Bang Foke Memang Popular, Tapi Dibenci Dimana-mana
Foke |
Warga Jakarta yang jadi responden dalam survei Pusat Kajian Pembangunan Sosial dan Politik Indonesia mengaku banyak yang kecewa terhadap kinerja Fauzi Bowo (Foke). Popularitas Foke memang paling tinggi, tapi tingkat penerimaan (akseptabilitas) dan keterpllihan (elektabilitas) Foke paling buruk.
Survey yang dikerjakan para alumnus Universitas Indonesia ini mengukur persepsi warga Jakarta terhadap tokoh dan partai politik. Respondennya berjumlah 1.000 orang yang diambil dari lima wilayah DKI Jakarta plus Kepulauan Seribu.
Dalam survei itu, 82 persen responden menyatakan tidak puas dengan kinerja Foke dalam mengatasi kemacetan. Responden yang tidak puas dengan kinerja Foke dalam pengelolaan transportasi dan infrastruktur angkanya juga cukup tinggi, mencapai 62 persen.
Sejajar dengan rendahnya tingkat kepuasan pengelolaan transportasi, responden juga banyak yang tidak puas dengan kinerja Foke mengatasi kemiskinan, bencana dan ketertiban masing-masing poinnya sebesar 60,8 persen, 60,8 persen dan 58,4 persen.
Di sisi popularitas bakal cagub, Foke memang paling popular dibandingkan bakal cagub lainnya yakni sebesar 28 persen. Tapi ketenaran Foke tidak didukung dengan tingkat penerimaan (akseptabilitas) dan keterpilihannya (elektabilitas).
Tingkat akseptabilitas Foke di mata responden hanya 12,3 persen, sedangkan tingkat elektabilitas cuma 8,6 persen. Angka yang dikantongi Foke tersebut jauh dibandingkan dengan bakal cagub lain seperti Prijanto, Nono Sampono dan Faisal Basri.
"Fauzi Bowo memang popular, tapi dibenci di mana-mana. Karena Jakarta banjir dan macet. Saya sendiri termasuk yang benci setengah mati," kata Guru Besar Universitas Pelita Harapan, Tjipta Lesmana, yang hadir sebagai pembicara dalam paparan hasil survei tersebut, di Jakarta, kemarin.
Melihat hasil survei tersebut, Tjipta menilai Foke akan kalah jika memaksakan diri maju di Pilkada Jakarta. "Saya yakin Foke nggak akan menang lagi," tambahnya.
Guru besar Universitas Indonesia, Iberamsjah yang juga hadir sebagai pembicara mengatakan, Foke bisa dibilang gatot alias gagal total memimpin Jakarta.
Faktanya, kata Iberamsjah, saat ini Jakarta malah tambah kacau dan semrawut.
"Kalau diranking, selama lima tahun kepemimpinannya, Foke dapat rapor merah dengan nilai 4 lah. Masak tinggal melanjutkan kebijakan Sutiyoso saja tidak mampu, busway tidak jalan," ujar Iberamsjah.
Dengan rapor merah tersebut, seharusnya Demokrat tidak memaksakan diri mendukung Foke menjadi bakal cagub. Iberamsjah berkata, Demokrat sama saja bunuh diri kalau tetap mengusung Foke.
"Kalau sudah gagal dan diteruskan lagi mau jadi apa Jakarta ke depan. Demokrat akan merasakan imbasnya di Pemilu 2014 jika memaksakan Foke," warningnya..
Bekas Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, enggan mengomentari secara khusus hasil survei tersebut. Dia lebih tertarik bicara tentang kriteria pemimpin Jakarta untuk periode ke depan. Menurut dia, gubernur Jakarta harus visioner, tegas dalam menegakkan Peraturan Daerah dan berani.
"Harus ada agresifitas sehingga punya percaya diri tinggi. Berani ambil risiko. Karena tiap keputusan pasti akan digebuk habis-habisan," ujarnya.
Selain itu, lanjut pria yang akrab disapa Bang Yos ini, pemimpin itu juga tidak boleh lempar tanggung jawab ke wakilnya, apalagi anak buahnya. Bang Yos sepakat komposisi pasangan cagub ke depan adalah militer-sipil. "Jangan dibalik tuh. karena begitu dibalik, maka yang ada cerai di tengah jalan deh," katanya. kauren.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: RMOL