Jangan Memimpin Jakarta Seperti CEO
Jokowi-Ahok dalam gaya pakaian dari Madura | Facebook Jokowi for DKI |
Gubernur sangat berbeda dengan CEO, karena Gubernur harus mampu menjadi pelayan publik.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Chusnul Mar"iyah, menyatakan bahwa calon gubernur DKI Jakarta harus berpikir bahwa memimpin ibu kota tidak seperti menjadi chief executive officer (CEO) di perusahaan. Menurutnya, gubernur sebagai pelayan masyarakat bukan seperti CEO perusahaan yang orientasinya hanya mencari keuntungan.
"Gubernur sangat berbeda dengan CEO, karena Gubernur harus mampu menjadi pelayan publik. Dan itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan," kata Chusnul dalam diskusi publik bertema "Politik Perkotaan, Hubungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Swasta" di Universitas Paramadina, Jakarta, Senin (3/9).
Mantan anggota KPU itu mengatakan, salah satu calon Gubernur DKI, Joko Widodo (Jokowi) pernah mengungkapkan bahwa jika nanti terpilih menjadi Gubernur DKI akan memimpin Jakarta menggunakan sistem CEO. Chusnul menegaskan bahwa tidak ada CEO perusahaan yang melayani masyarakat. "Sebenarnya mereka hanya mengejar keuntungan," ungkap Chusnul.
Dia juga mengatakan, cagub DKI yang meninggalkan wilayah yang masih dipimpinnya merupakan bukti sebagai sosok yang tidak amanah. "Dulu waktu di Solo bicara apa untuk lima tahun ke depan? Bisa jadi nanti pada 2014 pindah lagi ke daerah lain. Ini juga menjadi satu persoalan, bagaimana kita amanah, atau istiqomah memegang amanah itu," beber Chusnul.
Sekjen Serikat Mahasiswa Universitas Paramadhina, Fellix Martha, menambahkan,untuk memilih calon pemimpin harus cerdas. Dia pun mengajak pemilih di DKI untuk memilih calon gubernur yang benar-benar memiliki pengalaman dan sudah terlihat hasil kerjanya.
"Bila Foke nanti jadi, memang dipastikan Foke hanya melanjutkan programnya. Namun bila Jokowi yang jadi, kita tidak tahu pasti ke arah mana Jakarta akan dibawa serta bagaimana perubahannya, apakah postitif atau negatif," kata Fellix yang juga jadi pembicara dalam diskusi itu.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Jpnn