Jokowi Menang Sementara, Pengamat: Parpol Harus Berubah!
Gejala parpol makin tidak diminati, sebenarnya sudah terbaca sejak pilkada putaran pertama.
Menangnya duet Jokowi-Basuki secara sementara dalam hitung cepat(quick count) menjadi catatan penting khususnya buat partai politik. Momentum tersebut harus dipergunakan untuk melakukan perubahan, terlebih lagi pemilih semakin rasional.
"Dengan semua catatan ini, kita dapat menyimbulkan satu hal, parpol, anda harus berubah, karena pemilih makin independen. Duit tak sepenuhnya menentukan, figur bersih dan jujur menjadi andalan," kata Pengamat Politik Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Kamis(20/9/2012).
Menurut Ray, ada 5 kegembiraan dalam hasil pelaksanaan pilkada Jakarta jika merujuk pada hasil quick count yang ada.
Bahwa kata Ray figur kandidat merupakan faktor penting dalam pencalonan kepala daerah. Partai politik benar-benar hanya menjadi perahu.
Kemampuannya untuk memobilisasi pemilih kalah dibandingkan dengan figur yang ada. figur bersih, dan memiliki sejarah panjang dimana penganbdian kepada masyarakat menjadi ukuran.
Kemampuannya untuk memobilisasi pemilih kalah dibandingkan dengan figur yang ada. figur bersih, dan memiliki sejarah panjang dimana penganbdian kepada masyarakat menjadi ukuran.
"Gejala parpol makin tidak diminati, sebenarnya sudah terbaca sejak pilkada putaran pertama. Manakala salah satu calon dari koalisi parpol bahkan dapat dikalahkan oleh calon independen. Putaran kedua ini makin memperkuat fenomena tersebut. Parpol makin tak berwibawa, makin tak bisa menjelaskan pemilihnya," kata Ray.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia ini menambahkan pemilih saat ini semakin independen. Identifikasi politik mereka terhadap parpol makin rendah.
Para pemilih lanjut Ray muncul menjadi dirinya sendiri. Kepercayaan pada parpol makin rendah. Mereka juga mulai makin kebal dari rayuan politik uang. Bahkan untuk sikap independen tersebut, pemilih dapat melakukan relawan dengan pengertian sesungguhnya.
"Mereka berkreasi dengan berbagai cara, dan dengan mempergunakan banyak media, tanpa dukungan dana dari para kandidat," jelasnya.
Selain makin independen, kata Ray pemilih juga makin rasional. Isu SARA yang marak sepanjang masa kampanye ternyata tidak banyak mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan mereka. Ini era di mana visi misi dan program mulai dilirik pemilih sebagai dasar untuk menetapkan pilihan.
Ada harapan menurut Ray, pluralisme semakin diterima masyarakat. Kenyataan bahwa isu SARA tidak banyak mempengaruhi pemilih merupakan sinyal penting bahwa penerimaan atas pluralisme makin membesar. Perkembangan ini tentu sangat penting. Penerimaan atas pluralisme merupakan sarat penting bagi tegaknya demokrasi.
"Arogansi dikalahkan, pemilik dana kampanye besar ditumbangkan. Ada harapan, politik dengan kesantunan yang bukan basa basi makin diterima. Uang besar bukan lagi menentukan. Kemenangan Jakarta adalah kemenangan di mana uang bukan menjadi alat perekayasa," ujarnya.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Tribunnews