Komunitas Warteg Dukung Jokowi-Ahok
Joko Widodo makan nasi di warung dekat Masjid Sunda Kelapa Menteng, Jumat (6/4/2012) | Tribunnews |
”Kami memilih pemimpin yang mau melindungi pedagang kecil seperti kami. Bukan pemimpin yang mau mencekik leher rakyat lewat pengenaan pajak untuk warteg,” kata Mukroni, pedagang warteg, saat mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi-Ahok di kediaman Ustad Analta Amier.
Sejumlah pedagang Warung Tegal (Warteg) mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pilkada DKI putaran kedua.
Sembari membentangkan spanduk bertuliskan ”Kowansara” alias Komunitas Warteg Anti-SARA, mereka terang-terangan menyebut pasangan jawara pilkada putaran pertama itu sebagai pemimpin yang nyata berpihak kepada rakyat.
”Kami memilih pemimpin yang mau melindungi pedagang kecil seperti kami. Bukan pemimpin yang mau mencekik leher rakyat lewat pengenaan pajak untuk warteg,” kata Mukroni, pedagang warteg, saat mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi-Ahok di kediaman Ustad Analta Amier dalam rilisnya kepada Tribun, Senin (13/8/2012).
”Kami memilih pemimpin yang mau melindungi pedagang kecil seperti kami. Bukan pemimpin yang mau mencekik leher rakyat lewat pengenaan pajak untuk warteg,” kata Mukroni, pedagang warteg, saat mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi-Ahok di kediaman Ustad Analta Amier dalam rilisnya kepada Tribun, Senin (13/8/2012).
Deklarasi dibacakan langsung di depan Cawagub Ahok, yang hadir dalam acara silaturahim dan buka puasa bersama itu.
Menurut Mukroni, mereka sengaja mengusung bendera Kowansara sebagai bentuk keprihatinan mendalam terhadap maraknya isu SARA (suku, agama, ras dan antar-golongan) menjelang pilkada DKI putaran kedua.
”Kami mengajak seluruh warga Jakarta untuk tetap mempertahankan pluralitas dan kebhinekaan sebagai ciri khas bangsa Indonesia,” ujar Mukroni, yang juga pendiri dan penasihat Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara).
Dukungan kepada Jokowi-Ahok, lanjut Mukroni, tidak hanya datang dari Kowantara, namun di dalamnya juga melibatkan berbagai asosiasi, komunitas, dan paguyuban warteg yang seluruhnya beranggotakan lebih dari 10.000 warteg se-DKI Jakarta. ”Kami berangkat dari keprihatinan yang sama, utamanya terkait dengan kebutuhan akan pemimpin yang mau mengayomi kami,” imbuh Mukroni.
Bukan rahasia, sejak beberapa waktu lalu pedagang warteg di Jakarta terancam dengan terbitnya Peraturan Daerah (perda) Pemprov DKI Jakarta Nomor 11 tahun 2011, yang intinya akan mengenakan pajak sebesar 10 persen terhadap seluruh warung kecil – termasuk warteg.
Rencana pemberlakuan perda bikinan Gubernur Fauzi Bowo tersebut sontak memicu reaksi dari para pedagang warteg. Mengutip Sahono, pengurus Kowantara, warteg selalu dikunjungi oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan hanya memenuhi kebutuhan dasar rakyat kecil. Dari sononya, harga-harga makanan di warteg memang diperuntukkan bagi mereka yang penghasilannya tidak besar.
”Sekalipun perda tersebut ditunda pelaksanaannya, kami tidak gembira, karena penundaan bukan tujuan akhir kami. Yang kami inginkan adalah perda tersebut dicabut. Tidak ada aturan apa pun yang memajaki warung kecil seperti warteg,” ujar Sahono.
Sahono mengaku, sebelum mendeklarasikan dukungan, pihaknya sudah bertemu langsung dengan Jokowi dan memperoleh komitmen bahwa jika terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi akan mencabut perda yang meresahkan itu.
”Kami siap bergabung dengan koalisi rakyat untuk mengalahkan koalisi partai di pilkada DKI,” tegas Sahono.
Redaktur: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Tribunnews