Pemilukada DKI Ajang Pertaruhan Gengsi Partai Politik
Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta, Joko Widodo (kanan). Calon Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo (kiri) Siap mengikuti Pilkada Putaran kedua. (DAVINANEWS JAKARTA/Wahyu AG) |
Panasnya proses pemilukada DKI saat masa putaran pertama dan berlanjut jelang putaran kedua nanti dinilai karena ajang pemilihan orang nomor satu di Jakarta ini sebagai ajang pertaruhan gengsi partai politik yang ikut berpartisipasi.
Hal ini diutarakan sekretaris tim kampanye Jokowi-Ahok, M Sanusi, yang mengatakan, panasnya pemilukada DKI ini sampai berimbas pada kegiatan Jokowi sebagai Walikota Solo.
Menurutnya, sejak Jokowi resmi maju sebagai calon DKI 1, rapat paripurna bersama DPRD Surakarta intensitasnya menjadi lebih tinggi sehingga Jokowi hanya mempunyai waktu Jumat, Sabtu, dan Minggu untuk ke Jakarta.
"Kalau saya melihat, ini bukan masalah pemilukada tetapi gengsi. Kalah di Jakarta, maka bisa kalah di semua daerah lain," ujar Sanusi, Senin (6/6/2012).
Dikatakannya, isu SARA yang marak berkembang belakangan ini juga dikarenakan pertaruhan gengsi tersebut. Dimana incumbent yang diusung Partai Demokrat mempertaruhkan gengsinya agar tetap bisa berkuasa di Jakarta.
"Saya juga bingung partai yang merapat ke Foke sekarang. Kemarin partai ini mendiskreditkan Foke. Yang nggak black campaign kan cuma Jokowi. Coba lihat putaran pertama, yang head to head itu Alex-Foke atau Foke-HNW," ungkapnya.
Sanusi menambahkan, aparat keamanan dalam hal ini kepolisian harus bertindak preventif jika mengetahui isu SARA. Menurutnya, jika ada pesan berantai berbau SARA yang bisa memicu kerusuhan massa, polisi harus mencegahnya sejak awal. "Jangan sudah kejadian, ada kerusuhan, baru bertindak aparat keamanannya," paparnya.