Jokowi di Mata Sahabatnya
Jokowi saat beristirahat setelah bertanding futsal di Solo |
Jokowi selalu mulai belajar pukul 19.00 WIB hingga 23.30 WIB.
Sosok Joko Widodo di mata para sahabatnya, masih tidak berubah. Keberanian dan kedisiplinan yang dulu ditunjukkan semasa muda juga masih terlihat oleh beberapa rekannya semasa kuliah.
Salah satunya Riyo Samekto (51), teman dekat Jokowi sewaktu kuliah di UGM. Beberapa pengalaman menarik diceritakan oleh Riyo. Riyo terkenang dengan kedisiplinan Jokowi saat membagi waktu belajar.
Riyo menuturkan Jokowi selalu mulai belajar pukul 19.00 WIB hingga 23.30 WIB.
"Kalau sudah pukul 7 malam, dia sudah duduk di depan meja belajar sampai nanti pukul setengah dua belas," kata Riyo, yang juga teman satu kos Jokowi semasa kuliah kepada Kompas.com, Rabu (19/9/2012).
Selain itu, Riyo juga menceritakan suatu kisah saat pulang bersama Jokowi ke Solo dengan mengendarai sepeda motor. Mereka mengalami kecelakaan. Jokowi jungkir balik dan jatuh ke aspal.
"Pernah sewaktu kita pulang bersama ke Solo, terjadi kecelakaan di Klaten, dan Joko (red) terpelanting, untung saja dia membawa tas gunung besar sehingga tidak mengalami luka parah," ujarnya mengenang.
Salah satunya Riyo Samekto (51), teman dekat Jokowi sewaktu kuliah di UGM. Beberapa pengalaman menarik diceritakan oleh Riyo. Riyo terkenang dengan kedisiplinan Jokowi saat membagi waktu belajar.
Riyo menuturkan Jokowi selalu mulai belajar pukul 19.00 WIB hingga 23.30 WIB.
"Kalau sudah pukul 7 malam, dia sudah duduk di depan meja belajar sampai nanti pukul setengah dua belas," kata Riyo, yang juga teman satu kos Jokowi semasa kuliah kepada Kompas.com, Rabu (19/9/2012).
Selain itu, Riyo juga menceritakan suatu kisah saat pulang bersama Jokowi ke Solo dengan mengendarai sepeda motor. Mereka mengalami kecelakaan. Jokowi jungkir balik dan jatuh ke aspal.
"Pernah sewaktu kita pulang bersama ke Solo, terjadi kecelakaan di Klaten, dan Joko (red) terpelanting, untung saja dia membawa tas gunung besar sehingga tidak mengalami luka parah," ujarnya mengenang.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Kompas