8 Kebiasaan yang dapat Menghancurkan Karir
Ilustrasi berbohong. ©2012 Shutterstock/olly |
Apakah Anda kerap bertanya-tanya kenapa tak ada tawaran melakukan proyek besar, kenaikan jabatan atau gaji?
Mungkin jawabannya ada pada salah satu kebiasaan yang menghancurkan karir seperti yang dilansir dari US News berikut ini.
Hasil kerjaPekerjaan Anda mungkin mendekati sempurna. Namun tidak ada orang yang tahu tentang hal itu, terutama manager Anda. Makanya prestasi Anda dianggap biasa dan tidak perlu diberi penghargaan lebih.
Bersikap defensifSikap defensif identik dengan usaha untuk selalu membela diri ketika ditegur oleh atasan. Tentu saja defensif ini cukup buruk dan dampaknya bisa membuat karir Anda tak berkembang.
Keputusan terburu-buruKebiasaan lain yang membuat Anda tak juga mendapat tawaran kenaikan jabatan adalah selalu membuat keputusan dengan buru-buru. Padahal cara memutuskan sesuatu merupakan salah satu nilai dari kualitas hidup seseorang.
Kurang tegasAnda tahu bahwa keputusan atasan salah, namun Anda tidak mau mengingatkan karena takut dianggap tidak patuh. Padahal sikap tersebut justru memperlihatkan Anda kurang tegas. Pada akhirnya, kesempatan untuk menjadi pemimpin pun berkurang karena sikap kurang tegas yang Anda miliki.
BerbohongBahkan di dalam kehidupan pekerjaan, kebohongan juga bisa menghancurkan karir dan merusak kredibilitas. Jadi, jauhi kebiasaan yang satu ini agar karir Anda tidak hancur begitu saja.
BerantakanApakah Anda sering mengingkari janji untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan? Jika benar demikian, sudah pasti kebiasaan tersebut perlahan akan menghancurkan karir dan berbagai tawaran promosi yang ada.
Teknologi baruAnda mungkin berpikir bahwa sekarang adalah suasana yang paling nyaman yang dirasakan. Namun jika Anda enggan mempelajari teknologi baru, Anda jelas akan dianggap ketinggalan zaman dan tidak segera mendapatkan tawaran kenaikan jabatan atau gaji.
Itulah berbagai kebiasaan yang dapat menghancurkan karir. Apakah Anda sering melakukannya sampai sekarang?
Sumber: Merdeka
Editor: Eveline Patricia