobil jenis ini adalah mobil listrik bertenaga baterei dan mobil kombinasihybrid dan listrik.
Pike merupakan lembaga riset dan konsultasi pasar di AS yang mengkhususkan diri pada pasar produk tehnologi ramah lingkungan.
Lonjakan Pasar Setelah 2015
Menurut direktur riset Pike, John Gartner, pasar plug-in EV tumbuh lebih lambat dari perkiraan semula sekarang ini namun para produsen mobil bisa mengharapkan pasar yang lebih besar di akhir dekade.
“Jumlah mobil listrik di jalanan tidak akan mencapai angka jutaan pada 2015. Kami selalu mengatakan itu tak akan terjadi, namun di sisi lainnya, industri ini mulai melakukan pendekatan yang lebih realistis dalam merencanakan peluncuran mobil dan menjualnya,” kata Gartner seperti dikutip Automotive News.
“Mereka akan tetap disemangati oleh fakta bahwa benar semuanya tidak secepat yang diharapkan sebagian orang, tapi pasar ini tetap potensial. Pasar ini akan tumbuh pesat beberapa tahun lagi.”
Pemerintahan Barack Obama telah menargetkan setidaknya 1 juta mobil listrik akan beredar di jalanan AS pada 2015 dan hal itu mendorong produsen Jepang dan AS untuk meningkatkan produksi EV dalam dua tahun terakhir.
Ford Motor Co., sebagai contoh, berencana menaikkan produksi mobil jenis ini tiga kali lipat tahun depan, kata juru bicara perusahaan Wes Sherwood.
Model C Max Energi dan Fusion Energi hybrid plug-in akan dikirim ke showroom musim gugur ini sedangkan model Fusion Energi plug-in akan diluncurkan pada 2013. Mobil Focus versi elektrik sudah lebih dulu dipasarkan.
Sherwood menambahkan ambisi perusahaan adalah meningkatkan pangsa mobil listrik 10 sampai 25 persen dari total penjualannya pada 2020 nanti.
Varian hybrid akan mendominasi penjualan mobil hemat energi, diikuti oleh plug-in hybrids dan mobil bertenaga listrik murni, tambahnya.
“Secara keseluruhan, kami menduga mobil bertenaga listrik akan mendapatkan ‘traksi',” kata Sherwood. “Kami betul-betul melihat ini sebagai bagian penting dari upaya mengantisipasi apa yang akan dihadapi pelanggan nanti, yang kami duga adalah harga-harga energi yang lebih mahal.”
Hybrid-Listrik Lebih Disukai di AS
Pike Research juga menemukan dari hasil penelitiannya bahwa penjualan mobil kombinasi hybrid dan listrik akan melampaui penjualan mobil listrik bertenaga baterei di Amerika Utara, sementara hal sebaliknya akan terjadi di Eropa dan Asia.
Menurut Gartner, salah satu alasannya adalah pembeli di AS cenderung memikirkan kondisi terburuk atau worst-case scenario.
Sebagai contoh, sebagian orang mungkin enggan membeli mobil Nissan Leaf yang murni bertenaga listrik, karena jarak tempuhnya setelah di-charge hanya 73 mil (109 km) dan setelah itu perlu diisi setrum lagi. Padahal mereka mungkin ingin bepergian hingga 300 mil (450 km) bahkan meskipun mereka jarang sekali pergi sejauh itu, jelas Gartner.
Mobil plug-in hybrid (kombinasi listrik hybrid) memiliki jarak jelajah lebih jauh dibandingkan mobil bertenaga baterei (listrik murni) karena juga memanfaatkan bensin, sehingga orang Amerika lebih menyukainya.
“Anda akan menaikkan standar mobil anda untuk berjaga-jaga kalau anda harus memberi tumpangan ke orang lain, dibandingkan membeli kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan normal dan pemakaian sehari-hari,” kata Gartner. “Ada persepsi yang perlu anda beli untuk skenario ekstrem seperti itu.”
Mobil hybrid menggunakan tenaga baterei bergantian dengan mesin bensin. Saat mobil tak butuh tenaga, seperti di jalanan menurun, atau kondisi diam di kemacetan, maka baterei mengambil alih.
Ketika di jalan biasa, tenaga baterei dan bensin dicampur dan ketika mobil butuh tenaga lebih besar maka mesin bensin akan lebih dominan. Baterei diisi ketika mesin bensin bekerja jadi tidak butuh colokan listrik.
Jika dikombinasikan mobil listrik plug in, maka beberapa kilometer pertama tenaga listrik akan menggerakkan mobil dan ketika setrum habis barulah mesin hybrid mengambil alih.
Mobil listrik murni hanya mengandalkan tenaga baterei dan jarak jelajahnya sekali charge ditentukan oleh besarnya kapasitas baterei.